"My Teacher, My Boyfriend"Seorang gadis berumur lima belas tahun melangkahkan kakinya di tengah keramaian kota. Atasan putih berlengan panjang dan rok berwarna hijau tua bermotif kotak-kotak sedikit di atas lutut, berhasil mempercantik tubuh gadis itu. Wajah mungil dengan mata belo membuat siapa saja yang melihatnya pasti merasa gemas, ditambah dengan rambut berwarna cokelat sedikit ikal yang tergurai indah membuat banyak orang terus meliriknya tanpa berkedip. Namun raut wajah dingin gadis itu membuat pria-pria yang ingin mendekatinya jadi mengurungkan niat.
Jam tangan yang melingkar di pergelangan kirinya menunjukkan waktu empat sore, tepat setelah pulang sekolah, gadis ini akan berkencan.
Ya, dengan paras cantiknya itu, dia sudah memiliki kekasih.
Kaki gadis itu mulanya terus bergerak menuju tempat yang disepakati kini berhenti dan pandangan yang mulanya terus menatap layar benda pipih kini terfokus di satu titik saat dia mendongakkan kepala ke arah jalanan.
Seorang pria bertubuh tinggi berseragam sekolah terkemuka sedang berhenti di dekat traffic light dengan tangan kiri yang dimasukkan di dalam saku celana, terlihat dia sedang menunggu lampu hijau untuk pejalan kaki.
Hatinya berdebar, pandangannya langsung tak tentu arah dan dia segera pergi dari tempat itu agar orang yang membuat hatinya tidak bersahabat tidak melihat dirinya.
Ini salah, tidak seharusnya dia begini. Kenapa dia harus kabur dari pria itu? Kenapa hatinya ikutan bandel? Kenapa dia berlari? Kakinya kembali berjalan normal setelah dia rasa jauh dari pria itu.
Toh, pria itu hanya cinta pertama, masa lalu, dan bukan siapa-siapanya.
Namun pemikiran itu-lah yang semakin membuat gadis ini merasa kesal pada dirinya sendiri.
Dia kembali berhenti tepat di tempat kekasihnya mengirimkan location, tapi apa yang gadis itu lihat adalah kekasihnya yang sedang bertautan tangan dengan gadis lain?
Diam dan menunduk, itu yang dia lakukan. Anehnya, dia tidak merasakan sakit hati seperti saat dia melihat masa lalunya tadi.
Gue pengecut, lari dari masalah lagi. Batinnya.
Seketika seseorang memeluk tubuhnya dari depan, membuatnya tertutupi tubuh orang ini. Tentu saja, dia terbelalak karena terkejut. Siapa yang berani-berani memeluknya di tempat umum?
Setelah pria yang notabene kekasih gadis itu pergi bersama gadis lain, baru lah pria tadi melepaskan pelukannya.
"Mereka udah pergi, lo nggak apa-apa kan? Lain kali cari cowok ati-ati, banyak yang kayak gitu. Jangan sedih..." ucap pria itu.
"Oiya, gue Bima." lanjutnya seraya mengulurkan tangan ingin berkenalan.
Gadis yang masih terbelalak pun mendongakkan kepalanya, menatap wajah Bima.
Bukannya membalas uluran tangan ataupun membalas ucapan tadi, dia langsung mendorong tubuh pria itu dengan kuat.
"Dasar mesum!" pekiknya lalu pergi meninggalkan Bima yang langsung dapat plototan mata dari orang-orang yang berlalu lalang."Sok tau! Siapa yang sedih karena cowok tadi? Main peluk-peluk aja! Mesum emang tuh cowok!" gerutunya kesal.
"Kalaupun gue ajak putus, ya putus aja. Kan emang gue nggak cinta, dianya aja yang pengen jadian." lanjut gadis itu selama perjalanan.
Di sisi lain, pria itu menatap punggung yang semakin lama semakin mengecil pun tersenyum miring.
Cantik. Batinnya seraya meletakkan telapak tangannya di atas dada yang sudah berdetak kencang.
Dari seragam yang dipakai dan name tag yang terpasang di seragam gadis tadi dapat dia simpulkan,
"Senja Dahlia, kelas 10, SMK Bangsa." ucapnya lalu tersenyum manis.A/n
Cewek cantik mah bebas ya? Hehe.Haii, ane kembali dengan cerita baru.
Mohon bantuannya ya.
Sangat dibutuhkan kritik dan saran, vote juga. Biar tambah semangat gituhh..
Semoga kita bisa saling membantu untuk meningkatkan kreatifitas menulis :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher, My Boyfriend
Teen Fiction[Completed] Bagaimana jika gurumu sendiri menyukaimu? Senja, hidupnya benar-benar menjadi tidak tenang. Senja sering merasa kesal jika gurunya bertingkah seenaknya. Gurunya ini selalu ikut campur, selalu menggoda, selalu sok keren plus sok ganteng...