Bagian 19

2.7K 121 2
                                    

Merindukan....
Aku ingin bertemu dia, dia yang sekarang menjadi pengisi hati ku...
Tapi, aku bukan siapa-siapa nya
(Mayor. Yona prasetya negara s.sthan)

Akp. Dinda B.P pov
Aku menandatangani beberapa berkas, dan mengecek hal lain nya. Setelah selesai, aku melirik pas foto kecil berwarna putih. Disitu ada foto ku bersama Lea. Yah, ketika kami foto box.

Aku melipat kedua tangan ku di meja, dan menaruh dagu ku di atas nya. Aku ngantuk sekali. Sudah 3 hari aku tak tidur. Penangkapan kelompok pembegalan, membuat ku keliengan setengah matek! Lebih baik sekarng aku pulang, aku bisa tidur bersama Lea. Jam segini, Lea udah pulang.

*rumah
Aku masuk ke kamar ku, dan mandi. Setelah itu aku berbaring di kasur, saat mulai terlelap Lea sudah memeluku sambil tertidur.
"Bunda...bunda capek ya? Mau Lea pijitin gak bund? Padahal Lea mau cerita sama bunda..." mendengar begitu, aku langsung tersenyum dan mengecup pipi nya.
"Cerita apa nak? Sini, boboan sama bunda. Kita shering bareng....anak cantik bunda mau cerita apa memang?" Lea tersenyum, dan berbaring di sebelah ku.
"Tadi ada temen Lea bund...dia itu cantik bund, tapi dia suka cubit-cubit. Tadi Lea juga di cubit, tapi Lea bales lebih kencang bunda. Eh, dia malah nangis...kan yang salah dia duluan..."
"Lea gak boleh gitu dong dek, Lea kan sudah SD masa kelakuan nya kaya anak TK? Gak boleh, kalau dia cubit Lea..Lea jangan bales, biarin aja. Kalau sudah 3 kali, baru bilang ke guru. Ingat ya, Lea gak boleh bales perbuatan jahat dengan perbuatan jahat juga. Lea harus belajar dewasa nak. Kalau dia jahat, kita diam saja. Biarkan musuh kita mati sendiri, dengan perbuatannya" ucap ku, lalu mengecup kening dan hidung nya.
"Humm....iya deh bund" aku tersenyum, dan memejam kan mata ku. Hwah! Benar-benar mengantuk dan lelah.

                              ~~~~
Mayor. Yona P.N pov

Aku duduk di sofa, Rara tertidur di atas paha ku. Rambut nya ku usap, membuat nya semakin lelap.

Aku sendiri sedang merindukan Dinda, sudah 3 tahun kami tak bertemu. Dan tidak pernah menjalin komunikasi. Aku tidak punya kontak Dinda, Dinda juga tak punya kontak ku.

Entah lah, aku benar-benar merindukan nya. Rara juga sering bilang, ia merindukan bunda Dinda. Aku bingung, apa aku harus pergi ke Surabaya? Ah, Dinda kau membuat ku gila.

Aku menatap layar tv, sebuah tayangan berita Surabaya. Judul nya sangat menarik hati ku.
"Polwan cantik, sang pembasmi begal"
Aku langsung membayang kan siapa polwan itu? Apa dia Dinda? Aku ingin melihat wajah nya. Pasti dia semakin cantik.

Dan benar itu Dinda. Sekarang wajah nya semakin cantik. Rambut nya panjang, mata nya masih sangat tegas dan tajam. Tak terasa, bibir ku membentuk lekungan melihat wajah Dinda.
"Ayah, ayah kangen sama bunda Dinda?" Tanya Rara, aku pun langsung tersenyum.
"Ah, tidak kok nak" jawab ku sedikit malu. Rara baru saja memergokiku, sedang mengagumi Dinda.
"Ayah, kapan kita ke rumah bunda Dinda? Rara kangen sama dek Lea ayah...."
"Hem...kapan ya? Ayah juga rindu sama tante Dinda"

Aku ingin bertemu dengan Dinda. Dharma, maafkan aku. Aku sudah merebut Dinda mu.

                              ~~~~~~
Author pov
Dinda sedang duduk bersama Dharma. Dinda menunduk, tak berani menatap Dharma. Dia merasa, ia sangat salah karena sudah menduakan nya di hati Dinda.

"Din....tatap mata ku, jangan menunduk. Aku tidak suka" Dinda pun mendongak dan menatap Dharma.
"M..mas, maaf kan aku. Aku sudah menduakan mu, di hati ku..." jelas Dinda. Dharma pun tersenyum.
"Tidak Dinda, kamu tidak salah. Aku sengaja mempertemukan mu dengan Yona. Kamu sudah tahu kan siapa dia? Aku percaya pada nya, Yona pasti bisa menjaga mu Dinda...dia lelaki yang bertanggung jawab, sholeh, seperti idaman mu....aku hanya ingin bilang, dia merindukan mu sayang" Dinda pun tersenyum malu.
"Din...Yona punya anak, anak nya membutuh kan mu. Anak nya perlu kasih sayang seorang ibu yang baik, dan sabar. Ku mohon, ini pesan terakhir ku untuk mu. Jaga Lea kita, terimalah Yona, sayangi Rara, dan buatlah keluarga yang bahagia dengan mereka. Aku selalu menunggu mu dan Lea di surga. Aku berterimakasih padamu, sudah sering mendo'akan ku. Ini amanah terakhir untuk mu Dinda...." Dharma berdiri dari kursi itu, dan berjalan pergi meninggal kan Dinda.

Dinda pun tak mungkin bisa mengejar, percuma saja dia mengejar dan berteriak. Tidak ada guna nya. Dharma sudah kembali masuk ke dalam pintu yang besar.

'Yona...apa benar ini? Apa kita akan di persatukan dalam ikatan yang sakral?' Gumam Dinda.
"Yona....yona...." Dinda mengigau, dan membuat Lea bangun.
"Bunda! Bunda kenapa? Bangun bunda!" Lea terus menepuk pipi bunda nya. Dinda mengerjapkan mata nya, dan menatap Lea.
"Lea.." Dinda langsung memeluk Lea erat.
"Bunda, ada apa?" Tanya Lea pada Dinda.
"Lea...bunda tadi mipi, bertemu dengan ayah Dharma" Dinda merasakan, kalau Lea menangis.
"Bunda, ayah Dharma itu seperti apa? Sifat ayah bagaimana? Apa ayah seorang pahlawan kita bund?" Dinda mengurai pelukan nya dengan Lea, lalu menangkup pipi Lea.
"Iya nak, ayah Dharma itu pahlawan kita. Ayah itu sifat nya baik, sabar, tegas, bijak, sholeh, pintar...pokok nya, ayah Dharma itu baik. Dia pahlawan kita" Lea tersenyum dan memeluk bunda nya.

Di Jakarta, Yona sedang sibuk mencari informasi tentang Dinda. Dinda lahir pada tanggal 8 Agustus, di Bekasi. Sekarang bulan juni. Dua bulan lagi Dinda ulang tahun. Yona berharap, semoga ia bisa bertemu dengan Dinda saat hari ulang tahun nya.

                          
~~~~
Bersambung....
Kangen gak sama mereka?

Mau double up gak nih?

Biye muach...

Cinta Si PerwiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang