Gay dari Tiongkok...

775 1 0
                                    

Ini pengalaman di liburan hari lebaran kedua.


Jakarta memang lenggang, walau tidak sepenuhnya begitu. Di hari kedua lebaran, untuk menikmati lebaran, saya yang tidak punya kerjaan, lari ke tangerang Karawaci untuk menikmati fitness centre di sana. Tidak terduga ada pengalaman unik yang kudapat. Sewaktu masuk ke ruang steam, ada dua cowo yang sedang menikmati tipisnya uap di ruang itu. Yang satu rasanya masih kuliah bahkan sekolah, sedangkan yang lain lebih dewasa. Yang menarik, si pemuda Chinese yang kedua ini duduknya ngangkang. Bisa dibayangkan , walau pakai handuk besar dengan menaikkan satu kakinya, maka handuknya terbuka lebar. Otomatis bagian bawahnya terpampang jelas. Bolanya memang besar, tetap perabotnya sih tidak. Rupanya M (itu namanya setelah kita berkenalan) memang sengaja berbuat begitu. Dia ingin memberi umpan kepada para gay, karena dia tidak tahu mana yang gay dan mana yang bukan. Semakin diperhatikan, semakin dia berupaya agar bendanya makin terlihat. Orangnya putih, ganteng dan belum disunat. Dia berada cukup lama di ruang uap dan saya sempat berkenalan.


Awalnya bingung juga karena waktu ditegur, ia hanya membalas dengan singkat dan tidak jelas, malah seakan-akan tidak bisa bicara dan hanya memberi isyarat. Akhirnya saya tanya dalam bahasa Inggris, "Kamu bisa bahasa Indonesia?"

Dijawab tidak. Itu dia masalahnya. Dia tidak mengerti bahasa Indonesia!

"Memang kamu dari Negara mana?"

"Dari Tiongkok" jawabnya.

"Kamu kerja di sini?"

"Betul"
Dia kerja di perusahaan garment milik orang Jepang dan kerja di bagian asesoris. Perusahaan garment itu mengutusnya ke Indonesia selama beberapa bulan.

"Bagaimana dengan Indonesia? Bisa menikmati kehidupan di sini?" saya bertanya lagi.

"Lumayan. Hanya saya tidak bisa senang-senang di sini."

Saya pun maklum, orang asing di Indonesia dan baru tidak lama, tentu tidak mengherankan kalau belum bisa menikmati hiburan di sini.

Namun saya salah kaprah. Maksudnya hiburan di sini, adalah hiburan malam. Terutama ke klub-klub khusus.
"Kamu gay?" tanyanya kepada saya secara langsung.

Wah berani amat sih tanya-tanya status.

"Eh.... ..." gelagapan saya menjawab.

"Kalau kamu?" saya tanya balik.

"Saya gay." Jawabnya mantap.


"Oh ya? Sudah lama jadi gay?" saya tanya lagi.
"Setelah kuliah"
"Memang sekarang kamu umur berapa?"
"Coba tebak!" dia malah minta menebak umurnya.
"30 ya?" saya mulai menebak.
"Iya kira-kira segitu."
Lalu tanpa tendeng aling, ia mulai bercerita.
Dia adalah anak 3 dari 4 bersaudara.
"Wah banyak amat saudaranya." Imbuh saya.
"Iya. Kalau jaman sekarang susah punya anak banyak."
Waktu kuliah, dia bertanya-tanya dalam hati. Apakah dia gay. M belum pernah pacaran dan tertarik dengan cowo. Akhirnya setelah kuliah dan bekerja di Osaka, Jepang, ia mencari-cari di internet situs gay dan mencari orang gay. Akhirnya ia bertemu orang gay yang sudah tua, umurnya 60 tahunan.
Ia pun dibawa orang tersebut nginap di rumah cinta yang banyak bertebaran di Jepang. Hanya ia tidak bisa berhubungan sex, karena ada larang di Jepang bahwa 2 laki-laki tidak boleh ada di satu kamar di rumah cinta tersebut. Lalu M dibawa gay tua tersebut ke klub gay di Jepang. Dia sangat kaget. Di sana semuanya bebas. Ada yang ciuman. Ada yang minum-minum. Bahkan ada yang hubungan sex! M sendiri tidak berhubungan sex dengan gay tua tersebut.
Setelah itu, ia datang lagi sendirian ke klub itu. Dia pun berkenalan dengan seorang pemuda gay Jepang yang ganteng, bodinya yahut karena nge-gym. Saat itulah ia pertama kali merasakan hubungan sex dengan gay. Namun parahnya, pemuda gay itu ternyata professional alias gay yang dibayar. Setelah mereka berhubungan sex, si pemuda Jepang minta bayaran. Karena ia berada di Negara orang dan takut ribut, akhirnya ia pun membayar sang pemuda.
Sejak itulah ia suka mencari pemuda dan berhubungan sex. Ia sendiri seorang "top" alias tukang tusuk.
Dia sudah pernah kerja di Taiwan dan Malaysia selain di Jepang dan sekarang sedang bekerja di Indonesia selama beberapa bulan. Ia sangat menikmati kerja di Taiwan karena di sana ia sudah ketemu klub gay. Sedangkan di Indonesia dia tidak tahu cari di mana.
"Di Indonesia ada klub gay?" tanyanya.
"Ada." Jawab saya.
"Di mana?" ubernya lagi.
"Eh... saya tidak tahu. Tapi mungkin saya bisa cari informasi ke para teman di FB (saya kepikiran begitu). Saya sendiri tidak pernah pergi ke klub gay."
Wah saya tidak pernah ketemu orang yang suka ke klub-klub gay seperti dia.
"Sebenarnya kalo mau, di tempat fitness seperti ini juga banyak gay." Tambah saya,"Hanya sekarang sedang libur, jadi banyak yang sedang liburan."
"Kalau di sini, bagaimana tahu orang itu gay bukan?" tanyanya.
"Wah..... mungkin cara kamu sekarang dengan membuka handuk seperti ini bisa memancingnya." Jawab saya.
"Kalau sudah tahu orang itu gay, terus bagaimana?" tanyanya lagi.
"Ya.. kamu ngomong-ngomong dululah. Kalau cocok baru lanjut." Jawab saya. "Kamu kan muda dan ganteng. Pasti banyak yang mau."
"Ah bisa aja. Kamu terlalu memuji." Balasnya merendah.
"Lalu kalo sudah cocok bagaimana? Apa yang boleh dilakukan?" tanyanya lagi.
"Wah terserah kamu. Apa mau sentuh atau pegang." Jawab saya berlagak tahu.
"Selain itu? Apakah boleh lebih jauh?" dia terus bertanya. "Apa ada yang melakukan hubungan di sini?"
Sedikit bingung juga jawabnya. Tapi akhirnya dengan PD saya jawab,"Rasanya bisa." Karena saya pernah lihat para gay saling kocok dan isap-isapan di ruang sauna dan ruang uap.

Selama percakapan, ia sudah membuka handuknya lebih lebar. Saya perhatikan bulatan bolanya memang besar dan bersih, tanpa bulu. Memang bulu rambutnya tidak banyak juga.
"Besarnya penis kamu berapa cm?" saya memberanikan diri bertanya.
"Kecil. Paling 13 cm." Katanya. "kalau punya orang Indonesia berapa?" tanyanya
"Biasanya orang Chinese keturunan memang tidak panjang. Tapi orang Indo asli banyak yang gede-gede." Jawab saya. Jadi ingat anak SMA yang bugil dan saat berdiri panjangnya 18-20 cm! "Ukuran kamu sih sedang" tambah saya lagi.
Tidak terasa sudah cukup lama kita ngobrolnya.
Herannya karena asyik ngobrol, jadi tidak kepikiran buat melakukan hal-hal lain.... (memangnya mau apa ya?)

Begitulah sepenggal kejadian kemarin. Dia tidak berani pegang-pegang juga. Saya juga tidak berani walau ia buka-buka handuknya. AKhirnya ia ucapkan terima kasih sudah diberi informasi. Saya juga tidak berani tanya nomor HP nya, takut keterusan... wkwkwk...


Buat kaum cowo (for male only)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang