Bagian 21

2.7K 115 2
                                    

Di hari ini, aku merasa senang...
Bisa melihat mu secara langsung, dan dekat... aku sudah lama menunggu mu...namun  tidak pernah bertemu...
Tapi, hari ini aku senang sekali bisa dekat dengan mu..
(Akp. Dinda berliana putri s.ik.sh)

Akp. Dinda B.P pov
Aku berjalan mengendap di balik tembok yang kotor, dan lantai yang penuh debu. Tanganku memegang senjata ku. Pintu sudah di depan mata.

Brakkk!!
Aku menendang keras pintu rumah pelaku, dan menarik pelatukku. Peluru panas terhempas ke langit rumah.
"Diam!! Angkat tangan!" Tangan kiri ku mencengkram kerah baju, salah satu pelaku. Dia wanita, namun pikirannya sangat bagus dan matang dalam pembegalan.
"Apa salah saya?!" Berontak wanita yang ku pegang.
"Diam!! Jelaskan di kantor, kalian mabuk?! Pakai berapa banyak sabu, huh?!" Mereka diam dan menunduk. Hidungku mencium bau alkohol di mulut mereka, dan mata mereka terlihat celeng.

                                ~~~
Aku duduk di dalam ruangan yang redup pencahayaan. Aku ingin sendiri, tidak ingin penerangan. Pikiranku sangat lelah, tubuhku terasa remuk. Apalgi yang jadi pikiran terberat ku sekarang adalah Lea, dia sedang sakit. Tapi tugasku tidak boleh di tinggal.

Tok tok tok....
"Masuk"

Pintu terbuka, dan cahaya lampu menerangi. Lelaki bertubuh besar, tegap, dan gagah. Parfum ini? Sama dengan parfum Dharma.
"Dharma..?" Ucapku samar. Lelaki itu berjalan mendekat. Jantungku tak tinggak diam, sedari tadi selalu berdebar kencang.
"Dinda..." suara itu?

Hap!!
Mata ku di tutup oleh tangan yang besar. Aku meraba tangan itu perlahan. Seperti Dharma, wangi parfum nya juga. Tapi tidak mungkin.
"Siapa ini?" Tanya ku lemas.

Tek!!
"Happy birtday Akp. Dinda berliana putri!!!!" Aku mengerjap kan mata, menyesuaikan dengan cahaya ruangan ku. Aku tersenyum melihat semua ini, para anggota ku menyiap kan semuanya dengan baik. Aku menutup mulutku, aku tak bisa berkata apapun lagi.
"Selamat ulang tahun bu, semoga sehat selalu, panjang umur, tetap jadi panutan kami, cepat dapat jodoh lagi, dan makin cantik" aku memeluk Leni. Aku menangis memeluk anggota ku.
"Terimakasih semuanya.....saya terhura nih hahaha" semuapun tertawa.
"Ha...hatchim!! Bunda..." aku membalikkan tubuh ku, dan melihat Lea yang tersenyum membawa bunga.
"Wah, Lea...kamu kesini nak. Hum, bunda kangen sama Lea" aku langsung menggendong Lea. Lea menggosok hidungnya, dan membuat hidung bangir nya merah.
"Hehehe Lea juga kangen sama bunda, bunda kan bunda terbaiikkk sepanjang Lea hidup....selamat ulang tahun bunda Dinda, semoga bunda makin baik, gak marah-marah sama Lea lagi ya bund" aku terkekeh. Semua anggota ku tertawa, dan juga Lea.
"Ndan, red felvet nya enak lho...gak di ootong nih?" Tanya Jodhi.
"Sabar dong, yasudah sini" aku pun memotong kue itu, dan suapan pertama ku berikan pada Lea. Dan selanjutnya para anggota ku.

                               ~~~
Pukul 00.00 wib, aku pulang. Lea sudah tertidur lelap. Mungkin dia terlalu lelah.

Aku memasukan mobil ke dalam garasi, namun aku melihat lelaki berperawakan gagah, tegap itu berdiri di depan pintu utama. Di tangannya ada sebucket bunga mawar merah kesukaan ku.
"Bi, kalian masuk lewat pintu belakang saja ya" suruh ku.
"Siap bu"

Aku pun penasaran, siapa dia? Mau apa bertamu jam segini. Aku berjalan langsung, dan berdiri di hadapannya.
"Maaf, anda cari siapa?" Tanyaku sambil menepuk bahunya. Lelaki itu pun berbalik, dan aku langsung tersenyum.
"Aku...aku rindu" Yona pun membalas pelukan ku.
"Aku lebih merindukan mu...maaf kan aku, aku baru bisa datang kemari sekarang. Tugas dan Rara tak bisa di tinggal" aku mengangguk, dan mengurai pelukan kami. Aku mematapnya, dan tersenyum.
"Iya, aku juga terimakasih padamu bang. Sudah bisa menyempatkan datang kemari" Yona mengangguk, dan mencubit pipiku.
"Makin tirus" aku hanya tersenyum kaku.
"Yasudah bang, ayo masuk" aku membuka pintu, dan mempersilakan masuk.
"Bang, ke dalam saja ya. Aku buatkan makan bagaimana?" Tawarku. Dia tersenyum dan mengangguk.
"Iya sudah, ayo!" Aku menarik tangan besar Yona menuju dapur. Aku membuatkan sup ayam saja.
"Bang ini sudah jadi, ayo makan" aku melihat raut wajah Yona sedikit murung, walau ia selalu tersenyum.
"Bang, ada apa? Kamu ada masalah ya?" Tanya lembut.
"Tidak kok, Dinda setelah aku makan aku ingin bicara. Apa boleh?" Tanyanya.
"Boleh, yasudah kamu makan dulu saja. Aku mau mandi ya" Yona mengangguk.

                               ~~~~
Mayor. Yona P.N pov
Bagaimana ini? Aku gugup untuk menyatakan ini. Aku kesini untuk membawa Dinda ke Jakarta. Bertemu mama.

Ah, aku akan terus terang saja. Kalau Dinda menolak, tidak apa.
"Bang, kamu bengong saja dari tadi" bahuku di tepuk oleh Dinda.
"Ah, nggak. Oh iya, sup mu enak seperti buatan mamaku. Din, aku mau bicara serius" Dinda pun duduk di sebelah ku, dia menatap ku serius.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Din, kedatangan ku kesini juga mempunyai maksud. Kamu tahu kan, dulu saat di bandara. Aku memang mencintaimu, bahkan sampai sekarang...." sepertinya perkataan ku sedikit berputar, dan membuat bingung.
"Bang, langsung..." pinta Dinda.
"Baiklah, aku kesini untuk meminta mu datang ke Jakarta. Untuk menemui mama ku...." Dinda terlihat kaget dengan kalimatku.
"Apa bang Yona melamarku?" Tanya nya. Ternyata Dinda tahu maksudku. Aku pun mengangguk, dan tersenyum.
"Apa kau mau menikah denganku?" Tanyaku. Dinda tersenyum, dan langsung memelukku.

Bahu Dinda bergoyang, apa dia menangis?
"Dinda, apa kamu menangis?" Tanya ku sambil mengusap punggungnya.
"Tidak bang, aku hanya melihat sosok Dharma di tubuh mu" jawabnya membuat hati ku tersentak.
"Apa kamu masih mencintai Dharma?" Tanya ku tak bermaksud menyinggungnya.
"Bang....dia cinta pertamaku. Apa kamu cemburu?"

Aku memang cemburu Dinda, tapi aku tidak boleh egois. Dharma memang cinta pertama Dinda, tapi aku yakin. Dinda tidak mungkin tidak mencintaiku. Walau ada Dharma di hatinya, tapi dia juga tetap mencintaiku. Aku tidak boleh egois, Dharma juga pernah mengisi hati Dinda dan menjaga Dinda sampai akhir hayatnya. Aku harus berterimakasih pada Dharma, sudah menjaga Dinda untukku.
"Yona!" Panggil Dinda, membuat ku kaget.
"Ya, tidak Din...aku tidak cemburu" Dinda tersenyum.
"Baiklah, terimakasih bang Yona" aku tersenyum, dan mengusap pipi nya yang basah.
"Bang, kamu mau nginep dimana?" Tanya Dinda sambil membereskan bekas makan ku.
"Mungkin di hotel" jawabku.
"Um...kenapa tidak di rumah ku saja? Di kamar depan kosong tuh" tawarnya.
"Tidak merepotkan?" Dia menggeleng.
"Baiklah, terimakasih Dinda"
"Sama-sama bang Yona"

                               ~~~~
Author pov

Di Jakarta
Rumi sedang duduk di sofa rumah Yona. Dia merasa kesal karena Yona pergi ke Surabaya. Dia tahu, Yona pasti akan menemui musuh nya. Dinda. Yona beralasan untuk tugas dinas, padahal bukan.
"Yona! Kau tega meninggalkan ku, lihat saja. Aku tidak akan tinggal diam.....walau si Dinda itu polisi, aku tetap berani melawannya!" Rumi mengepal kan tangannya, lalu keluar rumah Yona.

Di Surabaya
"Jodhi! Kemana Akp. Dinda?! Sedari tadi saya tidak melihatnya" omel Anata pada Jodhi anggota Dinda.
"Sudah pulang ndan, tadi jam 00.00 pagi. Apa ndan tidak pulang?" Jawab Jodhi sopan. Padahal dia juga sedikit kesal pada komandannya yang satu ini.
"Tidak, saya malas dengan istri saya" jawab Anata ketus. Anata memang selalu begitu. Sudah tidak aneh bagi Jodhi.

Di rumah Dinda, Yona dan Dinda sedang bersuka ria bersama. Mereka mengobrol dengan asik. Melepas rindu, selama 3 tahun tak bertemu.


~~~~~
Bersambung....
Gimana?
Woe komen ih, sepi tahuu

Biye muach
Biye muach

Cinta Si PerwiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang