Chapter 13 : Rahasia Bima"Bahkan sayap mimpi seseorang sangat mudah patah bahkan parahnya keluarga sendirilah yang berusaha mematahkan sayap itu, demi masa depan dalih mereka."
Sudah beberapa hari setelah kejadian itu, Senja masih belum bertemu dengan Bima. Kabarnya Bima masih masa pemulihan karena tidak terlihat di sekolah. Di pesan terakhir Bima pun terus meyakinkan Senja bahwa pria itu baik-baik saja. Tapi sungguh, Senja masih sangat khawatir. Saking khawatirnya, dia bergegas menuju ke apartemen yang Wisnu maksud. Dia bilang Senja boleh masuk karena Wisnu juga mengirimkan kode kamar apartemen yang Senja kira milik Bima.
Dengan dua kantung belanjaan yang Senja bawa, Senja yang sudah menekan beberapa digit angka di pintu masukpun segera melangkahkan kaki setelah pintu itu dapat dibuka olehnya.
Senja menyapu ruangan sekitarnya, namun tidak ada satupun orang di dalam sini. Dia menekan beberapa tombol lampu lalu menaruh kantung itu di dapur. Tanpa pikir panjang lagi, Senja segera menggerakan tangannya untuk mengolah beberapa sayuran segar yang telah dia beli di minimarket sebelum Senja datang di tempat ini. Gadis itu ingin membuatkan makanan istimewa untuk guru sekaligus orang yang berhasil membuatnya jatuh cinta lagi.
Sudah lama dia tidak bertemu Bima, apa kabar dengan guru menyebalkan itu? Ah. Senja sangat merindukan pria itu.
Tidak lama setelah Senja membayangkan raut wajah Bima yang mendapatinya di tempat ini, pintu apartemenpun terdengar terbuka. Senja dengan sigap membilas tangan, kakinyapun melangkah cepat menuju sumber suara tadi.
Senja terdiam.
Itu bukan Bima.
"Pak Wisnu?" ucapnya lirih, pria itu melotot.
"Gue bukan guru lo, jadi lo jangan panggil gue 'Pak'. Lagian gue sama Bima seumuran. Gue masih muda." cerocosnya seraya melewati Senja lalu duduk terlipat di atas sofa.
Dia terlihat biasa saja mendapati Senja berada di apartemen yang jelas-jelas miliknya.
Wisnu menyalakan televisi yang berjarak sekitar 3 meter dari tempatnya duduk menggunakan remote lalu meraih stik PS untuk memainkan game favoritnya.
Beberapa detik, Wisnu yang mulai memainkan game itu menyadari Senja masih berada di tempatnya berdiri sedari tadi, diapun berdecak.
"Panggil gue Wisnu aja, tapi kalo lo panggil Kak Wisnu juga lebih baik, itu lebih menghargai gue yang sedikit lebih tua dari lo." lanjutnya, berusaha agar Senja tidak canggung melihat muka Wisnu yang sering dicap kelewat dingin.
Senja masih tak bergerak dari tempatnya. Hal itu membuat Wisnu sedikit khawatir.
Dengan secepat kilat dia mencari cara lain agar Senja meresponnya. Wisnupun mengendus-endus udara di sekitarnya, "gue kayak cium bau-bau apa gitu ya..." ucapnya seakan berbicara sendiri. Senja terbelalak, dia ingat dia meninggalkan masakannya tadi, kakinya seketika melangkah menuju dapur lagi.
Ahh.. akhirnya Wisnu bisa merasa lega.
"Bawain gue seporsi terus temenin gue main sini!" lanjutnya dengan sedikit menaikan nada suara, tapi tetap saja terdengar berat bagi Senja.
Anehnya Senja tidak membantah.
Dengan sepiring makanan yang selesai dia masak, Senja melangkahkan kaki menuju tempat Wisnu. Pria itu menepuk tempat sebelahnya mengisyaratkan agar Senja duduk dan tidak mengacaukan konsentrasi bermainnya.
Senja benar-benar duduk. Wisnu segera meraih piring itu ke pangkuannya tanpa melepaskan pandangan dari layar berwarna itu.
"Lo gila? Orang baru sembuh lo kasih makan oseng sayur?" Senja langsung melotot mendapat cibiran pedas pria di sampingnya.
Ingin sekali dia meraih kembali piring itu dan langsung menghantamkan ke kepala Wisnu, namun itu tidak mungkin, itu tidak sopan. Jadi Senja hanya menghela napasnya.
"Gapapa, biar gue aja yang habisin sisanya. Lagian si Bima juga pasti udah makan di rumahnya." gadis itu tidak paham ucapan Wisnu.
"Jadi, Pak Bima ga di sini?" tanya Senja, Wisnu yakin dari pertanyaan itu, Senja pasti merasa kecewa dibuatnya.
Dia menyuapkan beberapa sayur ke mulutnya, "bentar lagi juga dia ke sini, dia ga betah lama-lama di rumahnya." lanjut pria itu.
"Kenapa?"
Entah kenapa aura di sekitar mereka berdua terasa semakin panas.
Wisnu kembali berdeham, "Gue sama Bima udah kenal lama," dalihnya, dia tidak ingin membahas topik utama terlalu tergesa-gesa.
Senja diam masih mendengarkan, yang Wisnu yakini gadis itu tidak masalah dengan pergantian topik sementara ini.
"Gue sama Bima dulu musuh berat, di mana kita selalu bersaing buat jadi nomor 1 di sekolah. Waktu itu Bima suka ke adek kelas, tapi emang dasarnya Bima bego sama yang namanya cinta, adek kelas itu malah suka ke gue."
Wisnu sedikit melirik Senja, Wisnu baca dari wajah datar itu topik ini terdengar sangat membosankan.
"Tapi karena gue udah banyak yang suka ya masa bodo aja gitu sama tu cewek. Ga gue kira, gue sama Bima ketemu lagi, sekampus bahkan sefakultas."
Pria itu menghela napas, "entah dari kapan kita jadi akrab dan dia minta tolong buat gue nampung dia di tempat ini."
Senja menekuk keningnya, "kenapa?"
"Dia punya impian jadi barista." balas Wisnu.
"Dan ayahnya memaksa Bima untuk meneruskan usaha keluarga mereka?" sahut Senja, Wisnu langsung menoleh.
"Lo sudah tau?" tanyanya, gadis itu menunduk lalu mengangguk.
"Lantas, kalopun Pak Bima tetap menolak untuk memegang alih, kenapa dia masuk ke fakultas pendidikan dan magang di sekolah itu?" Senja sangat penasaran akan hal ini.
Wisnu kembali terlihat serius, dia meletakkan piring tadi di atas meja kecil di samping sofa lalu membenahi posisi duduknya.
"Gini, menjadi barista itu gak gampang. Bima harus melatih kemampuannya, lebih bagus lagi Bima belajar atau mengikuti pelatihan agar mendapat sertifikat untuk memudahkan dia membuat kedainya sendiri. Tapi semua itu butuh biaya dan tentu juga persetujuan dari orang tua Bima." Senja mengangguk-ngangguk karena antusias mendengarkan.
"Syaratnya, Bima harus menyelesaikan study dan mengikuti apapun perintah dari Dewa alias kakak Bima termasuk magang di sekolah lo. Menurut gue, ayah Bima lakuin itu karena yakin selang 4 tahun bisa merubah tujuan hidup Bima untuk mengikuti usahanya, karena keluarga besar Bima sangat meyakini menjadi barista adalah pekerjaan yang hanya akan membuang waktu Bima dengan percuma." jelas Wisnu lagi.
"Jadi itu rahasia Bima..." ucap Senja seraya menghela napas, bukan karena lega atas penjelasan Wisnu tapi Senja semakin yakin bahwa Bima sama dengan dirinya.
Senja dan Bima memendam luka yang sama atas mimpi besar mereka.
Seketika, terdengar kembali pintu terbuka. Dan menampakan sosok Bima yang terkejut akan keberadaan Senja.
Tbc
Sebenarnya mimpi Senja itu apa?
Heii ane muncul lagi setelah lama ngilang hehe. Maaf maaf
Ada salam dari Senja
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher, My Boyfriend
Teen Fiction[Completed] Bagaimana jika gurumu sendiri menyukaimu? Senja, hidupnya benar-benar menjadi tidak tenang. Senja sering merasa kesal jika gurunya bertingkah seenaknya. Gurunya ini selalu ikut campur, selalu menggoda, selalu sok keren plus sok ganteng...