39

790 43 0
                                    

Erlang POV

Satria hari ini mengajak kami jalan-jalan, katanya dia tadi mau nonton. Sebenarnya aku malas menonton, tetapi tidak baik juga kalau aku tolak. Kalau pun bukan karena Satria besok lusa sudah kembali ke rumah orang tuanya, aku lebih memilih tidak ikut. Iya, mungkin ini semacam acara perpisahan. Rencananya juga selepas kita nonton kita keliling kota.

"Filmnya masih lama, masih ada satu setengah jam lagi. Kita main-main di timezone dulu, yuk!" ajak Satria yang kemudian kami bertiga mengikuti dia ke lantai bawah.

"Makan dulu, yuk!" ajak Bayu.

"Setelah nonton baru kita makan." Balas Satria. Kita hanya ikut apa yang Satria katakan karena memang dia yang menanggung semuanya.

"Lagi pula elo kayak anak-anak aja masih main gituan."

Satria hanya terkekeh mendengarnya.

**

Airin POV

Hari ini les hanya sampai jam dua saja, jadi waktu ini gue pake untuk kumpul bareng Cinta dan Zalza. Sekaligus minta jatah traktiran gue yang terakhir.

"Ehh, setelah lulus nanti kita sering kumpul-kumpul gini lagi, yah!" kata Zalza.

Gue hanya iyain saja yang begini. Soalnya ini adalah salah satu kata ter-bullshit yang sering gue denger setiap kita akan berpisah, tapi realitanya? Nggak ada yang terjadi dan setiap ada yang mau ngajakin pasti hanya berujung wacana.

"Akhirnya hari ini gue bisa terbebas juga dari jeratan hutang." Kata Cinta.

"Siapa, sih suruh elo nggak percaya dengan kemampuan gue." kata gue dengan penuh kebanggaan. Gue lalu mengambil macchiato yang tadi gue pesan kemudian meminumnya.

"Hmmmm, iya-iya. Elo hebat bisa pacaran dengan Erlang." puji Cinta.

"Eh, pake alasan apa lo putusin tuh anak? Selalu banget gue lupa buat tanyain elo itu."

"Oh, iya. Kok gue nggak pernah kepikiran, sih."

"Nggak usah tahu, kali. Kan, sesuai perjanjian lo hanya mau gue pacaran aja dengan dia."

"Kita bayar ini, yah. Jadi, kasi tahu kita, dong."

"Gue udah putus sama Erlang, dan taruhan kita, kan lo hanya pengen gue pacaran sama Erlang."

"Yang jelas kan hubungan gue dengan Erlang itu hanya mainan elo berdua, dan kalau elo mau tahu, nggak ada hal yang istimewa selama gue 'pacaran' sama Erlang."

Cinta melirik ke arah pintu kafe kemudian berkata "Ups, yang diomongin muncul." Sontak gue berbalik dan ternyata disitu ada Erlang yang sedang mematung.

Apakah dia dengar gue? Dia kemudian berjalan keluar dengan cepat dan semakin menjauh dari pandangan gue.

"Mati gue!"

Gue kemudian bangkit buat menghampirinya, tapi tangan gue kemudian ditahan Cinta "Kenapa lo? Kan, katanya elo sudah putus

Gue nggak menjawab apa-apa, gue melepas pegangan tangan Cinta secara paksa kemudian keluar dari kafe buat menyusul Erlang.

"Lang!"

Erlang nggak menggubris perkataan gue, dia tetap saja berjalan cepat menjauhi gue.

"Lang, denger dulu penjelasanku! ini nggak seperti yang kamu dengar tadi!"

"Lang, please!" Syukurlah, akhirnya Erlang berhenti berhenti tepat beberapa meter di depan gue. Gue kemudian gue berjalan menghampirinya.

"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan, semuanya sudah jelas."

"Terima kasih, aku pulang dulu." Balasnya dengan senyuman pahit.

"Tunggu dulu, Lang!"

Dia tidak menggubris perkataan gue, dia langsung kembali jalan keluar yang sontak gue menggenggam tangannya. Oh, drama yang menjijikan. Pasti banyak orang yang melihat kami berdua. Tapi, gue nggak peduli itu.

"Apa lagi?"

"Dengar dulu penjelasanku."

"Aku mau pulang. Bisa hargai aku?"

"Terimah kasih atas segalanya." Dia lalu melepas genggaman tangan gue dengan perlahan kemudian pergi, sementara gue hanya bisa memandangi punggungnya dengan tatapan nelangsa yang perlahan-lahan menghilang ditelan kerumunan orang.

**

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang