Maaf baru update, kemarin UBBY sibuk MOS masuk SMA. Asyiikk ubby dah jadi anak SMA dong :p
Yang anak IPA mana suaranyaaaaa :v
-selamat membaca :)
-
-
-
-Sebulan telah berlalu, Zita mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya. Zita akhirnya memilih ekskul karate, agar bisa melindungi dirinya. Walaupun kadang ia masih suka diganggu oleh Bianca dan teman-temannya. Dengan motif Bianca terbakar api cemburu karena kedekatan Zita dan Wikan. Seperti sekarang ini.
BRAK!
"Pergi lo nyet! Nempel mulu ama Wikan!" bentak Bianca.
Mereka sedang makan bersama di kantin. Tapi hanya ada Wikan dan Zita, yang lainnya sedang memesan.
Zita sudah memasang wajah takut-takut, keringat mengucur di sekitar pelipisnya. Berbanding terbalik dengan Wikan yang tidak kaget, ia tak merasa terganggu dengan sesosok gadis jadi-jadian itu.
"Gue mau makan di sebelah Wikan, pindah lo!"
Zita hanya menurut saja, ia pindah di hadapan Wikan. Sedangkan Bianca dengan senang hati duduk di bangku Zita yang tadi.
"Wikan, mau disuapin gak? Sini gue suapin ya?" tawar Bianca dengan wajah sok imut andalannya.
Wikan tak melirik ke Bianca, pandangan matanya fokus pada Zita yang sedang asyik memakan baksonya.
Itu pipi apa balon, sih? Tembem amat. batinnya.
Bibir Zita berwarna pink natural, berbanding terbalik dengan Bianca yang merias wajahnya setebal mungkin. Dengan bibir sangat merah.
Sampai akhirnya pandangan Wikan teralihkan pada sebuah tangan bergelayut manja di otot kekarnya.
"Sini gue suapin, ya."
Wikan menajamkan matanya, memberi isyarat agar Bianca menjauhkan tangannya. Bianca tak juga mengerti, Wikan menepis kasar tangan Bianca.
"AWH---kok kamu kasar sih Beb?!"
"Idiw bebep-bebepan segala...," sambung Randi, di belakangnya ada lima orang yang membututinya.
"Ada tamu tak diundang nih gaes," kekeh Alvin.
"Nyambung-nyambung aja lo nyet!" kesal Bianca seraya menatap keenam orang itu.
"Buset tuh muka dempul amat, mau sekolah apa kondangan?" ujar Dafa.
Baru saja Bianca ingin menampar pipi Dafa, Tiara sudah menahan tangannya. Dafa yang melihat itu tersenyum penuh arti.
"Kalo mau bikin rusuh, lo salah tempat. Tempat lo noh sama sekawanan muka dempul." ketus Tiara.
"Awas lo! Gue bakal bales!"
"Siapa takut!"
Tiara duduk seraya mengibaskan rambut pendeknya tepat di wajah Bianca.
Bianca-pun pergi seraya menghentak-hentakkan kakinya. Wikan akhirnya bisa bernapas lega karena pengganggu hidupnya sudah pergi.
"Lo dideketin diem aja si, Kan?" tanya Dandi.
"Terus?"
"Ya lo usir kek, kalo perlu lo buang sekalian gih ke bantar gebang." sahut Dandi.
"Udah kek sampah aja dibuang kesana," tukas Rivan.
"Ya emang sampah," ucap Wikan.
*******
Beberapa kali Zita menguap lebar, ia sangat mengantuk. Mungkin faktor kekenyangan juga. Padahal sekarang ini adalah pelajaran jam terakhir. Ia menoleh ke sampingnya, Wikan menatap serius Pak Dadan yang sedang menjelaskan rumus Fisika. Bahkan wajah Wikan lebih menarik daripada penjelasan Pak Dadan.
