Bagian 6

4.4K 146 0
                                    

Cemburu...
Cemburu adalah suatu kata yang menjelas kan tentang ketidak sukaan kita terhadap pasangan kita dengan seseorang selain kita.
Seperti ku sekarang....diam, menahan kesal, dan amarah. Melihat Dia, bersama wanita lain.
(Iptu. Dinda berliana s.trk)

Iptu. Dinda B.P pov

Apa sih yang kau mau Dharma? Kenapa kau membuat ku cemburu? Apa ini balas dendam mu padaku, karena kemarin aku telah membuat mu khawatir? Hish! Sungguh aku tak suka pemandangan ini.

Aku berdiri, dan berjalan ke arah Dharma dan bripda Saras. Anggota satlantas, anak buah Dharma.

Mereka berdua sedang asik berbincang di kantin. Mereka berdua juga tertawa puas. Ada apa sih?

"Hai pak Dharma, hai bripda Saras. Makan siang ya? Boleh minta gak bapak polantas Dharma putra?" Kata ku sedikit menekan kalimat akhir.
"Oh iya, silakan saja dek..eh, maksud saya iptu Dinda" aku mengangguk. Aku pun mengambil bakso nya dan mencoba nya. Bripda Saras menatap ku heran. Yah, memang yang tau hubungan ku dengan Dharma itu hanya Boris. Kalau dia sampai bocor, aku akan menggetok nya.
"Hem, enak? Bripda Saras, kau tidak makan bakso mu? Enak loh" dia tersenyum kikuk dan menggeleng.
"Oh iya, saya mau ngasih tau aja ya pak Dharma, bripda Saras. Sekarang tuh lagi tenar ya, banyak cewek yang jadi apa itu? Um...pe..pelakor! Nah iya itu. Hati-hati aja ya pak, bripda Saras! Saya sih takut banget. Pelakor itu lebih kejam kebanding penculik. Hih! Jangan sampai kita kena serangan pelakor ya?! Saya gak bisa ngatasin tentang pelakor gituan pak, bripda!" Bripda Saras langsung menunduk. Bibir nya gemetar. Dharma menyenggol tangan ku.
"Yasudah, maaf ya...saya permisi" aku pun berdiri dan melenggang pergi.

Aku sayang kamu...
Itulah kalimat yang ingin ku katakan padamu. Aku senang melihat mu cemburu, kau terlihat lucu. Menggemas kan bagi ku....
(Akp. Dharma putra s.trk.sh)

Akp. Dharma P s.trk.sh

Aku tersenyum sendiri melihat Dinda kesal san marah. Dasar, dedek kau selalu membuat ku tersenyum. Pipi mu merah, dan hidung mu juga.

Aku mengejar Dinda, dia masuk ke dalam ruangan nya. Bersiap pulang, memang dia berdinas setengah hari. Karena luka nya belum sembuh total, tapi dia memaksa.
"Dedek, eh! Dinda, aku masuk!" Teriak ku. Aku pun membuka knop pintu ruangan nya. Dan,melihat nya sedang memasukan laptop ke dalam tas pundak nya. Bibir nya maju, pipi nya menggembung.
"Dinda...aku gak ada apa-apa sama Saras. Tadi aku cuman menyuport dia, dia baru saja di tinggal pacar nya selingkuh--"
"Lalu kamu mau mengganti kan posisi pacar nya?! Tega ya kamu. Kemarin buat apa aku berkorban demi menyelamat kan cincin darimu? Bodoh nya aku.." dia pun mulai marah. Ah, ribet sih ini. Dinda, aku sayang kamu. Saat dia hendak membuka pintu, kami saling berhadapan. Tatapn kami beradu.
"Batalin pengajuan! Gak sudi nikah sama kamu!" Kata nya begitu ketus pada ku. Dia pun langsung keluar, aku menahan tangan nya.
"Auw!! Sakit Dharma, lepas!" Ya Tuhan, aku salah memegang tabgan nya. Bahu nya pasti sakit sekali. Ah, bodoh!.
"Maaf  Dinda, aku tak sengaja. Mana yang sakit?! Ayo ku antar ke klinik" dia menggeleng. Dia menatap ku.
"Dokter tak akan bisa mengobati luka ku. Rasanya sangat sakit, di dalam sana. Lukanya sudah sangat parah, dokter mana pun tak bisa mengobati nya. Lepas kan aku, lalu hati ku akan sembuh setelah aku pergi dari hadapan mu"

Deg!
Deg!
Deg!

Aku melepas tangan nya. Dia pun berlalu pergi meninggal kan ku. Aku memang salah, sudah membuat hati nya patah. Aku harus mengejar nya.

Dengan cepat, aku mengejar Dinda. Di parkiran, dia tidak ada. Aku mencari nya ke tempat lain. Saat aku berjalan ke arah ruangan Boris, aku melihat Dinda bersama iptu Rion. Kawan seletting kami dulu. Mereka berbincang. Aku pun menghampiri mereka.
"Eh, bro! Apa kabar lo? Makin seger aja muka lo, di apain tuh?" Rion menepuk bahu ku. Kami berdua pun bersalaman.
"Bahagia gua disini bro! Dinda, aku mau bicara. Aku mau menjelas kan, jangan pergi lagi...tangan mu masih luka" Dinda menetap ku dengan tenang.
"Yon! Jangan gosipin kita ya lo! Awas aja kalau gosipin yang nggak-nggak, gua hajar lo!" Ancam ku pada Rion.
"Iyo-iyo, nanti tak sebar di grup" Rion tertawa puas.
"Rion! Jangan mulai kamu! Dharma, kamu mau jelasin apa? Aku mau pulang, capek!"
"Yasudah, kamu pulang ke rumah bunda ya? Delima kangen sama kamu, bunda juga udah buatin bubur kesukaan kamu" dia mengangguk. Aku pun tersenyum. Syukurlah, dia tidak mengamuk lagi. Aku takut, kehilangan mu.

Iptu. Dinda B.P s.trk

*Rumah bunda
Aku turun daru taksi dan masuk ke dalam rumah megah milik ayah dan bunda nya Dharma.

Beberapa ajudan menyapa ku, aku pun mengangguk saja. Tak memberi senyuman, karena aku sedang badmood gara-gara Dharma.

"Asalamualaikum bunda, Delima?" Bunda dan Delima pun langsung turun dari lantai 2. Aku pun menyalimi bunda, dan Delima menyalimi ku.
"Gimana nak, tangan mu masih sakit sayang?" Aku tersenyum dan menggeleng.
"Iya sudah, Delima ajak mba mu makan nak" Delima dengan senyum yang sumringah mengangguk.
"Bunda mau kemana? Sudah rapih begini?" Tanya ku pada bunda yang sudah rapih dengan gamis putih.
"Bunda mau ke pengajian pak Yudi, kamu tahu kan?" Aku memgangguk.
"Iya bund, hati-hati ya"
"Iya, kamu nginap disini ya sayang. Delima kangen banget sama kamu" aku mengangguk.

Setelah mengantar bunda dan ayah pergi, Delima mengajak ku ke kamar nya. Aku di suruh mandi, dan berbaring di ranjang king size nya.
"Mba, Delima sama bund atadi buatin bubur buat mba. Cobain ya?" Aku mengangguk. Delima menyuapi ku dengan lembut nya.
"Ini kamu yang masa dek? Enak banget sedap" aku tersenyum melihat pipi Delima memerah.
"Makasih mba Dinda. Mba, mba lagi marahan ya sama mas Dharma?" Aku pun mengangguk. Buat apa aku bohong, pasti Dharma sendiri yang memberitahu pada Delima.
"Dasar cowok tuh ya mba, gak mikir! Cewek nya udah sayang banget, cinta banget sama dia eh dia malah berbuat yang gak bener. Tapi mba tenang aja, mas Dharma itu cuman nyemangatin bripda Saras kok. Mba, jangan marah lagi ya? Tetep nikah sama mas Dharma, aku mau dedek dari kalian" aku sebenar nya sudah tak marah pada Dharma. Aku sudah mengontrol emosiku.
"Iya, mba udah gak marahan kok sama mas Dharma" aku mengusap puncak kepala Delima.

"Hai dedek-dedek ku, mas mu sudah datang ini!" Dharma datang dengan ceria. Dia sudah memakai kaos oblong hitam, dan celana bola.
"Hih, mas Dharma ganggu moment aku sama mba Dinda!" Delima langsung memeluku. Aku pun mengusap punggung dan kepala nya.
"Heh! Mas juga kangen sama mba, Dinda. Nih, kasih ke bunda dan ayah. Surat pengajuan ku dan mba Dinda sudah ada. Tinggal cari tempat" Delima menerima nya dan langsung pergi keluar kamar.

Aku melihat Dharma yang berdiri di ambang pintu.
"Dharma, maafin aku tadi ya sudah marah sama kamu" Dharma tersenyum.
"Iya tidak apa, ini juga salah ku sudah membuat mu cemburu. Yasudah, kamu tidur saja. Gak baik berduaan di kamar sama aku, nanti aja malam pertama ya?" Aku terkekeh pelan. Dharma menarik pintu, dan akan segera tertutup rapat. Dia tersenyum dan memberi kiss biye, aku pun membalas nya. Ku tarik selimut dan langsung tidur. Aku benar-benar lelah.


~~~~~~
Bersambung.....
Biye besok lagi yak
Ngantuk, nih

Kiss biye dari mas Dharma, muach....(bayangin weh yak)
Vomment nya juga ojo di lupak ne yoo..

Cinta Si PerwiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang