HELLO!
HOW ARE YOU, GUYS?-
-
-"Ini si Zita pingsan apa tidur si njir? Gak bangun-bangun, padahal dia merem udah lebih dari 5 jam 25 menit 33 detik." cerocos Dafa.
Tiara mendengus sebal, "Mulut lo diem napa, berisik!"
Dafa langsung mempoutkan bibirnya.
Ya, mereka masih berada di gedung tua. Tetapi bedanya sekarang sudah pagi dan ada anak 6 datang.
Setelah kejadian Wikan menembak cinta pada Zita, bukannya diterima, ia malah mendapati Zita pingsan.
"Kita pulang ajalah yuk, serem anjir ni tempat udah kek gedung." celetuk Dafa yang membuat siapapun yang mendengarnya ingin menampol.
"EMANG GEDUNG GOBLOK!"
"Selo lah, ngegas mulu lo!"
Tiara hanya mendelik tajam.
Wikan mengangkat tubuh Zita ala bridal style.
"Eh mau kemana Bos?" tanya Dafa.
"Back to home," jawab Wikan.
"Yeuu dia ngomong sunda,"
"Inggris pekok!"
"Salah mulu hayati lelah,"
Tiara menarik tangan Dafa agar diam, ia menggenggamnya erat. Karena cara inilah yang herannya bisa membuat Dafa diam seribu bahasa.
Randi dan yang lainnya menahan tawa melihat ekspresi Dafa yang salah tingkah melihat tangannya digenggam Tiara.
Wikan hanya mendengus.
Mereka menuruni satu persatu anak tangga, dan akhirnya merekapun bisa keluar dari gedung tua yang tak berpenghuni lagi. Mereka bisa menghirup udara segar di pagi hari.
Wikan mengernyit bingung karena tak ada satupun mobil terlihat di matanya.
"Lo pada naik apa kesini?" tanya Wikan seraya menoleh ke belakang.
Alvin menunjuk kendaraan yang tak jauh dari mereka, "Kita nyewa travel, biar muat. Ribet kalo pake mobil harus dua." ujarnya.
Wikan hanya mengangguk dan kembali melangkahkan kakinya.
Benar saja, travel ini bisa menampung genk ini tanpa harus ribet.
"Kan, lo hutang cerita sama kita semua." ujar Randi membuat Wikan memutar bola matanya malas.
Risiko memiliki teman kepo akut :3
*********
Mereka saat ini berada di rumah Zita yang hanya ada asisten rumah tangga saja. Beruntung di perjalanan Zita sudah sadar.
"Non? Kok Non semalem gak pulang? Nomornya juga gak aktif? Non kemana?" tanya asistennya dengan raut wajah sangat panik.
Zita menelan ludahnya susah payah, inilah kelemahannya, tak bisa memberi alasan jika mau berbohong.
Wikan menggenggam tangan Zita yang dingin.
"Semalem Zita diculik," ucap Wikan.
Zita melotot; kenapa jujur banget si?
"Saya gak mau bohong atau nutupin sesuatu. Percuma bohong kalau akhirnya ketahuan juga. Jadi saya jujur, kalau semaleman Zita diculik dan saya berusaha nolong dia. Bibi ingat orang yang jemput Zita kemarin?"
