Kalian yang pengen lebih kenal deket sama ubby, bisa chat kok, JANGAN PERNAH CANGGUNG SAMA UBBY. KARENA UBBY FRIENDLY KOK ORANGNYA.
UBBY GAK PERNAH PILIH2 TEMEN
-
-
-
-"Bukan kita yang kencan, tapi lo berdua yang bakal kencan." ucap Ravi dengan senyum liciknya.
Zita melebarkan matanya saat lampu ruangan tersebut dinyalakan.
"WIKAN?!" teriak Zita histeris.
Bagaimana tidak histeris, Wikan juga berada disana dengan darah di sekujur tubuhnya. Wajahnya babak belur. Wikan duduk dengan tubuh dililit tali. Teman-teman Ravi adalah pelakunya. Dengan Ravi sendiri dalangnya.
Zita baru saja ingin berlari, namun ucapan Ravi membuat tubuhnya menegang seketika.
"Diem di tempat atau lo gue telanjangin!"
Ok. Zita terdiam. Wikan menatap tajam Ravi.
"Tubuh udah sekarat aja lo masih bisa natap gue tajem begitu ya, dasar manusia kutub!" cibir Ravi.
"Gimana? Sakit kan? Rasa sakit di tubuh lo gak sebanding sama rasa sakit hati gue dulu! Saat semua orang banding-bandingin gue sama lo, di saat semua orang lebih muji lo dan ngeremehin gue. LO ITU MANUSIA PALING GUE BENCI DI DUNIA INI! HARGA DIRI GUE SELALU DIJATUHIN KARENA HADIRNYA LO!"
BUGH!
Satu bogeman melayang di pipi Wikan.
"WIKAN!" teriak Zita histeris.
"Dan lo cewek sok jual mahal! Lo pernah buat harga diri gue jatuh di depan musuh gue sendiri!"
PLAK!
"SEMUA CEWEK NGEHORMATIN GUE, DAN LO! BERANINYA NOLAK GUE! DASAR MURAHAN!"
Air mata Zita menetes, ia memegang pipinya yang berdenyut akibat ditampar oleh Ravi.
Wikan mengepalkan tangannya kuat karena Ravi menampar Zita.
Ravi menangkup kasar pipi Zita, sekali lagi ia menampar pipi Zita hingga memerah. Zita memejamkan matanya, menahan perih di pipinya.
"Gimana? Sakit? Tapi kayaknya lebih sakit si bego itu deh." cibir Ravi.
"BANGSAT! BANCI LO BERANINYA SAMA CEWEK!" teriak Wikan dengan sekuat tenaga.
BUGH!
Ravi menendang Wikan hingga kursi dan dirinya jatuh.
"WIKAN!!! Hiks hiks!"
"Lo udah sekarat aja masih sok jagoan ya," cibir Ravi.
Ravi mendorong tubuh Zita.
"AWH!" ringis Zita.
"DENGAN LIAT LO BERDUA MEMBUSUK DISINI, GUE RASA ITU KEBAHAGIAAN TERSENDIRI BUAT GUE. HAHAHAHA!" tawa devil layaknya iblis menggelegar memenuhi ruangan.
"Cabut yuk! Gak bakal ada yang nolong mereka disini, good job buat kalian semua. Kita pesta malem ini!"
Teman-teman Ravi bersorak gembira. Mereka meninggalkan Wikan dan Zita dengan gelak tawa yang sangat puas.
Zita merasakan dengkulnya sakit, setidaknya ia bersyukur karena lampunya tidak dimatikan.
Ia buru-buru membantu Wikan, dengan cepat ia melepaskan semua tali yang melilit tubuh Wikan.
Zita menyingkirkan bangku itu yang menindih tubuh Wikan.
"Ya ampun kenapa bisa begini sih? Hiks hiks,"