6

2.3K 200 2
                                    

Maaf ya kalau chapter ini rada gaje gimana gitu (walaupun panjang), duh mood nulis aku lagi anjlokk banget :( lagi ga enak badan juga :"( maaf banget

Selamat membaca...,
-
-
-
-

Zita tak menyadari jika kedua tungkainya menaiki anak tangga satu persatu. Sampai akhirnya ia membuka sebuah pintu, hembusan angin langsung menerpa kulitnya. Ia tersenyum, tempat kesukaannya dari kecil. Rooftop.

Ia merentangkan tangannya, dan berteriak kencang untuk meluapkan apa yang ia rasa. Sampai akhirnya sebuah suara menghentikan aktifitasnya.

"Definisi orang gak tau diri itu, udah ditolongin malah kabur."

"Eh?"

Zita menoleh ke sumber suara, ck, Wikan. Ia memejamkan matanya, ia sedang tak ingin diganggu. Mood-nya benar-benar memburuk.

"Bukannya terima kasih, malah kabur." sindir Wikan lagi.

Zita mendengus, "Terima kasih. Maaf aku pengin sendiri dulu." ujarnya.

Bukannya pergi dan membiarkan Zita sendiri, Wikan malah mendekati Zita

"Lo ngusir gue?" tanya Wikan seraya menaikkan satu alisnya.

"Ya, aku pengin sendiri, maaf banget."

"Tapi gue penginnya berdua, gimana dong?"

"Kamu tuh ngeyel banget sih jadi manusia! Terserah deh!"

Zita berjalan seraya menghentak-hentakkan kakinya menuju bangku panjang yang agak tua, saking kesalnya ia tak memperhatikan keadaan bangku tersebut, ia duduk paling pojok dan...BRAK!

"Awh! OH MY GOD! MY ASS ARGHHH!" teriak Zita, ia merutuki dirinya yang ceroboh.

Ia jatuh dengan bangku yang menindih tubuhnya. Kesialan apa lagi ini, Ya Tuhan. Batinnya.

"Akibat lo jatoh itu gegara lo duduk sendiri, coba kalo berdua, gak bakal lo jatoh. Bangun, gak usah manja!" cibir Wikan dengan nada menyebalkan.

Oh shit! Ia melupakan keberadaan Wikan, ia melebarkan matanya kala Wikan mencibirnya.

Bukannya nolongin, tega banget sih. Kesal Zita.

Zita langsung menyingkirkan bangku panjang itu, kekesalannya meningkat melihat Wikan tersenyum ke arahnya.

"Ngapain kamu senyum-senyum? Seneng liat aku jatuh, hah?" kesal Zita seraya mengembungkan pipi tembamnya.

"Lo lucu kalo lagi marah, pipi lo kayak tomat." ucap Wikan, kedua tangannya mengangkup wajah Zita.

Zita menepis kasar tangan Wikan, "Apaan sih sentuh-sentuh!" sergahnya.

"Emmm, tadi siapa ya yang nyuri first kiss gue." sindir Wikan seraya mengerlingkan matanya.

Zita yang tadinya marah, kini mendadak menjadi salah tingkah. Sepertinya jika bersama Wikan, ia selalu bertingkah memalukan.

"M-masa sih first kiss, gak mungkin cowok kayak kamu gak pernah di cium sama cewek. Lagian aku gak sengaja tadi, aish maaf."

Wikan mengangkat bahunya tak peduli, "Terserah. Gue gak minta lo buat percaya juga." acuhnya.

"Y-yaudah aku minta maaf, aku cuma aku arghh! Aku takut itu cuma mimpi, lagi." lirihnya frustasi, ia berbalik badan, yaps membelakangi Wikan.

"Oh jadi lo sering mimpiin gue?"

SKAK!

Zita tak mudah berbohong dan mengelak, lebih baik ia diam saja.

FIRST (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang