Alika berjalan menyusuri koridor untuk pulang, ia berjalan dengan gontai. Kepalanya sedari tadi menunduk tanpa melihat kedepan.
Kirana dan Greya pulang terlebih dahulu karna keduanya ada acara keluarga.
Malik..
Malik..
Malik..
"Kenapa sih!!!!" Teriak kesal Alika tiba-tiba.
Semua menatap Alika kaget dan bingung, ia berteriak sangat keras. Alika terduduk di lantai koridor, semuanya mendekati Alika.
Ka lo gak apa?
Kak Alika kenapa?
Eh kenapa?
Lo sakit Ka?
Alika lo kenapa?
Gue anter pulang yuk.
Alika gue gendong mau?
Alika tersenyum, "gue gak apa" ia berdiri kembali dan meninggalkan kerumunan itu.
Baru saja berjalan beberapa langkah, mata Alika tertarik kepada seseorang yang ada di pinggir koridor.
"Malik?" Gumam Alika.
"Lo pulang sama siapa?" Tanya Malik.
Jessie berada di samping Malik, ia berdua kini sangat dekat. Seharusnya Alika sekarang ada di posisi Jessie yang duduk berdua sama Malik.
"Kalian, gue duluan" Alika mempercepat langkahnya.
"Dia kenapa?" Tanya Jessie.
Malik yang melihat tingkah Alika itu hanya tersenyum miris.
**
Alika berjalan ke arah rumahnya, uang sakunya ketinggalan. Untung saja ia membawa bekal tadi, kalau tidak mungkin ia sudah mati kelaparan.
Sudah beberapa kilometer jarak yang Alika tempu, ia membuka ponselnya tertera notif Lowbattre.
"Sial!"
Alika tak bisa mengubungi siapapun, ia terus berjalan sesekali istirahat duduk di pinggir trotoar.
Ia membuka tasnya berniat mengambil botol air minumnya dan, "kenapa gue hari ini sial banget?!" Alika merauk wajahnya gusar.
Air minumnya sudah habis, ia pun melanjutkan perjalanannya. Alika sudah berjalan sangat jauh tapi belum sampe-sampe juga.
"Aduhhh" Alika duduk di pinggir trotoar, ia melihat kakinya yang sakit.
"Shh, sial sial sial!!!!!" Alika berteriak.
Pergelangan kakinya sudah biru, bisa dibilang kakinya terkilir. Alika mencoba memijit-mijit sebentar kakinya lalu berniat untuk mencoba jalan kembali.
Baru saja ingin berdiri, rasanya gak sanggup. Ia terduduk kembali, kakinya benar-benar sakit sekali.
"Apa yang harus gue lakukan?" Alika memaksakan kakinya untuk berjalan, ia menahan rasa sakitnya.
"Shhh, hati sakit, kaki juga ikut sakit" Alika tersenyum miris.
"Cepetan naik" ujar seseorang yang berada di atas motor pelan-pelan mengikuti Alika.
"Chio?"
"Kaki lo nanti malah tambah parah"
Tanpa ba-bi-bu Alika langsung naik ke atas motor Chio, ia melajukan motornya dengan cepat sehingga Alika memegang pinggang Chio.
"Makasih ya Ko" ujar Alika saat baru jalan beberapa menit.
"Belum sampe usah bilang makasih" Chio tersenyum.
Chio mengarahkan motornya ke sebuah klinik, "Ko, ngapain ke klinik?" Tanya Alika.
Chio tiba-tiba mengendong Alika dan membawanya jedalam ruangan tindakan.
"Ko,
"Bu, coba periksa kaki temen saya kayaknya ada yang salah" ujar Chio saat seorang dokter masuk kedalan ruangan.
Dokter itu memperhatikan kaki Alika yang sudah bengkak dan merah.
"Wah ini terkilir"
Alika hanya diam dan memperhatikan dokter yang memulai memperban kakinya.
Tak perlu lama, kini kaki Alika sudah di balut oleh perban.
"Nanti pulang kamu buka trus kompres pelan-pelan air hangat, kalau masih sakit juga saya saranin kamu di urut" ujar doketrnya.
Alika melirik ke Chio, "Iya, makasih ya dok"
"Baik, kalau begitu saya tinggal, permisi"
Alika ingin berdiri, dengan sigap Chio membantu Alika.
"Jangan di paksain Ka" ujar Chio.Wajah mereka kini berdekatan, jantung Alika berdebar. Rasanya aneh jika sedekat ini dengan Chio, jantungnya tak bisa dikontrol.
"Pulang Ko" Alika mengandeng tangan Chio.
Mereka berdua keluar dari klinik itu, dan saat di parkiran Malik melintas di hadapan mereka berdua bersama Jessie.
Malik menatap Alika dan Chio dengan sinis lalu membuang muka.
Alika memenangi dadanya, "sakit" lirihnya.
"Dia cuma lihat yang dia lihat tanpa fakta yang sebenarnya" ujar Chio.
"Baru dua hari gue pisah sama dia, gue udah kangen sama dia" Alika naik keatas motor dengan bantuan Chio.
"Lo boleh anggap gue Malik kok" ujar Chio.
"Kenapa lo baik banget sama gue?" Tanya Alika sendu.
Ya, karna gue suka sama lo!
"Jangan gitu, kita kan sahabat" ujarnya."Thanks ya Ko" Alika memengang pinggang Chio tanpa memeluknya.
"Dengan senang hati" Chio melajukan motornya.
**
Jessie duduk di jok belakang Malik, ia memeluk Malik dengan erat dan menyenderkan kepalanya di belakang punggung Malik.
Malik sedari tadi tidak merespon gerakan Jessie dan membiarkannya berkicau sendirian.
Malik fokus ke jalan dan tiba-tiba ada yang membuyarkan pandangannya.
Mata mereka saling pandang, tetapi Malik dengan cepat membuang wajahnya dan fokus kejalan.
Kesal rasanya Malik saat melihat Alika bersama sahabatnya sendiri. Tapi untuk apa Alika pergi ke klinik?
"Kak, dengerin aku ngomong gak sih?" Tanya Jessie kesel.
"Ah, iya" Malik tersadar dari pikirannya.
Jessie melipat bibirnya alias cemberut, "kakak gak fokus gitu, kenapa?" Tanyanya.
"Barusan liat mantan jalan ama cowo baru" Malik berbicara dengan nada datar.
"Kakak masih belum moveon ya? Kalau gitu jangan paksa hati kakak deh, aku gak mau kakak jadi terbebani" balas Jessie sendu.
"Gak kok, gue gak ngerasa terbebani, gue ikhlas. Lo santai aja, gua gak mau jadi penghancur sisa hidup lo" ujar Malik.
"Makasih kak, mungkin kalau aku gak sakir gini kakak gak bakalan sama aku ya sekarang, maaf ya kak"
"Its oke Jessie, tuhan punya rencana lain buat gue"
Jessie tersenyum, namun hatinya tertawa.
**
Setelah sekian lama tidak menulis, karna ada waktu kosong dan gak bisa tidur....
Jadi gue mutusin buat ngelanjutin cerita ini dan akan segera mengakhirinya..
TBC YA!!!
THANKS FOR READING,
JANGAN LUPA VOTE'NYA☺Wulandari🐣
Sunday, 26 August 2018
11:28 pm.
KAMU SEDANG MEMBACA
MALIKA
Teen FictionMalik Zattana - Alika Zarraniya. Memang nama mereka hampir sama, tapi cerita kehidupan mereka sangatlah berbeda. Namun keduanya sama-sama populer disekolah, tapi selama 3 tahun sekolah keduanya tidak pernah saling mengenal. Apa yang membuat mereka b...