Bagian 17

2.9K 113 3
                                    

Bulan dan bintang itu cocok yah..
Mereka saling melengkapi satu sama lain..
Seperti kita berdua, saling melengkapi tapi tak tahu akan bersatu atau tidak?
Aku ingin menemani malam-malam mu..
(Akp Dinda berliana putri s.trk)

Akp. Dinda B.P pov
Aku sedari tadi mencoba untuk tidur, namun tidak bisa. Kenapa? Pikiran ku sedari tadi memikir kan Yona. Aku memikir kan keindahan wajah nya. Halah, aku jadi seperti ABG yang baru jatuh cinta.

Aku duduk di balkon kamar ku, menatap taman belakang. Aku mencari angin yang bisa sedikit membuat ku tenang dan nyaman. Rumah ini dalam beberapa hari lagi akan ku tinggal kan, aku akan pindah ke daerah lain. Rasanya tak ingin pindah, tapi tugas yang mengharus kan aku pindah. Tak apalah.

Pandangan ku menyisir, menatap bunga-bunga yang ku tanam. Aku menemukan hal yang aneh, lelaki yang duduk di bangku kayu. Yona? Iya dia, kok dia belum tidur.

Aku turun menemui Yona yang duduk sendiri.
"Malam bang....abang gak tidur?" Sapa ku sambil membuat kan kopi untuk nya. Sebagai teman duduk santai.
"Ah, tidak. Kau sendiri kenapa disini? Nanti kalau anak mu dan Rara mencari bagaimana?" Ah, ini yang aku tak suka dari nya. Selalu menyerang ku dengan pertanyaan nya.
"Tidak, mereka sudah sangat terlelap tidur" jawab ku singkat.
"Kau wanita, harus nya kau tidur. Tidak baik wanita tidur malam, bisa menyebab kan kanker"
"Aku sudah tahu itu. Tapi mata ku sulit di ajak untuk tidur"

Aku dan Yona sama-sama menatap langit. Bulan yang indah, dengan di hiasi bintang-bintang.
"Bang, akalu boleh tahu istrimu kemana? Kenapa kau menginap di rumah ku?" Tanya ku tak tahu apa-apa. Raut wajah nya menjadi sedih.
"Dia...dia sudah meninggal satu tahun yang lalu. Dia terkena kanker rahim, sama seperti mu suka tidur malam. Juga ada beberapa faktor lain nya yang menimbulkan kanker itu. Rara sangat sedih karena kepergian nya, sejak ibu nya meninggal. Dia tak pernah mau dekat dengan wanita mana pun, termasuk calon istriku sekarang. Dan aku merasa aneh, saat Rara bisa dekat dan suka pada mu. Sejak awal bertemu, dia sangat ingin bertemu dengan mu lagi. Tapi aku tak tahu dimana kau" aku mengangguk. Kesimpulan nya, Yona ini sama denganku. Sama-sama di tinggal oleh orang yang di cintai nya, di tinggal untuk selama nya.
"Lalu, bagaimana cerita nya Dharma bisa meninggal?" Pertanyaan itu membuat ku menjadi mengingat saat bersama dengan Dharma. Saat masih pendidikan dulu.

Flasback on
Aku duduk di kursi panjang besi di simpang lima. Aku membuka ponsel ku yang sedari tadi terus berbunyi. Hanya pesan dari Andre. Dia CEO, dia mengenal ku lewat sosmed.

Hap!!
Mata ku menjadi gelap. Aku meraba tangan yang menutup mata ku. Tangan ini, wangi parfum nya, aku tahu ini pasti Dharma.
"Dharma, lepas...jangan main-main" rengek ku manja. Dharma tertawa dan duduk di sebelah ku.
"Ini gulali nya mba, 5.000 ya" aku memukul tangan Dharma kencang.
"Dasar cowok medit! Pelit!" Dengan kesal aku memakan gulali itu.
"Sakit lah Din...tega ya kamu sama aku. Kamu jahad Dinda" lagak nya seperti Cinta dalam film AADC.
"Ih, jijik tahu! Amit deh punya suami kaya kamu" aku memutar bola mata jengah.
"Awas lho, eh gimana ayah dan mama kamu? Sehat kan?" Aku mengangguk.
"Dharma, naik sepeda yuk!"
"Ayok!"

Kami berdua menaiki sepeda yang memiliki dua bagian, namun massih satu sepeda. Yah, kadang hampir jatuh saat menggowes.

Flasback off

Aku mengingat kejadian itu, kejadian saat kami berdua bersuka tawa bersama-sama.
"Hei! Pertanyaan ku belum kau jawab nona!" Aku tersadar dan menggeleng.
"Kejadian itu saat aku akan melahir kan Lea. Di malam itu, Dharma sedang di operasi. Dan di malam itu juga, aku berjuang untuk melahir kan Lea tanpa Dharma. Lalu saat pagi hari nya, Dharma pergi meninggal kan ku dan Lea untuk selama nya"
"Aku turut berduka cita atas meninggal nya kawan ku itu. Asal kau tahu, dia itu kawan seperjuangan ku. Saat SMP sampai pendaftaran AKMIL dan AKPOL. Setelah di terima kami terpisah, karena pendidikan. Tadi nya kami sering berhubungan lewat ponsel, namun suatu hari handphone ku hilang dan aku kehilangan semua kontak Dharma. Saat itu juga, hubungan kami terputus. Dan kemarin, itu pertemuan pertama ku dengan mu. Wanita yang di incar Dharma saat masih di Lembah Tidar" aku tersenyum mendengar kalimat terakhir nya. Sejak awal bertemu Dharma, memang dia sering caper pada ku. Tapi aku tak pernah menghirau kan nya.
"Hem, iya. Oh iya, Rumi itu calon istrimu kan? Kenapa kau tidak ke rumah nya saja?"
"Kau mau mengusir ku?"
"Eh, baperan banget jadi cowok! Aku hanya bertanya bang Yona"
"Oh oke, kami sedang ada masalah. Kemarin dia menjelas kan bahwa dia memang tidak suka pada Rara. Rara itu menurut nya menyebal kan, dan dia juga bilang. Bahwa jika kami menikah nanti, dia tak mau mengurus Rara"
"Kalau begitu, kenapa bang Yona mau menjadi kan nya calon istri? Dia kan tidak mau menerima Rara?"
"Maka dari itu, hubungan kami kandas. Aku tidak jadi menikahi nya, aku hanya membutuh kan sosok yang bisa memgganti kan posisi almarhum istri ku saja.."
"Hem, hidup mu rumit!" Komen ku.
"Yah, begini lah"

Aku kembali memandang bintang dan bulan. Dharma, aku bingung. Bantu aku, Yona sahabat mu ini membuat ku jatuh cinta. Tapi, aku tak tahu isi hati nya. Apa dia mencintai ku juga?

Author pov
Yona melirik Dinda yang memandang langit. Dia memang cantik, baik, kuat, dan tangguh. Ada rasa aneh yang memenuhi hati nya. Rasa cinta yang tiba-tiba muncul pada Dinda. Rasanya Yona ingin memeluk Dinda, dan membawa Dinda ke pelaminan. Namun, itu tidak mungkin imposible. Semua membutuh kan proses. Bagaimana jika Dinda tidak mencintai Yona? Itu bisa membuat nya malu.

Hati Yona semakin berkecambuk. Anatar cinta, dan Liana. Liana, istrinya yang sudah pergi. Dia tidak ingin menyakiti Liana, tapi dia juga menyukai Dinda. Juga, Liana berpesan bahwa carilah pendamping hidup mu, yang bisa merawat mu dan Rara dengan baik. Dan, wanita itu sudah ku temukan. Dia Dinda, bukan Rumi. Dinda memang sangat idaman lelaki. Nama nya juga mempunyai makna sendiri bagi Yona. DINDA : Dia Indah Nan DAmai.

Mayor. Yona P.N pov
Mata ku rasanya ingin terus memandang nya. Dinda.
"Bang! Kamu kenapa? Awas ke sambet, aku masuk duluan ya. Sudah ngantuk, hati-hati di sini banyak mba kunti" pamit nya sambil berlenggang pergi masuk ke dalam rumah. Aku tersenyum, tanpa sepengetahuan Dinda.

Mana ada mba kunti disini? Aneh-aneh saja Dinda ini.

Hihihi.....hihihihi.....
Astagfirullah, beneran ada. Aku langsung lari masuk ke dalam rumah.

Aku melewati kamar Dinda. Aku sedikit mengintip, terlihat lah Dinda yang sedang tidur bersama Rara dan Lea. Ibu yang baik. Bukti nya, Lea selalu nyaman pada Dinda, Lea juga selalu bahagia tak pernah di kekang oleh Dinda. Begitu pun Rara, anak ku juga nyaman pada Dinda.

Aku mencintai mu Dinda, tapi aku takut Dharma malah membenci ku disana. Aku telah merebut bidadari nya.

~~~~~
Bersambung.....

Udah tuh yak
Double update malam ini
Special malmingan

Biyd muach

Cinta Si PerwiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang