12. Angry!

1.6K 200 20
                                    

***

Di dalam ruangan terlihat sesosok pria paruh baya berusia 62 tahun sedang duduk di kursi kebesarannya. Di depannya sudah ada 2 orang berjas hitam yang tengah berdiri tegap siap untuk diberi pekerjaan saat ini.

Mendengar bunyi panggilan teleponnya yang berdering membuat pria paruh baya itu langsung mengangkat telepon dan tersenyum licik ketika mendengar suara yang didengarnya.

"Jadi kau sudah menemukan semua informasinya?"

"Iya! Tuan, kami sudah menemukannya. Kami akan mengirim semua data ke e-mail anda segera."

"Bagus, aku percayakan semuanya padamu."

Setelah dirasa cukup, pria paruh baya itu langsung menutup panggilan telepon dan menaruhnya di atas meja kerjanya. Lalu dia langsung membuka laptop dan buru-buru mengecek pesan masuk yang ada di e-mail nya. Membaca semua informasi yang baru saja dikirimkan oleh anak buahnya, tersenyum licik lalu kembali membacanya sampai bawah.

"Ahh! Aku tidak akan pernah menyesal telah memperkerjakan kalian semua."

Dia menutup layar laptopnya dan berdiri dari kursi, mengambil rokok dan menyalakannya lalu menghisap dan membuang asap rokok itu dengan penuh kewibawaan. Pria paruh baya itu memutar tubuhnya ke belakang dan berjalan ke arah tembok kaca sambil memandangi padatnya Kota Seoul saat pagi hari, sedangkan 2 pria berjas hitam sudah setia di belakangannya. Pria itu mengeluarkan asap rokoknya lagi dan menatap 2 anak buahnya itu dengan tatapan tajam.

"Aku mempunyai tugas untuk kalian."

***

Wanita bertubuh kurus tengah berlari dengan sangat kencang sepanjang lorong rumah sakit. sejak tiba di rumah sakit dirinya menjadi pusat perhatian karena berlari dengan cukup kencang ditambah dengan penampilannya saat ini. Tapi masa bodo! Saat ini dia benar-benar tidak peduli dengan penampilannya. Dirinya terlalu khawatir dengan sosok wanita yang baru saja menelponnya dan meminta tolong padanya.

Dirinya tidak bisa berhenti berlari sejak resepsionis memberi tahu nomor kamar yang ia cari. Matanya menatap setiap nomor yang tertera di depan pintu kamar rumah sakit. Dia mulai menangis tapi masih tetap mencari letak kamarnya.

"Nona?"

Jessica menatap pria paruh baya dan seorang Bibi yang sedang duduk di depan kamar rawat yang ingin ia tuju. Menatap kedua orang asing yang ada di hadapannya lalu berlari kecil menghampiri mereka.

Paman dan Bibi yang ada di depannya sempat bingung bercampur cemas karena wanita cantik yang ada di hadapan mereka mengeluarkan air matanya.

"Paman, benarkah tadi kau yang menjawab panggilan ku ?" Tanya Jessica dengan suara serak.

"Ahh iyaa.. saat Nona muda tadi menjatuhkan teleponnya ku pikir panggilannya sudah terputus tapi ternyata belum, karena itu saya memberitahu anda bahwa kami akan membawanya ke rumah sakit." Jelas Paman itu dengan panjang.

"Apa Dokter sudah keluar?" Raut wajah Jessica menandakan dirinya sangat cemas.

"Sudah sejak tadi. Dokter bilang kandungannya baik-baik saja, hanya saja dia tidak boleh terlalu banyak memikirkan sesuatu, jangan ada pikiran yang membuatnya terbebani karena itu akan berdampak buruk bagi janinnya, itu sebabnya dia merintih kesakitan sepanjang jalan."

BECAUSE [ PROSES CETAK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang