8

1.1K 57 0
                                    




Erlang POV

Hari ini aku sedang lari pagi bersama Satria, hampir setiap minggu aku selalu lari pagi bersama Bayu, dan Satria. Karena hari ini berhubung Bayu ada perlombaan, jadinya aku hanya berdua saja dengan Satria.

Dika? Tidak usah mengajak dia, setiap malam minggu dia biasanya bermain game hingga jam tiga pagi. Jadi, jangan harap dia bisa bangun pagi.

"Cukup segini aja, deh. Sudah lumayan." Kata Satria yang kemudian memperlambat larinya, begitu pun denganku. Memang benar, sudah cukup, hampir tiga puluh menit kami berdua berlalri dan sudah cukup membuat tubuhku berkeringan.

Kami kemudian keluar dari jogging track lalu duduk di rerumputan sambil meluruskan kaki.

"Lang."

"Kenapa?"

"Pinjam duit, dong. Gue mau beli minuman."

Tanpa berkata apa-apa aku langsung merogoh saku celanaku kemudian memberikan selembar uang dua puluh ribuan ke Satria.

"Kalau bisa gue minta aja, yah. Tahu, kan gue anak kost-kostan yang dijatah perbulan." Kata Satria sambil nyengir, sementara aku hanya diam saja melihatnya. Ini sudah hal biasa terjadi.

"Gue pergi beli dulu, yah!" satria kemudian berdiri lalu berjalan

"Tunggu gue disitu!" Satria kemudian berbalik setelah berjalan beberapa meter.

"Sekalian aku titip air juga." Satria hanya menganggukkan kepala kemudian kembali berjalan.

Aku hanya duduk di atas rumput sambil melihat orang-orang di beraktifitas disini yang hari ini memang lumayan banyak mengingat sekararang ini minggu pagi dan cuaca sangat bagus.

"Kamu Erlang, kan?" Sontak aku mendongak dan melihat orang yang menghampiriku.

Seorang perempuan yang mengenakan baju olahraga dengan celana pendek dan disampingnya juga ada seorang perempuan. Teman dia mungkin?

Aku hanya menganggukkan kepala perlahan-lahan. Dari mana dia tahu namaku?

"Oh, kenalin. Gue Hanna." Kata dia menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Sontak aku berdiri kemudian menjabat tangannya.

"Gue Fani."

Aku hanya tersenyum tipis melihatnya, karena aku memang tidak kenal siapa dia.

"Oh, mungkin elo belum kenal gue. Gue pernah lihat elo waktu lomba beberapa minggu lalu. Elo yang dapat juara satu, kan?"

Lagi-lagi aku hanya menganggukkan kepala.

"Gue mau bilang. Selamat, yah!"

"Hebat banget, sih elo. Gue aja enggak lolos babak dua."

Aku lagi-lagi hanya tersenyum tipis menanggapinya. Satria akhirnya telah kembali dengan soft drink di tangan kanannya dan air minum di tangan kirinya.

"Eh, bisa minta nomor wa elo nggak? Gue pengen tanya-tanya."

"Dm di instagram saja." Aku memang tidak sembarangan memberikan nomor wa-ku ke orang-orang. Bukannya sombong, beberapa kali aku harus ganti nomor karena ada orang yang tidak dikenal terus menerus mengirim spam di wa-ku. Lebih baik mencegah, kan?

"Gue kira instagram elo itu nggak aktif. Soalnya elo nggak pernah post."

"Aktif, kok."

"Oke"

"Eh, gue duluan dulu."

Aku hanya menganggukkan kepala yang kemudian kedua perempuan itu pergi, sementara Satria matanya tidak lepas menatap kedua perempuan itu.

"Dasar!" kataku yang kemudian merebut botol air di tangan kiri Satria.

"Kok elo nggak kasi nomor wa-nya, sih?"

Aku tidak menjawab pertanyaan dia, aku hanya kembali duduk di atas rumput kemudian minum.

"Mana mereka berdua cantik banget lagi."

"Gue nggak ngerti jalan pikiran elo."

Lagi-lagi aku tidak memperdulikan dia yang kemudian duduk di sampingku dengan meluruskan kaki.

"Lang." Satria kembali bertanya setelah beberapa menit tidak ada suara diantara kami berdua.

Aku menoleh ke Satria "Iya, ada apa?"

"Gue pengen tanya. Elo pernah suka sama cewek, nggak?"

Aku berpikir sejenak, kemudian menjawab "Sampai sekarang aku belum berpikir tentang itu." dan memang benar, sampai saat ini aku belum pernah memiliki perasaan suka dengan perempuan dan aku belum pernah terpikirkan tentang itu.

"Memangnya kenapa?"

"Nggak, gue pengen tahu aja. Padahal mereka berdua tadi bening amat."

Aku hanya menganggukkan kepala malas, dan memang benar. Sampai sekarang aku tidak pernah terpikirkan untuk itu, atau mungkin belum mau. Karena Masih banyak hal lain yang harus dipikirkan sekarang. Seperti mengapa fisika klasik dan fisika modern itu kontradiktif, atau menganai apakah cahaya itu gelombang atau partikel. Iya, masih sangat banyak hal di alam semesta ini yang menjadi misteri, dan memang lebih baik memikirkan itu semua dari pada memikirkan suatu hal yang sebenarnya tidak terlalu penting. Apalagi untuk saat ini. iya, kan?

Atau mungkin mengkhayalkan apa yang sedang terjadi di antartika, point nemo, challenger deep, atau bagaimana keadaan bintang yang berjarak ribuan tahun cahaya dari sini.

Tapi, apakah ini masih termasuk kategori normal?

Aku sering melihat teman-teman seumuranku sudah memiliki pacar, bahkan Bayu pernah pacaran waktu SMP dulu. Banyak dari mereka yang sudah berkali-kali berpacaran dan sudah berkali-kali patah hati juga.

"Pulang, yuk! Cucian gue numpuk."

**

[COMPLETED] My Jenius Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang