"Aduh, tai-tai." Wade memaki nasib, "lu dimana sekarang? Gua jemput."
*
*
*Jadi sekarang kalian terjebak di sini, Wade mengendarai mobil sport hitamnya yang beteriak 'aku kaya' dan kamu yang terus menghubungi Ponsel Peter yang masik tidak aktif.
Ponsel Peter pernah tidak aktif selama satu hari, dan itu benar-benar kacau. Kamu tidak ingin Peter melalui itu lagi.
Setelah beberapa menit, akhirnya kalian sampai di depan Rumah Peter (mansion) dan kamu langsung turun dan menghampiri satpam yang menjaga rumah (mansion) itu.
"Eh, Neng (F/N), tumben ke sini." Kata Satpam itu, atau yang lebih akrab dipanggil Pak Suripto, dengan sopan.
Kamu sudah beberapa kali mengunjugi Rumah Peter (mansion), dan karena itu, satpam dan pembantu yang tinggal di rumahnya (mansion) sudah mengenal kamu.
Walaupun begitu, kamu tidak pernah bertemu orang tua Peter.
"Iya, Pak," jawab kamu dengan raut cemas, "cuman saya mau nanya, Peter ada di rumah?"
"Oh, ada Neng, masuk aja." Jawab Pak Suripto sambil membuka gerbang agar Wade bisa masuk.
"Makasih, Pak." Kamu berterima kasih sambil berjalan masuk, Wade menyusul dengan mengendarai mobilnya ke dalam.
***
"Peter!" Kamu berteriak sambil berjalan ke arah ruang tengah, yang kebetulan berdekatan dengan dapur.
Wade mengikuti kamu dengan diam, sampai akhirnya kalian sampai ruang tengah.
"The fuck..." Wade bergumam, dan kamu tidak akan menyalahkannya karena ruangannya sangat kacau.
Serpihan dari botol alkohol ada dimana-mana, meja yang ada di depan TV pun sudah bergeser, sofanya sampai ada yang terlempar hingga hampir mengenai TV, foto-foto dalam bingkai berserakan pecah di lantai, dan tidak ada tanda-tanda Peter.
Shit, pasti dia berantem lagi, kamu berkata dalam pikiranmu.
Kamu kembali ke dunia nyata ketika kamu mendengar ada yang memanggilmu, "Dek (F/N)?"
Ah, ternyata suara pembantu disini— yang tentu saja sudah mengenalmu.
"Bi Risa, lihat Peter gak?" Kamu bertanya tanpa basa-basi.
Raut Wajah Bi Risa menunjukkan khawatir, "Dari tadi Dek Peter ada di kamarnya, gak mau keluar gara-gara berantem sama bapak." Jawab Bi Risa, dan kamu tidak perlu diberitahu siapa itu 'bapak'.
"Ini gak dibersihin Bi?"
"Ini mau dibersihin, cuman Bibi gak berani keluar— tadi pada teriak-teriak."
Wade terlihat jengkel, dan akhirnya kamu hanya tersenyum kecil kepada Bi Risa, sebelum berjalan ke arah kamar Peter, yang berada di lantai dua.
***
"Peter?" Kamu mengetuk pintunya.
Tidak ada jawaban.
Wade dengan pelan memegang pundak kamu, dan kamu menyingkir dari pintu.
"Pete? Hey, it's me." Wade kembali mengetuk pintu, sambil memanggil Peter dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Materials // S. Rogers
Fiksi Penggemar❝Jadi lu mau bilang kalau lu naksir sama anak dibawah umur?❞ ❝Emang salah?❞ ❝...gua telpon polisi sekarang.❞ Bagaimana jadinya jika seorang pengusaha kaya nan tampan seperti Steve Rogers jatuh cinta sama kamu, seorang anak SMA biasa?