Bertemu mantan rekan kerja...

666 3 0
                                    

Nah yang ini pengalaman yang hampir membuka topeng diri sendiri. Maksudnya cowo gay itu masih tabu di Indonesia. Jadi kebanyakan gay di sini tidak berani come out alias menyatakan diri sebagai gay. Memang ada sih beberapa yang berani mengaku terus terang, tapi itu langka! Ada teman yang ngakunya sudah come out. Ia mengaku sudah memproklamirkan dirinya gay di kantor. Terus waktu ditanya, keluarga sudah tahu? Dia bilang belum. Hah? Katanya berani ternyata hanya di luar rumah saja. Padahal yang paling susah kan ungkapkan kepada keluarga. Saya juga tidak berani come out. Bukan hanya di keluarga tapi juga di lingkungan teman-teman. Jadi hanya orang-orang tertentu saja yang tahu. Jadi saya masih chicken hearted alias masih takut gitulah.

Kali ini pengalaman yang tidak disangka-sangka terjadi. Saat sedang di ruang uap dan tidur-tiduran, entah sudah berapa penikmat uang yang keluar masuk ruangan. Tiba-tiba ada yang menyentuh kaki saya. Entah mau apa. Biasanya itu pertanda buat ajakan.... Tapi jangan ngeres dulu ya. Biasanya sih mau kenalan sekalian kalau beruntung dapat hadiah gitu. Karena saya cuekin, orang tersebut kembali menyentuh-nyentuh kaki saya. Terpaksalah diberi respons dengan menggerak-gerakkan kaki. Ternyata gerakan itu dianggap sebagai tanda persetujuan. Tiba-tiba saya merasa ada orang yang memasukkan tangannya ke handuk yang saya kenakan dan tak lama kemudian tangan itu berhasil mencapai tujuannya. Jadi tangan itu tidak mau bertindak tanggung-tanggung. Disibakannya handuk itu hingga bagian rahasia saya terpampang seadanya. Setelah itu gampang ditebak kan? Tangan itu langsung menggapai bagian rahasia yang saya simpan dengan rapi. Dimainkannya bagian itu dengan tangannya. Ah... asyik banget. Saya pun mengintip ke orang yang melakukannya.

Awalnya tidak begitu jelas. Rupanya yang memainkan senjata saya bukan hanya 1 orang tetapi 2 orang! Oh.. saya baru sadar. Rupanya main keroyokan. Dua orang lawan 1 orang. Bayangin deh. Bagaimana senjata saya tidak mau membesar dengan cepat. Tidak lama kemudian salah satu dari mereka mengambil posisi duduk di sebelah saya. Barulah saya melihat dengan lebih jelas. Kulitnya putih. Rasanya dia orang Tionghoa. Hanya badannya berbulu. Maksudnya bulunya terlebih jelas. Ini yang membuat saya jadi ragu-ragu karena jarang orang Tionghoa berbulu lebat seperti dia. Namun yang membuat saya terheran-heran adalah wajahnya. Sepertinya wajah itu saya pernah kenal! Wajah yang tidak asing lagi. Di mana yang saya pernah melihatnya?

Wajahnya lumayan tampan seperti wajah bintang sinetron.

Saya jadi was-was sendiri. Siapa ya orang ini? Jadi saya pun tidak berani membuka seluruh handuk yang menutupi wajah saya. Saya takut dikenali dia. Dia pun tidak terlalu peduli walau wajahnya agar terkejut. Astaga, jangan-jangan dia mengenali saya? Sudah lah habis mau bagaimana lagi. Waktu saya pegang senjatanya, astaga besar amat. Rasanya genggaman tangan saya tidak cukup menutupinya. Jarang-jarang dapat senjata seperti ini. Herannya senjatanya ini sudah mengeluarkan cairannya. Memang tidak banyak. Lho? Berarti dia sudah horni sekali ya. Jadilah saya membantu dia melepaskan hasratnya. Tangan saya pun membuat gerakan yang sangat melenakan. Tidak lama kemudian, cairan itu pun keluar lagi. Wah hebat amat! Baru tidak lama keluar sudah keluar lagi.

Sementara itu orang yang satu lagi tampaknya kecewa tidak saya layani. Jadi dia meminta pemuda ini untuk mengocoki senjatanya juga. Orang yang kedua ini lebih tua dari si pemuda yang pertama. Wajahnya juga tidak buruk. Karena sudah ada dua orang yang bisa saling melayani, saya pun menghentikan ulah saya. Saya hanya menatap kelakukan mereka saja. Nafsu sudah membakar keduanya. Mereka akhirnya saling mengocok. Pemuda yang kedua lebih agresif. Dia membuka seluruh handuknya dan meminta pemuda yang pertama untuk menghisap senjatanya. Namun pemuda pertama tidak mau. Mereka pun berciuman.

Pemuda kedua sangat agresif sehingga pemuda pertama tampaknya kurang terlayani. Saya kasihan juga. Akhirnya saya mengelus-elus tubuhnya dan memainkan kembali senjatanya. Herannya lagi-lagi keluar cairan. Pemuda ini tampaknya benar-benar kuat. Masa bisa mengeluarkan cairan kenikmatan berkali-kali? Akhirnya usai juga permainan ini. Si pemuda pertama entah sudah berapa kali mengeluarkan cairan. Akhirnya mereka berdua keluar ruang uap meninggalkan saya yang masih berdiam sejenak. Mata saya tiba-tiba tertumbuk pada kartu keanggotaan mereka. Iseng-iseng saya lirik namanya. Jimmy Liando. Nama yang tidak asing. Tiba-tiba saya sadar. Bukankah itu nama seorang rekan kerja? Memang sekarang sudah pindah pekerjaan. Astaga! Gawat! Moga-moga dia tidak mengenali saya walau kemungkinan kecil karena dia sepertinya sempat tertegun tadi. Sudah kadung ketahuan. Biarkan saja lah. Saya hanya berdoa moga-moga dia tidak mengenali saya. Sedangkan yang kedua namanya Fuad Yusuf. Saya tidak mengenalinya. Ini memang baru pertama kali saya melihatnya. Tak lama kemudian mereka kembali ke ruang uap dan mengambil kartu mereka. Pertemuan kami pun berakhir.

Pengalaman ini memang tidak biasa. Bertemu dengan orang yang kita kenal. Selain dengan Jimmy saya juga pernah bertemu dengan tetangga. Memang bukan tetangga dekat. Hanya agak terkejut juga waktu mengetahui ada tetangga yang gay. Memang banyak kejadian yang mengungkapkan diri yang sebenarnya di ruang sauna dan ruang uap. Siapa tahu kita bisa bertemu kan? Saya juga pernah bertemu dengan seorang teman FB yang gay. Dia tidak mengenali saya, tapi saya tahu dia dan diam-diam saja. Malu juga bertemu sesama sedang copi darat.

Saya terkadang membayangkan, bagaimana kalau sampai ulah kita ketahuan keluarga kita? Mereka pasti akan terkejut kan? Moga-moga ulah kita tidak menyakiti hati mereka. Karena mereka pasti tidak berharap kita menjadi gay kan?

Buat kaum cowo (for male only)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang