Bagian 20

2.9K 115 1
                                    

Akp. Dinda B.P pov
Aku sedang menyuapi Lea, dia sedang sedikit tidak enak badan. Kemarin dia ikut mencuci mobil. Jadilah sakit.

"Bunda, udah ya makannya. Lea kenyang banget bund.." aku menatapnya tajam.
"Lea...habisin, biar cepat sembuh" Lea hanya diam dan melanjutkan makan nya.

                              ~~~~
Aku duduk memangku Lea. Suhu badan nya sudah menurun, dan mulai terlelap tidur. Wajah nya benar-benar mirip Dharma. Apalagi bibir nya, sama persis. Ku cium kening nya.
"Maaf bu, ada pak Nata" aku menoleh, melihat bi Yiyik.
"Iya bi, suruh masuk saja. Saya disini, kasihan mau mindahin Lea" jawab ku.
"Baik bu, sebentar"

Ada apa si Nata kesini? Bukannya qualitytime sama anak, istrinya. Ini malah kesini.
"Selamat pagi Dinda" suara Nata terdengar, dan ia duduk di sebelah ku.
"Pagi" jawab ku singkat.
"Gak cium dulu gitu? Nggak kangen sama aku?" Aku mencubit tangannya kencang.
"Jijik banget sih! Ada apa kamu kesini? Bukannya jalan sama anak, sama istri gitu" aku pun mengalihkan pandangan ke arah wajah Lea. Aku tahu, Nata sedang tersenyum menatap ku.
"Ini kan lagi. Kamu kan istrinya, Lea anak kita....walau benihnya dari Dharma, tapi aku tetap anggap Lea anakku" aku hanya diam. Anata memang orang pengayal. Dulu dia pernah adu tinju dengan Dharma, gara-gara menghayalkan aku menjadi istrinya. Saat aku dan Dharma akan menikah. Huwah! Gila memang si Nata ini.
"Nata...kamu pulang saja! Kasian Rani sama Fani tuh di rumah. Mereka juga ingin bersama ayahnya, tapi kamu malah disini. Sampai kapanpun, aku gak akan mau nikah sama kamu. Kamu sudah punya istri"
"Baiklah, aku akan manceraikan Rani. Sejak dulu aku memang tidak suka dengannya" aku menatap tajam Nata.
"Kalau kamu gak cinta sama Rani, kenapa kalian punya anak? Pikirkan anak mu Nata! Kalau kalian bercerai, kasihan Fani! Dia darah daging mu Nata!" Anata tersenyum miring.
"Nggak, aku akan bawa Fani bersama kita. Yang penting sekarang, kamu mau jadi istriku dan aku akan menceraikan Rani..." aku menggeleng, dan berdiri. Aku lebih baik menidurkan Lea di kamarnya.

Aku menyelimuti Lea, dan keluar kamarnya. Anata masih di bawah, aku lebih baik di kamar ku saja.
"Dinda..." aku menoleh, Nata sudah ada di belakang ku. Punya ilmu teleportasi kali dia.
"Apa?" Tanya ku malas.
"Apa kamu tidak mau menerima cinta ku?" Aku diam. Ada apa dengan si Nata ini?
"Lepas Nata, lebih baik kamu pulang. Rani dan Fani menunggu mu" kata ku melemah.
"Tidak Dinda, aku ingin bersamamu hari ini" aku menaut kan alis ku.
"Maksud mu?"

Cup!!
Plak!!
"Kau gila Nata! Pergi dari rumah ku! Apa perlu aku angkat tangan?! Pergi!" Nata berjalan pergi meninggal kan ku. Sudah gila dia. Beraninya dia mencium pipi ku. Ah! Dasar orang gila.
                               ~~~~
Mayor. Yona P.N pov
Kenapa hati ku resah? Rara baik-baik saja, mama juga sehat. Ada apa ini? Dinda? Kenapa dengan Dinda.

"Nak, kamu kenapa? Sepertinya resah?" Mama mengusap bahu ku, dan duduk di sebelah ku.
"Tidak tahu mam, aku memikirkan Dinda. Ada apa ya?" Mama pun tersenyum.
"Kamu itu jatuh cinta sama dia nak. Mama sering lihat kamu sedang memandang foto Dinda, lalu kamu sering mengigau memanggil Dinda. Mama tahu semua, itu tanda nya kamu sudah jatuh cinta dengan Dinda" wajah ku terasa panas. Ternyata selama ini, mama sering melihat ku.
"Ah....ehm, tidak kok mam"
"Jujur saja, mama tahu kamu. Mama tahu sifat kamu, mama kan yang melahirkan mu"
"Entah lah ma, sejak awal bertemu. Hati Yona selalu mengatakan Dinda"
"Nak...kalau bisa kamu cari Dinda, temui dia. Katakan isi hatimu, sekarang mama tidak akan mencarikan pendamping untuk mu. Percuma saja mama carikan, tapi kamu tidak pernah menerima. Sekarang, mama sudah tahu....Dinda telah mengisi hati mu" aku pun tersenyum mendengar ucapan mama.
"Apa mama merestui ku dengan Dinda, jika kami menikah?" Tanya ku menelisik. Mama tersenyum.
"Tentu saja mama setujui. Apalagi Rara sudah nyaman dengan Dinda" aku pun langsung memeluk mama.
"Terimakasih ma"
"Heh! Terimakasih apa ini? Temukan Dinda dulu, bawa ke hadapan mama. Baru makasih! Enak aja" aku mengurai pelukan, dan menggaruk kepala belakang ku.

"Bang Yonaaa....!!!" Leher ku terasa tercekik. Secara langsung, tanpa ku tahui Rumi memeluk leher ku.
"Ru..mi..lepas!!" Rumi pun melepas kan pelukan nya dan mentap ku.
"Ngapain kau kesini? Mau cari perhatian sama mama? Sama ku?! Atau kamu mau bentak Rara?!" Rumi melemas, dan mata nya berair.
"Bang, kok kamu berubah? Kamu dapat yang baru dari aku?" Aku tak sanggup melihat wanita menangis. Lebih baik aku pergi dari ruangan ini.

Aku masuk ke kamar ku. Aku membuka ponselku, meminta anggota ku untuk mencari kan insformasi tentang Dinda.

                               ~~~~
Author pov
"Dinda...sampai kapan pun, aku akan mencintai mu. Siapa pun, tidak boleh memiliku mu selain ku" kata Anata sambil mengemudikan mobil nya dengan kecepatan tinggi.

"Yona, wanita manapun tidak boleh menikah dengan mu! Selain aku! Aku telah mencintai mu, sejak istrimu belum mati! Sekarang ini adalah kesempatan ku!" Rumi mengepal kan tangan nya, lalu menenggak minuman nya.

Dinda dan Yona memiliki cinta yang sama. Tetapi, Anata dan Rumi juga memiliki rencana yang sama dan besar untuk Dinda juga Yona. Anata, dan Rumi tidak mau Dinda dan Yona menyatu.

Mereka berdua ingin Dinda dan Yona berpisah, dan tidak bertemu sampai kapanpun.

Di Surabaya, Dinda sedang memeluk Lea. Anak tercintanya yang sedang tertidur. Lalu ia menatap langit kamar Lea.
"Yona...disini aku masih mencintai mu, apakah kau masih mencintai ku? Atau sebalik nya? Aiu ingin kita bertemu...." kata Dinda sambil memejam kan mata nya. Menampakan wajah Yona saat terakhir kali bertenu.

Di Jakarta, Yona sedang memegang senjata nya. Lalu ia mengarah kan pada sasaran, dan melesat lah peluru panas itu. Mengenai sasarannya.
"Dinda, aku akan memanahmu. Dimana pun kau berada, kau selalu ada di hati ku. Tidak akan tergeserkan. Tunggu aku Dinda, aku akan menemui mu....menembak mu, tepat di sasaran! Seperti aku menarik peletuk senjata ini, dan mengenai sasaran..." Yona memejam kan mata nya, lalu terbayang wajah cantik Dinda saat tersenyum.

~~~~
Bersambung....

heheh udah ya..

Biye muach..

Cinta Si PerwiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang