douze(12) : Jatuh Cinta

3.6K 171 6
                                    


Chapter 12 : Jatuh Cinta

"Yang kamu kira kenal, belum tentu kamu sudah benar-benar mengenalnya."


Senja duduk dengan cemas di kursi yang tepat berada di sebelah ranjang tempat Bima berbaring. Sejak kejadian itu, Bima belum juga sadar sampai saat ini. Senja menatap Bima dengan rasa bersalahnya. Melihat kepala Bima yang diperban membuat hati Senja semakin sakit. Tidak seharusnya Bima terluka, harusnya Senja saja yang terluka.

Dari dokter yang keluar dari ruangan Bima, Senja berjam-jam terjaga menunggu Bima terbangun, dia takut Bima semakin memburuk meskipun dokter bilang Bima sudah baikan.

Gadis itu terus menggenggam tangan Bima, sesekali dia memejamkan mata untuk berdoa, berharap Bima membuka mata dan menatap Senja dengan senyuman khasnya.

Doa Senja terkabul, perlahan Bima menggerakan jari tangan lalu membuka kelompak matanya. Senja terkejut, dia hendak berdiri ingin segera memberi tahu dokter namun tangannya langsung dicekal Bima. Senja menaikkan kedua alisnya, apakah Bima menginginkan sesuatu?

"Ditungguin pacarnya pas sakit ternyata gini rasanya." ucap Bima sangat lirih lalu meringis tanda masih terasa nyeri di lukanya.

"Bapak masih bisa bercanda.." balas Senja seraya bernapas lega mengetahui Bima yang dia kenal sudah kembali.

Bima tersenyum, sangat manis. Dia terus menggenggam tangan Senja, kali ini dia sangat bahagia.

Tiba-tiba ada suara kehebohan di luar ruangan ini, seperti suara orang yang lebih tua dari Senja maupun Bima. Satunya terdengar sedikit marah, lainnya terdengar seperti sedih. Di saat pintu terdengar dibuka, reflek Senja segera berdiri lalu bersembunyi di balik tirai di celah meja dan jendela.

"Bimaaa... kamu gapapa nak?" tanya perempuan paruh baya yang langsung memeluk tubuh Bima.

"Sembuh nanti langsung pulang ke rumah ya, ibu nggak mau ada apa-apa lagi dengan kamu." lanjutnya, seseorang yang Senja yakini adalah ayah Bima menarik tangan perempuan tadi dari Bima.

"Nggak usah! Biarin! Kalau dia masih bersikeras tidak mau melanjutkan usaha Dewa untuk memegang sekolah ayah, mending nggak usah pulang sekalian!" bentak ayah Bima.

Seketika itu pula ibu Bima menangis seraya menutup mulutnya, sedangkan Bima, Senja lihat dia memasang wajah dinginnya. Ada masalah apa Bima dengan keluarganya?

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu berhasil mengalihkan perhatian seisi ruangan ini. Menampakkan pria berjas diikuti tiga orang yang sangat Senja kenali.

"Ada yang berhutang maaf pada Bima." ucap Dewa yang notabene kakak Bima.

"Ibu sama ayah, Dewa antar pulang ya? Sudah malam, nggak baik buat kesehatan kalian lama-lama di rumah sakit." lanjutnya berusaha membujuk, tidak lupa dia mengusap pipi ibunya untuk menghapus genangan air mata.

Setelah ibu, ayah, dan kakak Bima pergi meninggalkan tempat ini, Senja segera keluar dari persembunyiannya.

"Mau kalian apa?!" Teriak Senja yang menutup mata dengan mengepalkan kedua tangannya.

Tentu saja tiga orang itu terkejut dengan kehadiran Senja.

Bima membenahi duduknya, dia sekilas melirik Senja, ingin sekali dia genggam tangan kekasihnya itu tapi dia ingat masih ada murid-muridnya di sini.

"Senja, ini biar bapak yang urus. Kamu pulang ya?" pinta Bima yang terlihat memelas menundukan kepala. Senja menelan ludahnya lalu mengangguk, menuruti kata Bima, dia pun melangkah pergi.

My Teacher, My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang