Erlang POV
Sekarang aku sedang berjalan ke ruang guru. Pak Danar tadi memanggilku, tidak tahu untuk apa. Mungkin ada lomba lagi.
"Ada apa yah, pak?" tanyaku sesampaiku di hadapannya.
"Bisa tidak, semua sertifikat kamu difoto copy?"
"Bisa, pak!"
"Soalnya mau dikumpul untuk data-data sekolah." Aku kira ada panggilan lomba lagi.
"Bisa kamu kumpul lusa?"
"Iya, pak. Bisa!" sambil menganggukkan kepala.
"Oke, terima kasih, yah!"
"Iya pak, sama-sama. Aku sudah bisa kembali, pak?"
Pak Danar hanya menganggukkan kepala, aku pun berjalan keluar dari ruang guru.
Saat aku sudah berada di ambang pintu, tiba-tiba ibu Sri memanggilku. "Erlang! Bisa bantuin ibu nggak?"
Sontak aku berbalik kemudian berjalan menuju ibu Sri.
"Iya, bu. bisa!"
"Tolong, fotocopy semua ini!" kata ibu Sri sambil menyerahkan kertas yang berisi data-data siswa kelas XII IPS Schumpeter. Baru ingat, Ibu Sri wali kelas Airin.
"Iya, ibu." Setelah itu, aku pun keluar dari ruang guru dan berniat menuju perpustakaan untuk memfoto copy semua ini.
Saat berjalan ke perpustakaan, aku membaca data-data siswa kelas XII IPS Schumpeter. Lebih tepatnya aku lebih fokus membaca data diri Airin. Bisa dibilang, belum tahu banyak sekali tentang dia. Tapi kenapa aku bisa pacaran dengan dia? Aku tidak tahu alasan pastinya. Yang jelas aku suka dia, dan cinta itu sebenarnya mudah, hanya orang-orang saja yang membuatnya sulit.
Aku baru tahu, ternyata Airin ulang tahun sepuluh hari lalu, padahal sebelumnya aku sempat jalan sama dia. Kok dia tidak bilang-bilang? Aku hanya menggelengkan kepala melihatnyal.
Setelah semuanya difoto copy, aku pun kembali ke ruang guru untuk menyerahkan semua itu.
**
Airin POV
"Airin. Sebentar malam kamu sibuk, tidak?" ini isi chat yang Erlang kirim tiga puluh menit setelah pulang sekolah, tumben. Padahal dia lama pulangnya. Jarang-jarang juga, loh dia chat gue duluan
"Iya. Aku tidak sibuk, kok."
"Sebentar kita ketemuan di XXXX. Jam setengah delapan, yah!"
"Datang tepat waktu, Jangan biasakan terlambat!" sambungnya.
Ini kan bukan malam minggu, tumben. karena penasaran, gue pun bertanya "Kamu tidak belajar, kan? Ini bukan malam minggu loh."
"Sudah aku cek semua. Tidak ada tugas dan ulangan."
"Ehhh, ada satu. Tapi sudah aku selesaikan tadi."
Dia menyelesaikan tugas lebih awal demi gue? How sweet he is.
**
Jam setengah delapan, gue menepatin janji gue. gue pun masuk ke dalam kafe yang Erlang janjikan tadi, sebenarnya gue udah beberapa kali datang ke sini, sih dengan Erlang. Gue juga menjadi lebih disiplin sejak gue pacaran dengan Erlang, kalau dia bilang jam segitu. Gue usahain datang jam segitu juga, dan Erlang juga tidak pernah telat kalau gue yang ngajak jalan. Malahan dia yang nungguin gue atau dia yang jemput. Pernah sekali dia telat. itu pun gara-gara taksi yang ia tumpangi bermasalah, dan dia telpon gue sebelumnya mengatakan datang agak telat. Coba sebut, sudah berapa perbuatan dia yang kelewatan manis itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
[COMPLETED] My Jenius Boyfriend
Teen Fiction[PERHATIAN] Ini cerita antimainstream! Gue nggak bisa membayangkan apa yang terjadi kalau gue pacaran dengan cowok yang kecerdasannya jauh melebihi gue. Apakah kalau kita nge-date dia mengerjkakan soal fisika? Atau dia malah bahas sejarah dunia seti...