Chapter 9 : Tandai Sebagai Pacar"Kamu seperti hadiah yang dikirim dari surga."
-Bima Johannes-Bima menghempaskan tubuhnya di atas sofa lalu mengerang dan mengusap wajahnya dengan gemas. Hal itu membuat Wisnu yang sedang duduk di bawah seraya bersandar pada sofa itu berdecak kesal, game yang ia mainkan kalah karena ulah Bima yang tiba-tiba datang dan mengusik ketenangannya.
Wisnu pun menoleh dengan wajah tertekuknya, menghadap Bima yang sedang komat-kamit tidak karuan.
Pria itu berdecak setelah melirik sepasang kaki Bima, lalu dia menarik telinga Bima dengan sangat keras. "Gue udah sering bilang, kan? Sepatu lo, Bim. Sepatu lo!" ucapnya tanpa ingin menghiraukan keluh kesakitan sahabatnya itu.
Kuping Bima sudah panas dan mulai menjalar ke seluruh bagian wajahnya, dengan segera dia menepis tangan Wisnu dan membuat Wisnu melototkan mata.
"Ampun.. ampun.." balas Bima sangat memelas seraya mengusap-usap telinganya.
Wisnu mendengus lalu kembali membelakangi Bima untuk memainkan PS-nya. "Pasti ada masalah antara lo dan Senja." ucapnya, Bima ikutan duduk di dekat Wisnu dengan wajah terkejut.
Tepat, Wisnu bisa menebak dengan tepat. Dengan begitu, Wisnu sangat yakin jika sebentar lagi Bima akan bercerita tentang gadis itu. Lagi.
"Senja udah sering panggil gue dengan embel-embel 'mesum' kan? Eh tadi, dia teriak ke gue 'guru cabul' gitu." Bima bercerita seraya melepas sepatunya dengan perlahan.
Wisnu berdeham, "Tampang macem lo sih, pantes aja." balasnya tanpa menoleh ke arah Bima.
Bima langsung menyikut lengan Wisnu dengan cepat dan membuat pria itu meringis. "Pasti ada alasannya, kan?" tanya Wisnu, sedikit menggeser pantatnya menjauhi Bima yang menyebalkan.
Kening Bima mengeryit tanda berpikir, dia seperti mengingat-ingat kejadian yang membuat Senja memberikan label 'guru cabul' padanya.
"Waktu itu sih... gue nggak sengaja cium dia." ucapnya, masih terlihat berpikir.
"Nggak sengaja?"
"Iya, gue ketimpa bola."
Wisnu tertawa seraya memegangi perutnya, bahkan game yang ia mainkan terlihat tulisan 'lose' di layar berukuran 40 inchi.
"Geblek banget sih lo!" balas Wisnu yang terus menertawai Bima.
Bima menatap datar Wisnu. Wisnu yang menyadari tatapan Bima pun mencoba mengatur napas lalu mengusap sedikit air mata yang keluar. "Terus terus?" tanyanya.
"Terus, tadi gue cium dia lagi."
Pria itu langsung mendapat toyoran di kepalanya, "Bego banget sih! Percuma lo sekolah tinggi-tinggi tapi otak kagak kepake! Pantes aja si Senja panggil lo gitu."
"Gue salah?" sahut Bima.
Wisnu menghela napasnya, dia lupa kalau seorang Bima dari dulu tidak pandai dengan masalah percintaan.
"Gue tau lo cinta sama Senja..." Bima masih memasang raut polosnya.
"...tapi apa Senja tau kalo lo cinta sama dia?"
🍑🍑🍑
Bintang-bintang kecil dari lampu bundar terus bergerak berputar menyinari ruang kamar yang terasa sunyi.
Senja yang sedang duduk melipat kedua lututnya, memijit pangkal hidung berharap agar pusing yang ia rasakan sedikit hilang. Namun, hatinya kembali berdebar jika mengingat tentang Bima. Ada apa dengan Senja? Apakah dia memiliki rasa pada Bima?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher, My Boyfriend
Teen Fiction[Completed] Bagaimana jika gurumu sendiri menyukaimu? Senja, hidupnya benar-benar menjadi tidak tenang. Senja sering merasa kesal jika gurunya bertingkah seenaknya. Gurunya ini selalu ikut campur, selalu menggoda, selalu sok keren plus sok ganteng...