Ini kisah tentang kegagalan saya ditolak cowo ....
Suatu kali saya berkenalan dengan seorang gay remaja. Orangnya tidak terlalu ganteng, malah ada sedikit kekurangan karena dia punya masalah dengan pendengarannya alias dia tidak bisa mendengar dengan jelas. Saya tidak berani bertanya terlalu dalam tentang kekurangannya ini. Soalnya saya takut membuat dia tersinggung. Jadi saya anggap saja dia sebagai orang normal. Berdasarkan teori yang saya baca, katanya orang seperti ini tidak mau diperlakukan sebagai orang cacat. Saya juga lupa latar belakang dia menjadi gay. Rasanya dia pernah dilecehkan oleh cowo yang lebih tua. Kasihan juga ya, banyak orang yang punya kekurangan (dianggap cacat), merasa minder lalu dimanipulasi sehingga menjadi gay. Sebenarnya awal bertemu dengan Deni (sebut saja begitu) melalui sarana sosmed. Ini di awal saya mulai terjun ke dunia gay dan mencoba-coba mencari teman di dunia maya. Saat itu masih polos alias belum tercemar banyak oleh dunia gay. Yang ada hanya rasa tertarik saja, belum pernah pegang-pegang senjata cowo. Saya coba berteman dengannya di dunia maya. Dari hasil kirim mengirim pesan, saya mengetahui bahwa ia punya profesi tambahan alias dia menjadi gay bayaran. Usianya masih muda banget. Wajahnya lumayan. Sayangnya dia punya kekurangan di pendengaran saja. Karena saya tidak pernah mem-booking maka akhirnya ia malas berteman dan mengirim pesan lagi. Jadi saya pun melupakannya.
Tidak tahunya suatu kali saya berkesempatan bertemu dengan dia di ruang steam (uap) yang ada di pusat kebugaran. Awalnya saya tidak menyadari orang tersebut adalah Deni. Tetapi lama-lama saya bisa mengenali persamaan dengan foto yang saya pernah lihat. Sewaktu saya masuk ke ruang uap, saya melihat ada seorang remaja yang duduk di sudut ruangan. Cara duduknya memang agak unik (dulu saya sih belum tahu itu gaya duduk seorang gay yang sedang cari mangsa). Dia mengangkat kedua kakinya sehingga handuk yang menutupinya jadi berlobang di tengah dan kita bisa melihat 'isinya' kalau kita mau sedikit berusaha meliriknya. Saya pun mencoba mengajaknya bercakap-cakap tapi sepertinya dia tidak memberi respon. Saya pikir sombong sekali. Jadi saya hanya melirik saja ke arah dia tanpa berusaha mengajak bicara lagi. Herannya dia malah yang berusaha tampil beda. Ia sepertinya ingin memperlihatkan senjatanya. Saya sempat deg-deg-an. Maklum masih hijau. Ingin melihat tapi tidak berani.
Rupanya karena tidak mendapat sambutan yang sepatutnya, dia merasa kesal dan ngomong keras seperti memaki tapi saya tidak begitu mengerti. Sepertinya ia marah karena tidak dipesan oleh saya walau saya dari tadi melirik ke arah senjatanya. Heran juga ya, diajak bicara tidak ditanggpi tapi bisa marah. Akhirnya saya pun keluar ruang uap. Tidak lama kemudian dia pun keluar. Waktu saya mau masuk kamar bilas, saya melihat Deni sedang menyambut seorang bule yang tampan. Heran juga darimana dia bisa kenalan dengan bule. Yang gilanya dia menyambut bule itu dengan mesra bahkan sampai membuka handuknya segala. Setelah itu baru dia masuk ke kamar bilas. Lho... kok bisa? Rupanya si bule itu sudah janjian dengan dia dan ingin memakainya. Ini saya asumsikan begitu, karena dia sepertinya menjemput Deni. Jadi Deni pun menyambutnya. Setelah saya perhatikan rupanya memang dia seperti mengalami kesulitan dalam mendengar. Barulah saya teringat akan teman sosmed yang agak cacat itu. Oh...rupanya begitu ya? Baru saya tahu ada gay yang di-booking seperti dia. Awalnya saya sedih waktu dia tidak menjawab atau berbicara dengan saya, tapi setelah saya tahu kondisinya, barulah saya maklum.Deni salah satu gay yang menolak berbicara dengan saya. Tapi itu karena keterbatasan pendengarannya. Saya pun maklum. Tapi saya tidak bisa membookingnya. Maklum gaji saat itu masih kecil....wkwk
Pada kesempatan lain, saya melihat seorang pemuda berbaring di ruang uap tanpa sehelai benang pun. Nah kalau kamu melihat pemandangan indah seperti ini, apa yang dilakukan? Untuk cowo normal biasanya akan langsung ke luar segera. Untuk yang baru jadi gay seperti saya , tentu ini pemandangan yang sangat menarik bukan? Kapan lagi bisa melihat cowo bugil tanpa diminta? Saya pun langsung duduk di sampingnya. Tujuannya satu hanya ingin menikmati pemandangan gratis ini. Istilahnya cuci mata. Nah saya pun menikmati keberadaan kami berdua di ruang uap. Tidak heran kan kalau semakin lama berdua dalam kondisi seperti itu, membuat pikiran saya melayang-layang dan membayangkan yang tidak-tidak. Akhirnya saya tidak tahan juga. Saya pun bermaksud memberanikan diri untuk meraba senjatanya. Namun saat saya melakukannya, tiba-tiba terjadi reaksi yang tidak terduga. Orang tersebut langsung bangun dan marah-marah. Dia memaki-maki saya dan langsung ke luar ruangan. Saya terkejut sekali. Tidak pernah menduganya sama sekali. Saya jadi ketakutan sendiri. Bukankah tadi dia sendiri seperti mengundang? Mengapa bugil-bugil di kamar uap kalau memang bukan tujuannya begitu? Karena ketakutan akhirnya saya pun ikut keluar ruang uap dan masuk ke kamar bilas. Saya ketakutan setengah mati sehingga tidak berani keluar. Rupanya orang itu kemudian datang dengan staf keamanan dari pusat kebugaran. Ia melaporkan bahwa ada orang yang meraba senjatanya. Wuih.... mendengar suaranya yang marah-marah membuat saya tambah ketakutan. Jadi saya berdiam diri saja di ruang bilas sampai lama. Setelah tidak mendengar suara nya, saya tetap tidak berani keluar. Akhirnya setelah tidak tahan baru saya keluar. Beruntung saya tidak berjumpa lagi dan tidak ada kejadian lanjutan setelahnya. Wuih... benar-benar lega. Kalau sampai saya diproses , pasti malu setengah mati. Ini kejadian yang membuat saya takut tapi hanya beberapa saat, karena masih suka melihat cogan yang bening-bening..... Begitulah susahnya kalau terikat dengan dunia ini. Semuanya dikira bisa diraba. Wkwk.... sebuah pelajaran berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Buat kaum cowo (for male only)
RomanceKumpulan artikel yang saya buat dari pengalaman yang saya dapatkan.