Pangeran Cinta

945 8 1
                                    

Setelah cinta monyet yang saya alami (baca notes : monkey love), kemudian diikuti dengan rasa suka kepada beberapa cogan. Namun itu hanya angan-angan saja. Yang ini tidak diceritakan (mungkin nanti akan diselipkan saja). Maklum saya kan tidak berani come out, apalagi masih pendiam. Mana berani saya terang-terangan menunjukkan rasa suka.
Tapi yang satu yang satu ini, akan saya ceritakan karena memang rada khusus. Sebelumnya saya sedikit mengulang kriteria cowo yang saya idamkan. Namanya juga idaman berarti kalau bisa dapat yang seperti itu, tapi kalau tidak... ya tidak tahu. Jomblo seumur hidup kali ya? Bukan karena rasis, tapi memang saya lebih suka yang berkulit putih bersih dan cute. Usianya sih maunya yang masih muda, sekitaran anak kuliahan. Lebih tua atau muda tidak masalah. Kira-kira seperti itulah pangeran idamanku. Buat yang alergi dengan adegan vulgar, mohon maaf sebelumnya untuk tidak membacanya. Demikianlah kisah ini dimulai.... Suatu kali waktu saya berada di ruang uap, masuklah seorang pemuda. Awalnya sih saya tidak begitu memperhatikannya. Ia berpakaian rapi dan lengkap. Maksudnya, selain mengenakan handuk sebagai penutup tubuh bawahnya, ia juga mengenakan CD alias celana dalam. Kok saya tahu dia pakai CD? Simple saja. Kalau di balik handuk ada tanda lingkaran di paha atas, itu pasti CD. Karena ruang uap itu penuh uap (betul kan?), jadi saya tidak terlihat jelas melihat sosok wajah dan tubuhnya. Samar-samar. Namun tentu saja saya bisa membedakan tubuhnya yang putih. Pemuda ini tubuhnya tidak terlalu kurus dan tidak gemuk juga alias ideal dari sudut berat badan. Sedangkan dari sisi tinggi, tubuhnya saya perkirakan hampir sama atau sedikit lebih tinggi dibanding saya. Seperti layaknya orang yang belum kenal, maka awalnya kami hanya diam-diaman saja. Tetapi karena bosan berdiam diri, maka saya pun mulai mengajaknya bercakap-cakap. Jadi kami pun mulai berkenalan. Rupanya dia mahasiswa tahun kedua di UPH. Wah pasti anak borju nih. Itu yang saya tahu.

Sambil berbicara posisi duduk kami pun mendekat. Jadi saya bisa memandang raut wajahnya dengan lebih jelas. Astaga! Anak itu cute sekali! Begitu memandang dengan jelas, saya tahu hati saya berdebar-debar. Astaga.... ada apa dengan hati ini? Kamu suka ya? Saya tertegun melihat parasnya. Benar-benar tampan. Sorot matanya tajam dan bening. Mukanya oval manis. Luar biasa! Wah saya ketiban duren. Hati saya jadi berbunga-bunga. Jadi saya pun mengajaknya bicara panjang lebar karena saya ingin tahu segala sesuatu tentangnya. Tentu saja tidak bisa terlalu kelihatan, nanti dia bisa takut kan?

Dari hasil ngobrol-ngobrol, saya jadi tahu. Dia anak tunggal alias anak satu-satunya di keluarga. Dia fasih berbahasa Inggris dan Mandarin sehingga dia mengambil kelas yang khusus berbahasa Inggris. Wah berarti dia anak pintar kan? Saya bisa berbahasa Inggris tapi Mandarin hanya bisa sedikit saja. Alias dibandingkan dengan dia , saya masih kalah. Lalu ngobrol tentang mobil. Dia cerita tentang mobil-mobil mewah yang pernah dikendarainya. Waduh... dia pernah ngebut dengan mewah di jalan tol. Dia juga cerita bahwa kalau parkir di mal, biasanya parkirnya di tempat khusus dengan ongkos parkir yang juga mahal. Wuih.... dalam hal ini pun saya masih kalah. Saya paling banter mengendarai mobil Honda. Berarti dalam hal materi pun saya kalah jauh. Semakin lama mengobrol dengan Ryan (sebut saja begitu, ini sekedar nama samaran), semakin saya mengaguminya. Cute, pintar dan tajir! Hati saya semakin berdebar-bedar. Ini kan pangeran impian saya dari kecil! Ia hidup seperti di negara antah berantah, sulit dijangkau. Sambil ngobrol, tak terasa kaki saya pun bersentuhan dengan kakinya. Maklum jarak kami sudah sangat dekat. Biasa kalau ngobrol kan tidak jauh-jauhan kan? Memang tanpa sengaja terjadinya. Saya tiba-tiba terkejut sendiri. Waduh... bagaimana kalau dia tidak suka sentuhan ini? Cepat-cepat saya menarik kaki saya. Tapi sewaktu mengamati reaksinya, sepertinya ia acuh saja. Berarti boleh dong? Karena tidak ada penolakan, maka di saat lain kaki kami kembali saling bersentuhan. Dia tidak bereaksi sama sekali, jadi saya biarkan saja kaki saya berada dalam kondisi bersentuhan dengan kakinya. Kapan lagi bisa bersentuhan dengan pangeran pujaan hati? Lama-lama sentuhan kaki tidak lagi sekedar sentuhan biasa. Terkadang karena gemas, sambil ngobrol kaki pun mulai membelai-belai kakinya. Jiah...... dikasih hati mau jantung ya.... Awalnya takut-takut juga. Takut ditolak. Ternyata Ryan tidak ada tanda-tanda menunjukkan penolakan. Jadi sambil ngobrol, sambil kaki kami saling bersentuhan dan membelai. Kok bisa ya? Jangan tanya saya kenapa bisa begitu. Saya juga heran. Kok dia mau ya disentuh-sentuh dan dielus-elus walau dengan kaki. Apakah dia naksir saya? Jiah... ge..er.. nih.

Rupanya Ryan baru bergabung dengan klub kebugaran. Jadi dia masih baru dan masih polos. Kami masih sama-sama polos ya? Wkwk... tidak tahu deh. Tapi yang namanya nafsu melanda siapa pun. Karena setiap kita memang sudah dilengkapi dengan perangkat untuk memuaskan nafsu kan? Semakin ngobrol semakin asyik. Tidak peduli sudah berapa lama waktu yang kami habiskan untuk ngobrol. Walaupun ruang uap tidak memadai untuk ngobrol lama-lama , tapi kami tetap bertahan. Sesekali kami keluar sebentar untuk membilas tubuh agar kembali segar tetapi setelah itu masuk kembali. Jangan tanya kenapa bisa begitu. Tapi begitulah kejadiannya. Apa karena itu kekuatan cinta? Apa itu karena kekuatan nafsu? Tidak jelas juga. Yang pasti cinta membuat kekuatan manusia bertambah. Nafsu membuat manusia mengabaikan ketakutan dan menjadikan manusia lebih berani. Termasuk berani untuk mencoba.

Entah mengapa, melihat Ryan seperti pasrah saja kakinya disentuh dan dibelai-belai, membuat saya jadi bernafsu. Gila ya? Di tempat umum begini nafsu berahi muncul. Jadi selain kaki, tangan saya pun mulai coba menyentuhnya! Berani sekali bukan? Begitulah dosa. Dimulai dari yang kecil. Sentuhan-sentuhan. Belaian-belaian. Baru semakin lama semakin ..... Herannya Ryan sepertinya pasrah saja. Tidak ada penolakan sama sekali. Sorot matanya yang tajam dan bening sepertinya mengijinkan saya melakukannya. Dia sepertinya membiarkan saja apa yang akan saya lakukan. Tiba-tiba nafsu berani saya mengelepar-gelepar ingin dipuaskan. Gila.... Tangan saya pun sudah berani menggelitik-gelitik kaki dan pahanya. Sepertinya Ryan menerimanya dengan senang hati. Malahan ia seperti mengharapkannya. Kedua kakinya mulai terbuka lebar sehingga saya bisa melihat CD nya yang berwarna biru gelap. Kalau cowo sudah naik nafsunya, ibarat gelombang air yang melanda apapun, semuanya diterjang. Semakin lama, semakin saya menjadi makin berani. Tangan yang tadinya hanya menggelitik kaki dan paha Ryan, sekarang saya tujukan ke pusatnya! Apalagi kalau bukan senjata pamungkas Ryan! Hati saya sudah tidak karu-karuan. Berdebar kencang penuh nafsu. Tidak ada lagi kata-kata yang kami ucapkan. Sekarang semuanya digantikan dengan ulah dan aksi tangan saya. Arggh.... ada apa dengan diri saya. Mengapa nafsu saya jadi tidak terkendali. Ya Tuhan... bagaimaan ini? Namun sebentar saja pikiran bekerja setelah itu nafsu menenggelamkannya. Pikiran pun menjadi buntu. Semua indera yang ada di dalam diri saya hanya difokuskan pada satu tujuan saja yaitu senjata Ryan!

Akhirnya tangan saya dengan mudah menjangkau sasaran! Tidak ada perlawanan sama sekali dari Ryan. Padahal itu adalah pertemuan kami yang pertama. Itu adalah awal kami berkenalan. Dia benar-benar menyerahkan senjatanya untuk saya sentuh. Sentuh? Oh...oh.... bukan sekedar sentuh. Karena saat disentuh, saya tidak bisa membedakannya. Yang mana senjatanya? Jadi akhirnya saya mengambil langkah yang lebih berani. Handuk yang membalut tubuhnya saya lepaskan. Lagi-lagi Ryan menyetujuinya. Bahkan ia membantu saya melepaskannya. Jadi yang tersisa hanyalah CD warna biru gelapnya. Setelah handuknya lepas, barulah saya dapat memandang gundukan yang menonjol di balik CD nya itu. Astaga besar sekali! Pantas saya pikir tadi itu hanya ?? Saya pun mengelus-ngelus senjatanya dari balik CD. Ryan tampak semakin menikmati. Ukurannya sudah sangat besar! Saya pun jadi penasaran. Saya tarik CD nya sehingga kepala senjatanya mulai tampak keluar. Luar biasa! Tidak puas hanya melihat kepalanya, saya pun menarik CD nya lebih jauh sehingga akhirnya senjatanya terpampang penuh. Wow... putih mulus. Begitu panjang dan besar. Kepalanya berwarna kemerahan segar. Pasti dia masih perjaka seperti juga saya... Ih....

Ah menuliskan pengalaman ini membuat saya jadi horni. Kenangan yang sangat indah. Kenangan pertama kali dengan pangeran pujaan. Mohon maaf sebesar-besarnya karena saya mengungkapkannya dengan vulgar. Apakah perlu diteruskan...? Saya takut diblok oleh admin FB lagi bila ada yang melapor. Nanti tunggu reaksi dari teman-teman saja. Kalau memang setuju diteruskan , maka akan saya lanjutkan. Kalau tidak ya cukup sampai di sini. Nanti akan saya lanjutkan dengan topik lain. Maaf ya bagi yang tidak berkenan. Memang bagian ini mengisahkan nafsu semata. Nafsu yang tidak terkendali menimbulkan dosa. Yang setelah dilakukan barulah menyesal. Kisah ini memang tidak sampai di sini. Masih berlanjut sampai lebih jauh....

Buat kaum cowo (for male only)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang