Dua hari setelah mendapatkan roti unyil, Malik lagi-lagi di kasih barang-barang oleh orang itu. Saat ini Malik sedang duduk di kantin sendirian, menunggu Alika datang.
"Alika mana deh?" Tanyanya sendiri.
Tiba-tiba gadis berambut hitam itu duduk di samping Malik, dan menyodorkan satu kotak permen "Hai kak"
Malik menoleh, "siapa?"
"Hmm aku yang kemarin kasih kakak bunga bandana" ujarnya sambil tersenyum.
"Oh ya?"
"Iya aku baru aja pulang dari rumah sakit, aku seneng banget bisa liat kakak sedeket ini" wajahnya sangat sumringah.
"Nama lo siapa?" Tanya Malik.
"Aku Jessie"
"Oke Jessie, untuk kesekian kalinya gue bilang, gak usah repot-repot ngasih ini lah itu lah, bukannya gue gak mau nerima tapi ya sayang aja sama duit lo. Kan bisa di manfaatin buat yang lain" ujar Malik.
"Aku gak keberatan kok kak, lagian juga sebentar lagi aku gak akan ngasih-ngasih itu lagi" ujarnya.
"Jangan ngomong yang aneh-aneh deh" Malik memperhatikannya.
"Andai aja kakak belum punya pacar, aku mau ngabisin waktu aku sama kakak" ujarnya.
Alika yang berdiri di belakang mereka mendengar ucapannya itu.
"Hai, lagi ngomongin apa sih?" Tanya Alika yang langsung duduk di samping Malik.
"Hai kak Alika, aku Jessie" kenalnya.
"Oh, hai"
Apa yang dia maksud tadi? Batin Alika terus bertanya.
Uhukk uhukkk, suara batuk itu menyadarkan Alika yang sedang bengong dengan pikirannya.
"Lo sakit?" Tanya Alika.
"Ngga kok kak" ujar Jessie yang menutupi mulutnya.
**
"Malik" panggil Alika.
"Kenapa?"
Saat ini bel masuk sudah berbunyi, Alika mengejar Malik yang berjalan duluan karna ia ke toilet dulu tadi.
"Apa bener? Jessie?"
"Gue gak percaya"
Dengan berat Alika menyatakan, "Kalau itu bener, gue mau lo penuhin permintaan terakhir dia"
"Lo gila!" Kejut Malik
"Gue-gue cuma gak mau nyesel nantinya" ujar Alika menunduk.
"Gue gak mau!"
"Tapi Malik, dia lagi sakit! Please lo ngerti keadaannya" ujar Alika dengan sangat terpaksa.
"Jangan aneh, gue gak mau kita putus" ujar Malik.
Alika tertunduk dan memeluk Malik, "Kita break aja, gue mau lo nemenin Jessie selama masa hidupnya"
"Alika please, jangan" Malik membalas peluka itu.
Tiba-tiba Jessie berdiri di hadapan mereka, dan berbatuk.
"Inget kata-kata gue, bye Malik" Alika pergi dari hadapan Malik.
Jessie mendekati ke arah Malik, "ada apa ka?"
"Gue putus sama Alika" Malik terduduk lemas.
"Kuat dong kak, aku yang sakit aja kuat" ujarnya bersemangat.
"Makasih ya, ini semua demi lo" ujar Malik.
"Maksudnya kak?" Tanyanya.
"Gue duluan ke kelas ya" Malik pergi ke kelasnya dengan gontai.
Jessie memperhatikan Malik hingga tubuhnya hilang di antara tembok kelas, ia tersenyum saat mendengar Malik dan Alika sudah ending.
🍄 🍄 🍄
Keadaan koridor sudah sepi, Alika membolos pelajaran terakhir ia terduduk di anak tangga.
"Apa yang udah gue lakukakan?" Alika menyembunyikan wajahnya di antara kaki dan tanggannya yang saling melipat.
"Maafin gue Malik" Alika menangis.
"Jangan nangis"
Alika mengangkat kepalanya, ia melihat sebuah tisu yang di pegang oleh pria, "Chio?"
"Hapus air mata lo"
Alika mengambil tisu yang di berikan oleh Chio, "makasih Ko"
"Benar apa salahnya, lo bisa liat nanti" ujar Chio.
"Gue cuma gak mau mengulang kesalahan gue yang dulu, tapi disisi lain gue gak mau kehilangan Malik" ujar Alika.
"Udah lo gak usah pikirin hal itu lagi, biarin semuanya berjalan sendiri dan lo gak akan kehilangan dia" Chio menepuk-nepuk bahu Alika.
Disisi lain, Malik mencari keberadaan Alika yang katanya bolos pelajaran saat di ujung jalan ia menemukan dan malihat Alika sedang bersama Chio.
Itukah alasan Chio izin ke toilet?
Malik kembali lagi ke kelas dan membiarkan Chio menemani Alika.
"Ko, mendingan lo balik ke kelas"
"Gue tadinya izin ke toilet, eh ngeliat lo merenung disini sambil nangis, trus gue ngeliat tisu di deket tempat sampah-
"Jadi?" Alika melempar tisunya sembarangan.
"Sialan lo! Ngasih gue tisu bekas, jijik parah ihhhhhhh" Alika memukul-mukul bahu Chio.
"Awwhaha, bercanda kali. Masa iya bidadari dikasih tisu kotor" Chio menatap Alika.
Alika menatap Chio terpesona, "Dorrrr!" Kejut Chio karna mereka berdua saling pandang.
"Ih ngeselin lo! Udah sana gue mau ke uks" Alika pergi meninggalkan Chio.
"Mal- eh Chio, makasih ya" Alika tersenyum ke arah Chio.
"Haha Malik" gumam Alika tersenyum miris.
**
"Lama amat bro ke kamar mandinya" ujar Malik.
Chio baru saja kembali ke kelas setelah lebih dari 10menit berada di luar kelas.
"Nabung dulu tuh pasti" ledek Haiden.
"Haha kaga anjir" sahut Chio.
Malik dan Chio duduk bersampingan. Malik sedari tadi memperhatikan Chio yang seperti tidak terjadi apa-apa.
"Kenapa lo sama Alika?" Tanya Chio.
"Lo udah tau alasannya" jawab Malik.
Chio menoleh, "dan lo nyerah gitu aja?"
"Gue gak bisa nahan dia"
"Ck, bego lo Mal!" Celetuk Chio.
Malik mengerti maksud dari perkataan Chio? Ia tak marah saat di katain oleh Chio.
"Gue cuma mau nurutin permintaan dia"
"Gue rasa pilihan lo buat nurutin dia itu salah" Chio mencoba memberi tau sesuatu.
"Gue rasa itu bener, biar lo bisa deket juga sama dia" Malik membuang wajahnya dari hadapan Chio.
"Maksud lo? Lo liat tadi gue sama Alika di tangga?"
"Gue tau lo udah suka sama dia sejak lama kan? And then lo bisa ngedeketin dia, karna gue udah putus sama dia" Malik berdiri dan meninggalkan kelas.
"Lo mau kemana Lik?" Panggil Chio.
Lik? Panggilan untuknya dari Alika.
Malik pergi tanpa menghiraukan panggilan dari Chio.
Sebenarnya Chio tak ingin ini tejadi, ia tak mau persahabatannya rusak karna satu perempuan."Den, lo ikutin Malik gih" pinta Chio kepada Haiden.
"Oke biar gue urus"
**
TBC!!!
jangan lupa votenya😉
KAMU SEDANG MEMBACA
MALIKA
Teen FictionMalik Zattana - Alika Zarraniya. Memang nama mereka hampir sama, tapi cerita kehidupan mereka sangatlah berbeda. Namun keduanya sama-sama populer disekolah, tapi selama 3 tahun sekolah keduanya tidak pernah saling mengenal. Apa yang membuat mereka b...