Kali ini mau curhat tentang pengalaman 'come out' sebagai gay. Terus terang sampai sekarang saya tuh belum berani untuk bilang kepada orang-orang di lingkungan dekat tentang ke-gay-an sendiri. Saya tidak mau orang tua dan keluarga tahu kalau mereka punya anak atau saudara yang cenderung gay. Pasti mereka akan susah mengelak pertanyaan-pertanyaan yang akan menyudutkan mereka. Mengapa bisa punya anak gay? Kenapa kamu biarkan anak jadi gay? Apa kamu tidak malu punya anak seperti itu? Mengapa kamu tidak membawa anakmu berobat? Sudah berapa lama anakmu jadi gay? Sejak kapan dia begitu? Makanya jadi orang tua sekarang harus pantau anak! De..es..be.. Kasihan kan orang tua kalau sudah diberondong pertanyaan atau nasehat-nasehat yang memang mereka sendiri bingung. Siapa sih orang tua yang mau mengharapkan anaknya jadi aneh begitu?
Di Indonesia yang namanya gay itu sangat tabu walau sekarang agak sedikit longgar. Tapi jangan berharap bisa diterima di kalangan normal. Jadi inilah alasan yang sangat kuat untuk tidak 'come out'. Lebih baik memendam kesepian dan kesengsaraan sendiri. Tidak perlu orang tua atau keluarga tahu. Saya tidak ingin menyusahkan mereka. Walau mungkin mereka juga akan tetap sedih melihat anak kesayangan mereka tidak pernah menikah dan harapan mereka untuk punya keturunan pupus. Biar gay katanya bisa menikah, kan tidak bisa punya keturunan biologis. Yang ada hanya anak angkat dan bila diangkat oleh pasangan gay, apa tidak kasihan ya anaknya?
Karena tidak mau 'come out' maka saya tidak berani memasang foto asli. Bayangin saja kalau foto itu tersebar dan keluarga tahu. Kasihan mereka. Jadi hanya teman FB yang serius saja yang saya kirimi. Itu pun dengan catatan, tukaran foto. Jadi kalau sampai dia buka jati diri saya, saya juga bisa membukanya. Nah jadi lebih aman kan? Kalau sudah sampai ketahuan , ya pasrah lah. Paling tinggal gantung diri di pohon toge.... kidding! Kalau minta foto diri saya tidak masalah. Tetapi kalau minta foto 'barang pribadi', nah ini sih kalau sudah jadi teman yang statusnya luar biasa. Jadi teman khusus lah. Masalah banyak yang minta foto beginian. Mumet juga ya. Kebanyakan yang kirim foto gituan juga bohongan. Jarang yang berani kirim foto asli. Terus terang saya sih pernah foto burung sendiri. Itu juga ngumpet-ngumpet, takut ketahuan. Tapi karena malu akhirnya saya delete lagi. Stress mikirin kalau ada orang yang melihatnya.
Biar gay konotasi nya jelek, tapi jangan menjadi gay yang murahan. Maksudnya jangan mau dijadikan bahan pelampiasan nafsu. Terkadang sedih juga membaca status teman-teman FB yang baru saja melepas keperjakaan dari lubang anusnya. Alasannya sederhana : ingin coba-coba saja. Banyak yang ingin coba-coba dan akhirnya pengalamannya tidak enak. Setelah dapat keperjakaannya, lalu dilepas bagai binatang. Disapa tidak dibalas. Ditelepon tidak diangkat. Pasrah lah akhirnya. Untung anus tidak punya selaput dara, sehingga tidak ada yang robek. Saya sendiri tidak ingin melepas keperjakaan dengan sembarang orang. Hanya orang yang benar-benar pilihan, baru saya kasih. Tapi itu pun masih mikir-mikir. Karena rasanya aneh juga, lubang anus dibobol. Saya tuh maunya jadi top saja. Tapi kasihan juga kalau membobol anus orang. Balik lagi masalah 'come out' (ngaku sebagai gay). Saya pernah kenalan dengan gay yang dengan bangga mengaku bahwa orang-orang di sekelilingnya sudah tahu bahwa ia gay. Lalu saya tanya, memang keluarganya sudah tahu ia gay? Katanya sih hanya cicinya saja. Dia belum berani ngomong ke orang tuanya. Nah tuh kan? Jarang yang berani ngomong ke orang tua. Maunya mereka tahu sendiri bahwa kita punya kelainan. Orang Timur mana tega melihat orang tua sedih karena ulah kita. Lebih baik bunuh diri kali.
Memang komunitas gay di Indonesia dan Asia yang masih kental kulturnya dengan budaya yang diwarnai ketatnya peraturan agama , gay menjadi momok buat pelakunya. Bayangkan saja , gay di Singapore yang lebih modern juga mengalami hal yang sama. Begitu orang tua melihat anaknya ikut parade pink dot karena tersorot kamera wartawan TV, langsung orang tua nya mengambil keputusan untuk membuang anaknya. Maksudnya sang anak tidak lagi diakui sebagai anak dan ia tidak boleh pulang ke rumah. Sikap ini sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi.
Sebenarnya saya juga pernah coba 'come out' ke mama. Mama malah bingung dan bertanya, "Apa salah mama?" Saya kok jadi tidak tega ya. Masa anaknya yang tampan yang belum bisa mandiri malah menyakitkan hati orang tua. Rasanya bagaimana begitu. Lebih baik memendam saja masalah ini. Toh saya masih bisa berjuang untuk menjadi normal walau kelihatan nya kecil kemungkinannya. Saya lebih senang melihat barangnya 'Rafael' di tempat fitness. Ngomong-ngomong saya sempat bertemu lagi dengan pemuda cute yang mirip Rafael. Heran ya, kok bisa berjodoh bertemu lagi? Dia juga sepertinya berharap yang sama. Pokoknya dia menanti-nanti sentuhan saya. Dia pasrah banget. Kalau diceritain nanti ada yang baper lagi. Yang saya suka dari Rafael, selain tampan ia juga memelihara kebersihan tubuhnya termasuk barangnya. Itu penting banget. Saya malas dekat-dekat dengan orang bau badan. Apalagi setelah nge-gymn, tidak bersihkan diri langsung masuk kamar sauna atau steam. Baunya menyengat. Jadi orang jangan jorok lagi. Rafael itu selain badannya tidak bau, kulitnya juga terawat lho. Wah asyik banget. Sayang saya masih membuka lowongan untuk punya pacar, padahal saya sudah suka banget. Dia pun sepertinya sudah sreg. Nah apalagi yang ditugnggu ya? Seperti nya memang jodoh dengan 'Rafael'. Saya ketemu dengannya untuk ketiga kalinya di tempat yang berbeda. Kok bisa ya? Yang parahnya lagi, dia tuh waktu mandi tirainya sengaja tidak tertutup rapat. Jadi dari depan kita bisa melihat. Waktu dia sadar bahwa saya memperhatikannya mandi, malah tambah lama mandinya. Jiah..... bikin horni saja. Nah ini tips buat cowo normal. Kalau mandi di tempat umum, pastikan tirai atau pintu tertutup rapat. Kalau mandi hanya ditutup tirai, sebaiknya jangan lepaskan CD nya karena banyak gay yang coba-coba membuat kesalahan dengan membuka tirai mandi hanya sekedar bilang 'sorry' setelah melihat barang kita. Itu sudah modus yang umum.
Sebelumnya saya pernah juga naksir dengan cowo tampan tapi normal (straight). Ingin banget berada dekat-dekat dengan dia. Rasanya hati nyaman berada dekatnya. Saya sempat juga 'come out' walau tidak berani mengaku naksir dia. Dia baik hati lho. Dia ingin menolong saya. Dibawanya saya ke tempat 'begituan' dengan harapan saya mau berhubungan seks dengan pelacur. Tapi bagaimana jadinya? Hati saya tidak di sana. Biar pun pelacur mengelus-elus barang saya, sang jago tidak mau berdiri. Wkwkw.... Sayang banget ya. Coba kalau yang mengelus Rafael, tidak dielus juga berdiri sendiri. Sudah separah itukah penyimpangan saya?
Yang terakhir saya menyerah berjuang sendirian. Rasanya semua enersi terkuras habis. Mau menangis hanya bisa sendirian. Saat mau tidur kalau kesepian, hanya bisa menitikkan air mata. Beruntung ada teman gereja yang mengingatkan, "Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil!". Begitu ya? Kenapa sampai saat ini saya belum bisa berubah? Maunya saya dapat keajaiban. Langsung saya jadi pria macho yang dikagumi banyak cewe (sekarang juga banyak sih.. hanya tidak ada yang diterima... wkwk). Itu yang menjadi satu-satunya harapan saya. Saat saya sedih dan sendiri, tertolak dan seperti tidak ada harapan, kata-kata teman saya terngiang "Bagi Tuhan tidak ada yang mustahil". Seperti nya kata-kata ini memberi kekuatan. Di saat saya lemah dan merasa hancur, seperti ada kekuatan lain yang memotivasi saya untuk tidak bunuh diri. Saya tahu ada Roh yang hadir yang ingin membimbing saya. Hanya saya nya yang bisa menerimanya. Suatu kali saya pasti menerimanya. Hanya hati masih lemah. Masih mudah jatuh terus.Namun saya tidak boleh menyerah. Begitulah kisahku, bagaimana dengan kisahmu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Buat kaum cowo (for male only)
RomanceKumpulan artikel yang saya buat dari pengalaman yang saya dapatkan.