"Dengan mudahnya dia lupain janji dia sama gue" Alika tersenyum miris.
Ia pergi dari tempat itu, tapi tak kembali ke rumah. Ia terus berjalan menyusuri jalan yang sepi dan gelap tanpa rasa takut.
Alika pergi ke lapangan basket yang ada di komplek, untung saja lapangan ini di putari oleh pagar yang tinggi. Alika mengunci pintu pagar itu dan merebakan dirinya di tengah-tengah lapangan.
Sedari tadi Malik menelponnya tapi tak ia angkat, sampai pada akhirnya ia lelah mendengar deringan telpon itu dan mengangkatnya.
"Hallo"
Akhirnya, lo dimana Ka? Tanya Malik terdengar seperti orang panik.
Gue lagi mau sendirian.
Ini udah malem Alika, please jangan bikin gue khawatir
Gue gak minta buat lo khawatir tapi makasih udah khawatir sama gue.
Alika gue serius, lo dimana?
Makasih.
TUTT.
Alika mematikan telponya secara sepihak, ia tau kalau Malik kini sedang berada di depan rumahnya.
"Salah gak ya gue kayak gini ke dia?" Alika mengusap wajahnya gusar.
Ia memandang langit yang kosong, hanya ada bulan yang tertutupi oleh awan tanpa di temani bintang-bintang.
"Bulan nasib kita sama" Alika berbicara sendiri.
"Aku sendirian, begitu juga kamu" Alika tersenyum.
"Aku butuh bunda, tapi sekarang ia jauh dari jangkauan pelukanku" Alika berbicara dengan bulan.
Alika melihat bintang yang jauh dari keberadaan bulan, sangat kecil namun begitu terang.
"Mungkin itu bunda, kecil karna jauh tapi walaupun begitu cahayanya tetap sangat terang menemani kamu bulan" Alika berbicara sambil menunjuk.
"Ayah" gumam Alika.
"Aku sekarang juga butuh ayah" Alika tersenyum dan secara diam-diam air mata mengalir di pelipisnya.
Tiba-tiba satu bintang muncul berdekatan dengan bulan, "ayah datang?" Alika tersenyum.
"Alika" panggil seseorang dari luar pagar.
"Ayah?" Alika menoleh dan terdapat Malik berdiri diluar sana, "Malik" gumam Alika.
"Gue masuk ya?" Tanya Malik dan tak jawaban dari Alika. Alika duduk membelakangi Malik dan masih menatap langit.
"Bulan, sekarang kamu gak sendiran" ujar Alika.
"Maaf" ujar Malik di belakang Alika.
Alika tak menoleh sama sekali. Dan akhirnya Malik duduk di samping Alika, "Ka, gue minta maaf"
"Mulut lo bau" Alika mengeser tubuhnya.
"Maaf" kini Malik menundukan kepalanya.
Alika masih menatap bulan, "Bulan, aku sedih dan aku juga takut" Alika menghiraukan keberadaan Malik.
Malik menolehkan wajahnya ke arah Alika.
"Aku takut kehilangan orang yang aku sayang untuk ke dua kalinya" ujar Alika.
Malik ikut menatap ke arah bulan, ia teringat kembali cerita Alika saat di danau. Dan tiba-tiba Alika memeluk tubuh Malik dan menangis.
"Gue salah-
Alika menarik nafasnya yang tersumbat, "Gue salah udah kabur begitu aja"
Malik menoleh, kini wajah mereka sangat dekat. Malik tidak suka melihat orang yang ia sayang meneteskan air matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALIKA
Teen FictionMalik Zattana - Alika Zarraniya. Memang nama mereka hampir sama, tapi cerita kehidupan mereka sangatlah berbeda. Namun keduanya sama-sama populer disekolah, tapi selama 3 tahun sekolah keduanya tidak pernah saling mengenal. Apa yang membuat mereka b...