Airin POV
Bayu
"Rin, gue hanya mau bilang. Erlang hari ini mau berangkat kuliah ke amrik. Gue sekarang lagi perjalanan ke bandara buat nganterin dia."
Isi pesan dari Bayu ini tiba-tiba membawa gue lagi-lagi harus terjebak dalam sebuah drama. dan gue sangat benci itu.
Gue yang baru beristirahat setelah pulang dari les menjadi terkejut dan tanpa berpikr panjang langsung saja tancap gas menuju bandara. Ini terkesan mendadak banget karena yang gue tahu itu Erlang batal kuliah di Singapura.
Mirip adegan film di AADC, kan? Adegan dimana Cinta mengejar Rangga sampai di bandara. Hanya saya disini Rangga dan Airin, bukan Rangga dan Cinta, Cinta mungkin lagi molor sekarang.
Kalau elo mau tahu, tadi itu pertama kalinya gue mengemudi sejauh ini, di jalan raya, dan sekencang ini pula. Selepas pulang mungkin papa akan marah besar ke gue karena mengambil mobil tanpa izin, mengemudikannya lagi. Tapi, masa bodo! Pikiran gue saat ini hanya satu, gue hanya ingin bertemu dengannya, gue nggak bilang untuk terakhir kalinya. Karena gue percaya, gue akan bertemu nantinya, walaupun dalam waktu yang lama, dan gue siap untuk menunggu.
Akhirnya sampai juga gue di bandara, syukur gue bisa selamat. Beberapa kali gue menerobos lampu merah, beberapa kali juga tadi gue hampir menabrak mobil di depan gue, dan hampir juga gue hilangin nyawa orang.
Gue nggak bisa ngebayangin gimana wujud gue sekarang, hanya dengan memakai jaket dan celana panjang, gue kejar Erlang di sampai bandara. Mungkin penampakan gue sekarang lebih buruk waktu Erlang pertama kali ke rumah gue, tanpa make up, rambut acak-acakan ditambah lagi dengan air mata yang mengering. Gue nggak sempat untuk mikirin semua itu saat ini.
Gue mengedarkan pandangan ke seluruh terminal, dan akhirnya gue melihat Erlang. Sosok yang gue rindukan, sosok yang menjauhi gue karena kebodohan gue sendiri. Gue hanya berharap dia tidak menjauhi gue untuk beberapa menit ke depan. Setelah ini dia bebas menjauhi gue, dia menjauhi gue beribu-ribu kilometer pun gue sudah rela. Yang jelas gue pengen dia dengerin gue dulu.
Perlahan-lahan gue mendekat, gue melihat dia sedang bercakap-cakap dengan sahabatnya dengan posisi Erlang membelakangi gue. Saat gue sudah beberapa meter di belakangnya, akhirnya Bayu menyadari juga kehadiran gue ini dan memberi tahu Erlang. Dia kemudian berbalik dan kini menatap gue dengan tatapan datar, iya datar-datar saja.
Gue semakin mendekat ke dia, dan dia juga semakin mendekat ke gue. Gue berniat untuk memeluknya, tapi sayangnya dia menolak.
"Jangan! Tidak baik, ada orang tuaku." Katanya sambil melihat ke orang tuanya, disitu juga ada kedua kakaknya.
Kemudian dia menampilkan senyumnya, senyuman level satunya. Iya, dia hanya memberikanku senyuman level satu. Senyuman yang biasa ia berikan ke orang asing. Sebenci itukah lo ke gue sampa-sampai lo sudah menganggap gue menjadi orang asing?
Tak terasa jarak kami berdua kurang dari satu meter. Kini gue nggak bisa lagi menahan air mata gue. Gue nggak bisa berkata-kata, gue hanya bisa menangis sesenggukan di depannya.
"Jangan berharap ini film AADC. Aku bukan Rangga, walaupun namaku Erlangga. Tidak mungkin juga aku mencium kamu, kan? ini tempat umum dan disini ada orang tuaku." Gue menatapnya dan dia hanya menunjukkan ekspresi wajah yang datar-datar saja.
Please, Lang, ini bukan waktunya bercanda.
Gue sangat tidak suka dengan ekspresinya yang biasa saja. Mungkin gue memang salah, tapi saat ini gue sudah bersusah payah kemari untuk memperbaikinya. Gue kemudian tertunduk memikirkan kesalahan yang telah gue buat hingga Erlang bisa sekecewa ini. Gue kemudian mengangkat kepala lalu menatap wajah datarnya "Maafkan aku, Lang."
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] My Jenius Boyfriend
Teen Fiction[PERHATIAN] Ini cerita antimainstream! Gue nggak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau gue pacaran dengan cowok yang kecerdasannya jauh melebihi gue. Apakah kalau kita nge-date dia mengerjkakan soal fisika? Atau dia malah bahas sejarah dunia seti...