16

1K 62 0
                                    

Airin POV

Sepertinya gue bakal gagal dapetin Erlang, soalnya nggak ada kemajuan sama sekali dalam hubungan gue. Walaupun gue sudah jalan berdua sama dia, yah. Setelah itu nggak ada lagi, tuh. Dia nggak pernah chat gue, dan gue juga nggak tahu harus bahas apa dengan dia.

Sudah beberapa menit gue duduk menunggu di sini bersama Zalza dan Cinta. Gue menunggu kelas dimulai, iya gue dan dua kacung gue sekarang berada di tempat les. Zalza dan Cinta di samping kanan gue. mereka sedang sibuk dengan hp-nya, begitu juga dengan gue. Dari tadi gue hanya bolak-balik di kolom pencarian di instagram, melihat video yang sebenarnya nggak menarik tetapi entah mengapa gue tonton sampai habis. Gue menonton video orang yang sedang memotong-motong sabun, meremas-remas squishy sampai mengunyah es batu. Sungguh nggak berfaedah, kan?

Tapi kenapa bisa mata gue nggak bisa lepas dari sini?

Di saat gue masih sibuk lihat-lihat di instagram, terdengar suara pintu yang berderit. Sontak gue langsung menoleh ke pintu yang terbuat dari kaca itu. Muncullah sosok bertubuh jangkung yang masuk beserta tiga orang yang mengikut di belakangnya. Siapa lagi kalau bukan Bayu beserta teman-temannya, dan erlang termasuk disitu. Saat mereka berempat jalan menuju kelasnya, tak sengaja mata gue dan Erlang bertemu, dan tebak apa yang terjadi? Dia langsung ngalihin pandangannya seakan-akan dia sedang menghindari gue. Dia hanya terus berjalan ke kelasnya mengikuti Bayu yang ada di depannya. Kemudian menghilang setelah masuk ke koridor.

Hellow, beberapa hari yang lalu kita habis nonton bersama, yah. Kenapa elo malah bertindak seakan-akan elo nggak ngenal gue?

"Ehkmmm!" sontak gue melirik ke arah Cinta.

"Kenapa lo?"

"Sepertinya elo bakalan gagal." Kata Cinta.

Gue nggak berkata apa-apa. Gue hanya diam sambiil menatap dengan tatapan kosong ke sebuah pot bunga di depan gue.

"Siap-siap aja traktir kami, yah?"

"Hmmm." Jawab gue malas.

"Kita salon, yuk setelah ini." Ajak Zalza.

"Males."

"Zalza! Sudah waktunya masuk kelas!" tiba-tiba kak Tika memanggil kita bertiga, dan kami bertiga langsung berdiri kemudian berjalan menuju kelas.

"Ikut aja. Kali aja Erlang nggak mau lihat elo gara-gara ada aura-aura buruk yang dia lihat dalam diri elo." Kata Zalza sambil tertawa cekikikan, diikuti juga dengan Cinta.

"Sialan lo."

**

"Eh, lo nggak bawa mobil, yah?" Selepas les tadi, sesuai rencana mereka berdua pengen ke salon. Sebenarnya gue agak malas, sih pergi sekarang. Tapi karena mereka memang benar, gue sudah lama nggak ke salon. Jadi apa salahnya.

"Nggak, mobil kakak gue dibawa ke bengkel. Jadinya dia pake mobil gue." jawab Cinta.

"Kita naik taksi aja, yuk!" sambungnya.

"Elo, kan punya pacar. Panggil aja!" kata Zalza.

"Oiya, benar juga kata lo."

"Lo mau ajak dia ke salon?"

"Nggak, maksud gue tuh suruh dia anterin kita bertiga."

"Mending kita naik taksi aja, deh."

"Kenapa lagi lo? Berantem lagi?"

Cinta tidak menjawab, dia hanya berdehem saja.

"Yaelah." Gue memutar bola mata malas.

"Sini hp lo. Gue yang panggil dia." gue langsung merebut hp Cinta dari genggamannya kemudian men-dial nomor Dion, pacar Cinta.

"Yon, bini elo pengen ke salon. Jemput dia, gih! Dia sekarang lagi di tempat bimbel."

"Oke, tunggu, yah!"

**

Sekarang kami berempat sedang di perjalanan ke salon langganan kami bertiga. Dion datang tidak lama kemudian karena memang rumahnya terletak tidak jauh dari tempat gue bimbel.

"Mau sampai kapan kalian diem-dieman?" kata gue membuka percakapan, soalnya mereka berdua belum ngomong apa-apa dari tadi, dan saking bocahnya si Cinta, gue sekarang yang duduk di samping Dion. Tadi dia maksa gue untuk duduk di depan.

"Nunggu Nicholas Saputra post fotonya sendiri di instagram?"

"Atau lo nunggu Lucinta Luna lahiran dulu baru kalian berhenti?"

Hanya Zalza yang tertawa mendengar perkataan gue, Dion gue lihat hanya mesem-mesem.

"Emang kenapa, sih elo berdua berantem lagi?" tanya Zalza yang ada di kursi belakang.

"Dia, tuh. Lagi-lagi genit dengan Gaby. Masa Gaby habis post foto berdua."

"Aku, kan anak basket, sayang. Pasti gue dekat dengan anak chearleders."

"TAPI KENAPA HARUS FOTO DEKAT BEGITU!" Wow, Cinta lain, loh kalau sama gue dan Zalza. Dia nggak alay gini.

"Tidak. Percaya, deh sama aku. Hanya foto biasa, kok."

"Aduh, gue nggak tahu harus gimana lagi. Lo juga Cin, jangan terlalu posesif. Dia, kan sudah bilang. Dia hanya temen saja."

"Lo juga, Yon. Sudah tahu bini elo posesif banget malah foto-foto sama Gaby."

"Dia, kan hanya teman aku, Rin. Lagi pula gue nggak tahu kalau dia mau upload foto itu."

"Hadeh, gue sudah nggak tahu lagi. yang jelas lo sudah jelas kan masalah elo, Cin?"

"Lo kayaknya harus kirim mata-mata ke sekolahnya Dion biar elo tenang." Sambung Zalza.

**

"Lo mau tungguin kita, nggak?" tanya gue sesaat mobil Dion sudah berhenti di depan salon langganan gue.

"Iya, lagi pula baru jam delapan lewat sedikit." Jawab Dion sambil melirik ke jam tangannya sekilas.

"Lihat, nih! Baik banget, kan laki elo. Dia rela nunggu. Baikan sekarang, gih!"

"Iya!" balas Cinta malas yang membuat gue gak kalah malasnya melihat nih makhluk. Pacaran sudah setahun tapi kerjanya berantem terus.

**

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang