Jeruk Makan Jeruk

964 6 1
                                    

Ini salah satu kisah yang kurang menyenangkan tentang gay. Maklum kisahnya tidak berakhir happy ending. Sekitar seminggu lalu, saat menikmati ruang uap, seorang engko-engko yang sudah berusia 40-an memberi isyarat kepada saya dan berkata,"Ada barang bagus di ruang sauna" sambil mengangkat jempolnya. Saya tidak tahu maksudnya, tapi jadi penasaran. Pasti maksudnya ada orang gay yang tampan, begitu pikiran yang muncul dalam benak saya. Karena saya tahu sang engko yang walaupun tidak saya kenal, pasti dia orang gay. Herannya walau tidak kenal, sepertinya dia tahu kalau saya suka juga dengan cowo yang tampan. Mungkin itu yang disebut radar gay ya?

Untuk memahami maksudnya, saya pun menyudahi acara santai di ruang uap dan masuk ke ruang sauna. Si engko pun rupanya mengikuti alias dia juga masuk ke ruang sauna. Ingin tahu kejelasan perkataan dari sang engko itu. Memang ada seorang pemuda. Rasanya pemuda ini yang dimaksud oleh si engko. Orangnya memang masih muda, makanya disebut pemuda (wkwk). Kulitnya putih dan raut wajahnya segar. Dengan pancaran kemudaannya, dia memang cukup menarik. Tapi tipe-nya bukan yang saya sukai. Rupanya dia juga tidak menyukai saya. Buktinya tidak lama setelah saya masuk dia pun keluar . Wah kenapa jadi sensi ya? Maklum biasanya pada suka sih dengan saya (wah jadi ge-er nih).

Keluar dari ruang sauna adalah hal yang lumrah. Kan setiap pengunjung bisa masuk dan keluar dengan bebas. Yang tidak biasa, adalah saat si pemuda keluar ruang sauna saya dengar ia melontarkan perkataan kepada si engko. Apa yang dia ucapkan tidak saya dengar jelas. Namun akibatnya membangkitkan amarah si engko. Si pemuda yang sudah berada di luar ruang sauna didatangi oleh si engko sambil mencak-mencak dengan kata-kata keras dan kasar. "Dasar homo... dari tadi keluar masuk ruangan saja. Memang gua tidak tahu? Elu kan cari kon*** kan?" Kata-katanya menggelegar sehingga semua yang ada di area di luar kamar bilas bisa mendengarnya. Lalu dibalas oleh si pemuda yang lagi-lagi saya tidak bisa mendengarnya. Yang pasti kedua orang itu saling maki. "Awas lu ya. Kalau ketemu lagi , gua gebuk!" Mereka saling adu mulut hingga ada pemuda lain keluar dari ruang bilas memisahkan mereka. Saya hanya menyaksikan ulah mereka dari ruang sauna. Akhirnya pertikaian mereka selesai juga. Si engko dengan paras kesal kembali masuk ke ruang sauna. Saya yang penasaran bertanya,"Ada apa sih Ko?" tapi si engko tidak memberi jawaban. Sehingga saya pun mengembangkan imajinasi. Kalau si engko sudah memberi isyarat ke saya bahwa ada barang bagus di ruang sauna berarti maksudnya si pemuda itu adalah barang bagus. Sebagai penggemar barang bagus, pasti dia sudah melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh si pemuda. Mungkin si engko sudah meraba-raba barang si pemuda. Tapi karena si pemuda tidak menyukai si engko, maka ia tidak memberi tanggapan malah kemungkinan ia kesal. Karena si pemuda tidak rela barangnya dipegang si engko maka waktu ia keluar ruang sauna, maka si engko dikata-katai. Akibatnya si engko marah dan terjadilah perang mulut tadi. Dua-duanya memang gay. Tapi si engko bukan tipe yang disukai oleh si pemuda. Dalam hati saya saya berkata, "Sesama bus kota dilarang saling mendahului." Maksudnya kalau tidak suka, jangan saling memaki. Jangan memaksakan kehendak sendiri. Biar bagaimanapun setiap orang punya tipe orang yang disukai. Itu alamiah dan tidak bisa dipaksa.

Tidak bisa kita meminta orang lain menyukai kita. Kalau sudah begini itu namanya nasib kan? Yang pasti jangan cari perkara apalagi sampai ribut-ribut saling membuka identitas diri di hadapan khalayak ramai. Lebih baik diam-diam tapi hasilnya memuaskan! Hmmmm...... Seperti semalam.

Sewaktu saya masuk dan duduk di ruang sauna, seorang pemuda berdiri sambil sandaran di dekat tungku pemanas ruang sauna. Begitu saya duduk, saya bisa melihat gundukan di balik handuknya. Lho kok ada gundukan besar begitu? Saya pun pasti menduga, si pemuda lagi horni. Ya iyalah... kalau tidak bagaimana senjatanya bisa mengembang besar begitu? Hanya ada kami berdua, jadi bisa dengan leluasa kejadian ini berlanjut. Saya perhatikan si pemuda kulitnya tidak putih atau bening seperti yang saya sukai. Walau ia keturunan Tionghoa tapi kulitnya coklat. Ada sedikit rambut di dagunya. Ini biasanya tipe orang yang kurang menjaga penampilan... Wkwk... Tapi memang ia lumayan menarik. Tinggi besar dengan ukuran yang besar! Itu terlihat dari luar. Entah bagaimana sebenarnya.

Melihat saya memperhatikan gundukannya, si pemuda tambah horni. Ia mengundang saya untuk menyentuh senjata rahasianya itu. Wah pasti dia sudah horni berat. Kalau cowo sedang horni seperti ini dan tidak dituntaskan pasti tidak puas dan bisa tidak stabil emosinya. Ia pun meminta saya untuk memastikannya. Saya pun tidak menyia-nyiakan undangannya. Nah ini namanya diundang kan? Kalau tidak mana saya berani. Saya sih tidak mau pertikaian seperti yang dialami oleh si engko di atas. Namanya juga sukarela. Jadi dengan sukacita, ia pun mengembangkan ukuran senjatanya ke puncak. Wah besar amat sih diameternya. Ukurannya sekitar 17 cm dengan diameter 5,5 cm. Itu sih perkiraan aja, maklum saya tidak mata penggaris untuk memastikan. Si pemuda maunya dipegang-pegang, di remas-remas, dikocok-kocok. Pokoknya semuanya. Terus ia minta saya untuk mengemutnya. Oit.... yang ini sih amit-amit. Saya tidak mau. Rada jijik juga sih. Masa begituan dimasukin ke mulut? Apalagi ukurannya sebesar itu. Ia pun mengalah. Ia tidak memaksakan keinginannya. Jadi akhirnya ia melepas handuknya, minta dikocok saja. Kalau sedang iseng, saya cuekin saja. Tapi karena sedang 'baik hati' , saya bantuin si pemuda untuk mencapai puncak kenikmatannya. Akhirnya lahar putih memancar dari senjatanya. Si pemuda puas. Tanpa mengucapkan terima kasih, ia pun melangkah keluar. Wah tidak sopan ya. Masa sudah dibantuin , lalu keluar ruangan begitu saja. Dasar homo. Maunya enak sendiri.... wkwk...

Waduh saya menulis seperti ini pasti orang menduga saya kegatelan lagi. Apalagi kalau si Teddy baca. Tapi itulah yang saya alami. Entah apa yang saya cari. Masih mau hidup di lingkungan seperti ini. Tidak berani ML, tidak berani isap-isap, tidak berani punya bf. Hidup hanya untuk mencari kon*** kata si engko. Hanya puas kalau melihat sejenisnya puas. Tidak berani yang lain. Karena suatu kali saya memang masih ingin menikah dan keluar dari kesukaan melihat dan membandingkan senjata rahasia. Moga-moga saya sudah bertobat saat kiamat datang. Kalau tidak binasalah saya.

Buat kaum cowo (for male only)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang