"Ayah kapan pulang, bu?" tanya Erlang
"Besok." jawab ibunya yang sekarang sedang menyapu lantai.
Erlang tidak menjawab apa apa, ia hanya melanjutkan menghabiskan sarapan paginya. Saat ini Erlang hanya berdua dengan ibunya, karena ayahnya sedang mengikuti simposium.
Ayahnya merupakan seorang dosen fisika yang mengajar di Universitas terkemuka di kotanya. Jadi, tidak perlu heran kenapa Erlang bisa sesakti itu. Sedangkan dua kakaknya sedang berkuliah, yang pertama namanya Dimas berkuliah di Bandung, sedangkan yang satunya lagi Fildza berkuliah di Yogyakarta. Jadi, tinggal Erlang, ayah, dan ibunya saja yang di rumah, dua kakaknya pulang hanya saat liburan saja.
Setelah menyelesaikan sarapannya, Erlang pun mengambil piringnya dan membawanya ke wastafel kemudian mencucinya. Ini merupakan kebiasaan yang diajarkan orang tuanya sejak kecil.
Setelah mencuci piring, Erlang pun bergegas menuju ke sekolah.
"Ibu, Erlang pergi dulu, yah!" kata Erlang sambil mencium tangan ibunya.
"Iya, hati-hati!"
Erlang pun keluar dari pagar dan menuju ke pangkalan ojek yang berada di depan kompleks. Berhubung karena ayahnya sedang pergi, maka hari ini Erlang ke sekolah menggunakan ojek. Biasanya Erlang pergi bersama ayahnya yang sekalian juga ke kampus. Walaupun sekarang ada mobil di yang terparir di garasi rumahnya, tetapi Erlang belum mendapatkan izin untuk mengemudikannya.
**
Hari ini adalah hari senin, hari yang paling dibenci oleh sebagian besar karena harus berpanas-panasan melaksanakan upacara bendera. Terbukti dari banyaknya siswa yang menujukkan gelagat-gelagat gelisah, terutama siswa yang berada di barisan belakang. Sebenarnya bukan upacara benderanya yang membuat mereka gelisah, tetapi karena pidato dari kepala sekolah yang terlalu lama dan ditambah lagi senin ini sedang ada pengumuman juara. Ini merupakan kebiasaan dari SMA Sebelas jika ada seorang siswa yang telah berhasil mengharumkan nama sekolah akan diumumkan pada upacara bendera.
"Kembali lagi! jawara fisika sekolah kita, Syaifansyah Aditya Airlangga telah merebut kembali juara pertama kompetisi fisika tingkat provinsi yang telah diraihnya tahun lalu! Jadi, sekolah kita telah merebut piala bergilir olimpiade fisika tiga tahun berturut turut, dan kini telah menjadi piala tetap!" kata Pak Danar dengan nada semangat yang disertai tepuktangan yang riuh dari seluruh peserta upacara.
"Dengan hormat, kita panggil sang jawara kita untuk menerima trofi!" kata Pak Danar yang setelah itu, siswa yang dimaksud, Erlang keluar dari barisannya kemudian menuju ke tempat pembina upacara untuk menerima trofi.
Di tegah riuhnya tepuk tangan seluruh peserta upacara, ada-ada saja sekumpulan siswa yang tengah bergosip dan tidak memperhatikan jalannya upacara.
"Uhh, lama amat, sih. Ada apaan sih, itu?" kata Airin sambil mengipas kipas tubuhnya dengan kipas tangan.
"Eh! Lo, kan jarang-jarang ikut upacara. Jadi nggak usah banyak ngeluh!" kata Zalza yang berdiri di samping Airin.
"Hmmm, serah lo dah." kata Airin sambil memutar bola matanya malas.
"By the way, ada apa sih? Kok rame amat?" tanya Airin.
"Makanya, kalau upacara tuh disimak, jangan gosip!" Kata Cinta yang berada di depan Airin.
Lagi-lagi Airin hanya memutar bola matanya malas.
"Itu, lagi ada pengumuman hasil lomba, si Erlang. Lagi-lagi dapet juara satu olimpiade fisika" sambung Cinta.
"Erlang? Siapa tuh?" tanya Airin.
"Anak dua belas Faraday, yang jago banget fisika itu" kata Cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] My Jenius Boyfriend
Fiksi Remaja[PERHATIAN] Ini cerita antimainstream! Gue nggak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau gue pacaran dengan cowok yang kecerdasannya jauh melebihi gue. Apakah kalau kita nge-date dia mengerjkakan soal fisika? Atau dia malah bahas sejarah dunia seti...