Chapter 2 : Bapak Suka ke Saya?"Rasa suka sama halnya dengan matematika. Jika hanya menduga-duga pasti akan sulit, jika mencoba memahami pasti akan dapat jawabannya, jika sudah dapat pasti akan tau benar tidaknya."
Sial sekali Senja, di ruang guru, dia harus mendengarkan omelan Bima dari a sampai z bahkan dari penjumlahan sampai pengakaran. Kuping Senja memerah.
Bima pun menyuruh Rere pergi dengan hukuman memilah sampah-sampah yang ada di belakang gedung sekolah. Meskipun Bima berpikir hukuman itu sangatlah ringan tapi bagi Rere justru kebalikannya. Rere yakin, sejarah mistis sekolah ini benar-benar ada, bahwa di tempat tersebutlah makhluk halus bernama Melati bersembunyi.
Dengan berat hati Rere harus mematuhi dan meninggalkan Senja yang menatapnya memelas.
Terlihat Bima yang sedang duduk membelakangi mejanya celingukan lalu meraih penggaris panjang di meja guru sebelah.
"Pinjam, Bu." ucapnya pada Bu Rosi guru Farmakologi yang langsung mengangguk.Senja menelan ludahnya dengan susah payah, takut-takut jikalau guru muda ini menyabetkan benda tersebut ke badan indahnya.
Mata Senja yang mulanya merapat perlahan terbuka karena Bima hanya menyentuhkan ujung penggaris di pergelangan tangan Senja,
"Kamu tahu kesalahanmu hari ini apa aja?" tanyanya dan membuat Senja menundukkan wajahnya untuk menjelajah penampilannya.Bima kembali menyentuhkan benda itu di atas bahu lalu puncak kepala Senja.
Senja pun merutuki dirinya sendiri, bisa-bisanya dia lupa hal seperti ini.
"Rok terlalu tinggi, rambut nggak dikuncir. Terus kenapa atasannya nggak kamu kancingkan semua? Meskipun pakai dalaman kaos begini, tetap melanggar peraturan." jelasnya.Seharusnya Senja memperbaiki penampilannya dulu sebelum masuk ruang guru. Kalau gini sih, dia bakal kena poin pelanggaran lagi.
"Kan panas, Pak. Terus biar kayak anak-anak Korea gitu. Lagian kenapa nggak ada liburan musim panas ya? Di negara lain ada tuh." protesnya atau mungkin cara merubah topik ala Senja.
"Oke kalo itu mau kamu. Kamu nggak perlu masuk sekolah selama musim kemarau, masuknya pas musim hujan aja. Bapak bisa bantu absenin."
"Loh, kok gitu?"
"Kamu lupa negara kita ada berapa musim? Makanya jangan kebanyakan nonton drama Korea Jepang, ntar jadi kebanyakan ngayal." ejek Bima.
Senja hanya menanggapi dengan decakan.
"Dah! Cepet benerin!" perintah pria itu. Walaupun tidak ikhlas, Senja tetap saja menuruti dengan menurunkan sedikit roknya, mengancingkan dan memasukkan atasannya, hingga menguncir rambutnya.
Di sisi lain ada Bima yang terus mengamati gerak gerik gadis di depannya ini. Senja yang melakukan kegiatan menguncir dengan mata mengarah keluar gedung, membuat Bima tak henti-hentinya berdecak kagum dengan wajah dan sikap Senja yang dari awal berhasil merebut hatinya.
Bima masih muda, dia dan Senja hanya terpaut tiga tahun. Apa karena di sekolah ini panggilan 'guru' yang sudah melekat di dirinya membuat Bima mempertimbangkan kembali rasa sukanya?
Senja risih, kenapa orang ini terus menatap dirinya tanpa berkedip? Senja yakin, Bima pasti memikirkan hal yang aneh-aneh.
Gadis itu berdeham seraya melambaikan tangannya di depan wajah Bima,
"Pak?" ucapnya kemudian.Bima tersadar, mengedipkan kelopak matanya beberapa kali lalu mengangkat kedua alisnya tanda bertanya.
"Udah kan?" tanya Senja seraya memperlihatkan tubuhnya yang dibalut seragam SMK Bangsa yang rapi dan taat peraturan. Yahhh, meskipun dirinya sendiri tidak niat melakukannya.
Mata Bima mengarah dari atas ke bawah lalu tubuhnya bersandar.
"Kamu dapet poin pelanggaran lagi gara-gara seragam tadi. Kalau masalah ke kantin waktu jam pelajaran, bapak tau hukuman yang pas buat kamu." ucapnya.Senja menghela napas pasrah,
"Iya, apa?" tanyanya malas.Bima meraih selembar kertas berisi lima soal matematika yang ada di atas mejanya lalu menyerahkan pada Senja,
"Kerjain, pulang sekolah harus kasih ke bapak..." ucap Bima.Senja tersenyum, ini hal yang mudah. Mengingat bahwa teman sekelasnya banyak yang pandai soal seperti ini, dia bisa minta bantuan kepada siapa saja.
"...Tanpa minta bantuan teman." lanjut Bima, tentu saja Senja mematung.
"Ujian minggu lalu, matematika kamu dapat 5 dari nilai 100, yang berarti cuma satu soal yang berhasil kamu jawab benar. Anggap ini sebagai belajar tambahan." jelasnya.
Senja mulai gelisah, bagaimana dia bisa selesai di jam pulang dengan mengerjakan soal matematika ini sendirian? Bima tahu saja kelemahan Senja.
"Saya kembali ke kelas sekarang." ucapnya malas.
"Tunggu!" kaki Senja langsung berhenti lalu berbalik dengan kesal.
"Satu hal lagi. Itu kenapa bibir merah banget? Mau tebar pesona?" tanya Bima ketus dan membuat Senja mengeryitkan kening.
"Saya emang cantik dari lahir, kenapa bawa-bawa tebar pesona? Bibir saya emang gini." balasnya tak mau kalah, tapi dia berbohong tentang lip tint di bibirnya.
"Kalo emang gitu, besok lagi kalo ke sekolah pake masker. Biar anak-anak cowok seganteng bapak di SMK Bangsa ini nggak mantengin muka kamu melulu."
"Gini-gini bapak gantengnya sebelas dua belas sama Suho loh." lanjut Bima seraya memamerkan senyum dan wajah tampannya.
Senja masih memfilter kata-kata Bima dengan perlahan,
"Jadi, bapak suka mantengin muka saya?" ucapnya pelan dengan wajah yang masih terlihat berpikir.Bima tersentak, dia langsung menghujat dirinya sendiri atas borosnya bibir yang tercipta tipis ini.
"Suho apanya, yang ada bapak tuh gantengnya mirip Pak Tarno pesulap." lanjut Senja, membuat Bima sedikit bernapas lega. Mungkin Senja tidak terlalu memikirkan ucapannya tadi.
Bima berdeham berusaha menetralkan kembali suasana hatinya,
"Bapak nggak mau tau, kalau besok masih merah mencolok seperti itu, bapak akan hukum kamu." ucapnya."Pak Bima suka banget sih kasih hukuman ke saya, lagian yang pake lip tint bukan saya aja. Tadi bapak bilang suka mantengin saya, dulu juga pernah meluk saya..." ucap Senja tanpa berhenti dan langsung membuat mereka berdua jadi titik sorot dalam ruang guru ini.
Gawat. Batin Bima, dia ingin sekali berdiri dan langsung menutup mulut Senja dengan tangannya sendiri tapi sayang kondisi dan tempat tidak sesuai.
"...apa jangan-jangan bapak suka ke saya?"
Bima ingin terjun dari gedung ini sekarang juga. Mukanya benar-benar berubah menjadi merah karena malu.
A/n
Itu lahhhh, jangan suka godain anak orang wkkwkwkT b c yaaa
Oiya, dapet foto selfie tampang songong dan sok gantengnya pak bima nih mhehehe.
Ini mah ganteng bingittttt
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher, My Boyfriend
Teen Fiction[Completed] Bagaimana jika gurumu sendiri menyukaimu? Senja, hidupnya benar-benar menjadi tidak tenang. Senja sering merasa kesal jika gurunya bertingkah seenaknya. Gurunya ini selalu ikut campur, selalu menggoda, selalu sok keren plus sok ganteng...