32

850 54 0
                                    

Airin POV

Gue baru saja pulang dari les, gue lihat jam dan ternyata sudah hampir jam sembilan. Cukup melelahkan juga sekolah dari pagi sampai sore dan malamnya lanjut les. Btw gue nggak ketemu Erlang di tempat bimbel lagi karena jadwal les gue dimundurin.

Zalza dan Cinta? Gue sudah malas ngajak mereka, mereka berdua tuh seenaknya aja mau pergi apa tidak.

Waktu gue masuk di ruang tamu tadi, gue lihat papa senyum-senyum nggak jelas sambil menatap gue. Mama juga gitu, senyum-senyum nggak jelas sambil mengendong Rafli. Aneh juga nih hari.

Saat gue memutar gagang pintu kamar gue lalu membukanya, gue langsung dikejutkan oleh confetti yang berhamburan yang disusul Zalza dan Cinta yang berseru "HAPPY BIRTHDAY!"

Oiya, gue ternyata ulang tahun. Gue ingat kok, hari ini gue ulang tahun, gue sempat ingat tadi pagi kok dan ada beberapa yang mengirim ucapan di sosmed gue.

"Selamat ulang tahun, Airin!" kata Zalza sambil memegang kue ulang tahun dengan lilin yang sedang menyala.

Gue memunculkan senyum, gue nggak nyangka mereka kasi gue surprise disini. Soalnya gue di sekolah dia hanya ucapin HBD aja, iya gitu aja.

"Thanks, ya! Niat banget lo buat surprisenya." Mereka berdua telah menghias kamar gue dengan hiasan-hiasan khas ulang tahun yang di dominasi warna peach, warna kesukaan gue.

"Selamat ulang tahun Airin." Kata Ayah yang baru masuk ke dalam kamar

"Selamat ulang tahun sayang." Sambung mama yang kemudian mencium pipi gue, mama sudah tidak menggendong Rafli. Gue hanya tersenyum tipis, soalnya gue masih merasa canggung.

"Terima kasih pa, ma." Balas gue sambil menatap mereka satu persatu dan tersenyum. Gue merasa beruntung, ternyata orang-orang di sekeliling gue masih sayang sama gue.

"Ditiup dong lilinnya! Keburu meleleh nanti." Kata Zalza yang dari tadi memegang kue. Sementara Cinta sibuk merekam dengan Hp-nya.

Sebelum gue meniup lilinnya gue berdoa. Gue berterima kasih kepada Tuhan karena menghadirkan orang-orang yang gue sayang di ulang tahun gue yang ke delapa belas ini. Tapi, sayangnya kurang satu. Erlang nggak ada di sini.

Ohiya, ERLANG! Erlang belum kasi gue ucapan. Dia chat gue hari ini aja belum, dan gue nggak yakin Erlang tahu kalau hari ini gue ulang tahun.

"Eh, kenapa elo malah bengong, sih. Ditiup lilinnya!" seru Zalza yang tiba-tiba menghancurkan lamuman gue, gue lalu meniup lilin yang berbentuk angka delapan belas itu.

**

Sederhana, tapi berkesan. Itu yang gue deskripsikan untuk kejutan ulang tahun gue kali ini. Tahun-tahun sebelumnya Zalza dan Cinta kasi gue surprise di restoran tanpa melibatkan keluarga gue. Walaupun hanya di rumah tetapi gue bersama orang-orang yang menyayangi gue, walaupun kurang satu, sih. Iya, Zalza dan Cinta tahunya hubungan gue dan Erlang itu hanya main-main. Bahkan mereka berdua mungkin mengira gue sudah putus sama Erlang. Padahal sebenarnya enggak, malahan sekarang gue lagi berada di tahap cinta secinta-cintanya sama Erlang.

Btw, nggak usah kali, ya gue kasi tahu Erlang gue ulang tahun hari ini. Gue juga nggak berharap banyak, kok Erlang kasi gue hadiah. Prinsip percintaan gue sekarang sudah berubah sejak gue sama Erlang.

Acaranya sudah selesai sekitar setengah jam yang lalu, semua sudah dibereskan dan seisi rumah sudah kenyang, papa dan mama sudah masuk ke kamar sementara Zalza dan Cinta molor di samping gue. Iya, mama menyuruh mereka berdua menginap karena sudah hampir tengah malam.

Sekarang gue lagi berbaring sampil memainkan hp gue dan membuka instagram. Gue baru saja post foto-foto gue tadi dan sudah mendapat banyak like sekaligus komentar yang nggak jauh-jauh dari ucapan selamat ulang tahun ke gue. Erlang? Belum, dia belum like foto gue dan gue yakin sekarang dia pasti sudah tidur. Sudah lewat jam sebelas soalnya.

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang