Gue terbangun dari tidur gue, gue lalu melihat ke jam, dengan samar-samar gue melihat ternyata sudah jam enam. Gue kemudian mengambil Hp yang ada di samping gue. Ternyata sudah ada balasan dari Erlang.
"Maaf, aku tertidur. Jadi aku tidak sempat membacanya"
"Iya, nggak apa apa, kok. Gue paham, gue udah selesaiin semua kok" tulis gue berbohong. Padahal sebenarnya nggak ada satu pun yang gue tulis, hahaahah. Ini hanya cara pertama gue untuk mendekat dengan dia.
Tak lama kemudian, dia membalasnya "sebagai permintaan maaf, aku bisa membantu kamu mengerjakannya waktu istirahat."
Gue mimpi apaan! Erlang ngajak gue ketemuan! Sepertinya rencana gue berjalan mulus. Bahagia banget gue! Walaupun sebenarnya dia terlalu berlebihan sih, masa hanya gara-gara tertidur saja dia minta maaf, dan mau ngebantuin beneran segala. Perhatian banget sih, kirain dia itu cuek banget. Makin baper gue jadinya!
"Ehh, nggak ngeganggu lo kan? Nggak enak gue jadinya."
"Tidak apa-apa kok. Jam istirahat, di taman dekat kelasku, yah! Soalnya sudah tidak sempat aku kerja. Tugasnya belum dikumpul jam pertama, kan?"
"Iya, tugasnya dikumpul jam terakhir, kok." balas gue berbohong. Padahal itu tugas dikumpulnya minggu depan, lagi pula sudah diselesaikan semua sama dia.
Dengan penuh semangat gue bangun dari tempat tidur kemudian bersiap-siap ke sekolah. Baru kali ini gue semangat ke sekolah. Jadi nggak sabar nungguin waktu istirahat.
**
Airin POV
"Cari dulu tepi bawah kelas kuartilnya. Di soal ini kuartil atas yang harus dicari, kuartil atas berarti nilai yang letaknya di atas 3 per 4 semua data. Karena jumlah semua datanya 40, maka 3 per 4 dikali 40." Sumpah! Tidak ada satu pun yang gue paham penjelasan yang keluar dari mulutnya itu. Gue lebih suka memandangi wajahnya yang sedang serius itu.
"Airin!" kata Erlang yang mengagetkanku.
"Ehh, apa?"
Erlang hanya menyipitkan mata sembari berkata "kamu dengar apa yang aku katakan?"
"iya-iya. Aku dengar kok." Ehh, kok pake aku sih.
Erlang pun kembali menjelaskan, sementara gue berusaha berpura-pura fokus dengan penjelasannya dan berusaha untuk tidak melihat wajahnya dengan terus melihat ke kertas yang tempat ia menulis.
"tiga per empat dikali empat puluh?" tanya Erlang tiba-tiba.
Gue yang tidak siap dengan pertanyaan Erlang, sontak gue berpura-pura menghitung dengan jari-jari gue, sementara Erlang menggelengkan kepala. Gue sempat melirik ke sekitar dan banyak orang-orang yang melihat kami berdua, terutama anak cewek fans Erlang. Iri yah? Makanya bergerak dikit kek, dari pada lo ngelihat dari jauh terus-terusan. Nggak capek tuh?
"Hasilnya tiga puluh, ya!" Gue hanya menganggukkan kepala.
"Karena hasilnya tiga puluh, maka selanjutnya carilah data yang berada di urutan tiga puluh ke atas."
"Data ke tiga puluh berada di antara nilai 30-45. Selanjutnya kita mencari...."
"Kalian lagi ngapain?" Tanya Andien yang tiba-tiba muncul dan memotong penjelasan Erlang. Sontak, gue dan Erlang yang dari tadi bermesraan, ralat, belajar menoleh ke Andien.
Adehh, nih cewek mengganggu aja.
"Yahh, lo lihat kita sedang belajar." kata gue ketus.
Andien memutar bola mata malas, setelah itu dia berkata "Lang, lo mau kue nggak? Ibu baru buat dan nyuruh gue bawain buat elo." Sambil menyerahkan kotak bekal berwarna pink.
"Makasih banyak, yah. Makasih juga ke ibu kamu." Kata Erlang yang mengambil sepotong.
"Ehh, ambil aja semua. Kata ibu ini untuk lo" kata Andien sambil menyerahkan kotak bekalnya yang langsung diterima oleh Erlang.
"Sekali lagi, terima kasih banyak!"
Urusan lo sudah selesai, kan? Jadi bisa nggak lo pergi dari sini. Pengen rasanya gue berkata begitu ke Andien.
Bukannya pergi, dia malah duduk di samping Erlang.
"Rin, dimakan juga kuenya!" tawar Andien dengan penuh senyuman. Cih, pasti itu senyuman palsu. Gue kemudian mengambil sepotong. Nggak diberi racun, kan? Oiya, Erlang sudah makan tadi, jadi aman.
Suasana awkward menghampiri diri gue gara-gara ada Andien yang merusak suasana. Gue hanya berpura-pura fokus mendengar penjelasan dari Erlang yang terkadang dipotong sama Andien yang sok-sok menjelaskan juga.
"Bisa nggak, Erlang aja yang ngejelasin ke gue." Andien kemudian diam dan membiarkan Erlang saja yang menjelaskan.
Dengan sabarnya dia ngejelasin gue sedikit demi sedikit sehingga perlahan-lahan mulai nyambung ke otak gue.
Tak terasa, sudah beberapa nomor yang dia bahas, dan akhirnya ada juga yang bisa masuk ke otak gue. Kalau semua guru yang ngajar gue begini, gue yakin gue juga bisa pinter, kok.
Bel tanda pelajaran kembali dimulai lagi berbunyi tak lama kemudian, gue kemudian berdiri dari tempat duduk "Sudah masuk. Gue balik ke kelas dulu, yah! Makasih banyak Erlang."
Erlang hanya menganggukkan kepala sambil tersenyum ke gue. Walaupun gue nggak yakin itu senyuman, soalnya nggak ada bedanya tuh dengan wajah datarnya. Tipiiiis amat.
Setelah itu, gue pun pergi meninggalkan mereka berdua dan kembali ke kelas. Ehh, kok gue ninggalin mereka berdua, sih.
**
"Sekali lagi, terima kasih Lang" itu isi DM yang baru saja gue kirim ke Erlang, dan sudah satu jam belum juga dia baca.
Hmmm, selanjutnya gue melihat isi instagram Bayu. Ini kebiasaan baru gue sekarang, selalu nge-stalk instagram Bayu. Bukan Bayunya pengen yang gue lihat, gue cuma pengen lihat Erlang. Walaupun Bayu tidak terlalu sering posting foto sih, tapi sebagian besar foto yang dia post itu foto dia bersama teman-temannya.
Eh, Bayu baru saja post foto. Dia memposting foto bersama tiga temannya, Erlang, Dika dan Satria ditambah Andien. Hmmm, Andien. Dia duduk di samping Erlang.
"Airin! Lesnya sudah mau dimulai!" panggil kak Tika. Dia resepsionis di tempat bimbel gue, gue udah kenal setelah beberapa pertemuan. Iya, sekarang gue sedang berada di tempat les.
Zalza dan Cinta? Nggak tau tuh anak, dia hanya bilang lagi mager waktu gue ajak tadi. Soalnya itu dua anak semaunya aja.
Hanya ada beberapa orang disini menunggu, tapi tak satupun yang gue kenal, dan sampai sekarang gue belum melihat Erlang. Apakah dia sudah masuk ke kelasnya duluan?
Gue kemudian berdiri dari tempat sini kemudian berjalan masuk ke kelas.
"Makasih kak." yang dibalas dengan anggukan ramah dari kak Tika.
Gue harus bimbel! Gue harus belajar. Biar Erlang suka ke gue. Gue nggak mau kalah dari Andien.
**
Gue cek DM dan ternyata Erlang sudah melihatnya dan dia tidak membalasnya!
Cari topik baru! Cari topik baru! Tapi, topik apa, yah? Masa gue bertanya fisika, sih? Atau nggak mungkin juga gue bertanya sosiologi.
Les sudah selesai, dan gue memutuskan untuk langsung pulang saja. Soalnya Pak Kasim sudah setia menunggu gue dari tadi.
Mungkin kali ini gue nggak usah chat dia.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] My Jenius Boyfriend
Teen Fiction[PERHATIAN] Ini cerita antimainstream! Gue nggak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau gue pacaran dengan cowok yang kecerdasannya jauh melebihi gue. Apakah kalau kita nge-date dia mengerjkakan soal fisika? Atau dia malah bahas sejarah dunia seti...