1

12.7K 839 38
                                    

"BRENGSEK!" kemudian kepalan kecil itupun melayang dengan cepat, laki-laki yang ada di hadapannya pun seketika jatuh akibat tinjuan itu, darah seketika keluar.

(Namakamu) menatap penuh amarah kepada laki-laki yang baru saja jatuh akibat kepalan tangan mungilnya, napasnya memburu. "KALAU DARI AWAL LO MEMANG CUMA UNTUK MAIN-MAIN SAMA SAHABAT GUE, LEBIH BAIK LO JANGAN DATANGI DIA HANYA UNTUK DISAKITI! BANGSAT!" teriak (Namakamu) sembari menarik kerah baju Adrian –laki-laki yang terkena tinjuan itu- dengan kasar.

Adrian menangkis kepalan tangan (Namakamu) yang hendak melayang ke arahnya, dengan kasar pula ia mendorong (Namakamu) ke tanah penuh kerikil itu. (Namakamu) jatuh tergesek oleh kerikil-kerikil tajam itu. Darah mulai keluar dari kedua tangannya.

Nada melihat sahabatnya terjatuh seperti itu membuatnya terkejut, ia berlari ke arah (Namakamu) yang terjatuh di sana, sahabatnya terluka.

Adrian menunjuk (Namakamu) dengan ringisan rasa sakitnya, "dasar lonte!"

(Namakamu) yang mendengar kata itu membuatnya bangkit dari jatuhnya itu, Nada membolakan kedua matanya saat melihat (Namakamu) menendang Adrian dengan kaki itu, Adrian jatuh dengan kerasnya. (Namakamu) menginjak perut Adrian dengan kuat hingga membuat Adrian terbatuk-batuk minta ampun.

"BAJINGAN!" bentak (Namakamu) dengan amarahnya. Nada dengan cepat menarik (Namakamu) untuk menjauh dari Adrian.

Adrian sudah tidak sadarkan diri, darah-darahnya sudah banyak keluar dari mulutnya. Nada menggenggam tangan (Namakamu) dengan erat, napas (Namakamu) memburu. Ia membenci laki-laki yang menyakiti sahabatnya, apalagi menyebut dirinya murahan.

"Kita ke rumah sakit," bisik Nada kepada (Namakamu).

**

Nada Gabriela, seorang gadis cantik yang sangat aku sayangi. Aku menyayanginya bagaikan saudara kandungku, dia adalah terang di dalam hidupku. Di saat aku tengah terpuruk, dia ada menemaniku, di saat aku membutuhkan pertolongan, dia datang dengan segala yang dimilikinya.

Aku tidak bisa membuatnya meneteskan airmata, aku melindunginya sebagaimana aku bisa, aku tidak bisa jauh darinya,dia adalah perempuan yang ku sayang. Siapapun yang menyakitinya harus berhadapan denganku, (Namakamu) Xena.

Kami tidak akan terpisahkan kecuali Tuhan yang memisahkan kami.

**

"Gue nggak apa-apa, Nad. Ini hanya luka lecet doang, dikasih obat merah bakal hilang kok," bujuk (Namakamu) yang melihat Nada kembali mendorong-dorong tubuh mungilnya.

Nada menggelengkan kepalanya dengan cepat, "gue nggak mau lo sakit! Gue mau lo sehat, gue nggak mau lo lecet, gue mau lo sembuh! Gue mohon, sayangi diri lo. Jangan gue terus yang lo urus-urus! Gue mau lo baik-baik aja!" tegas Nada yang kembali mendorong tubuh sahabatnya ini.

(Namakamu) yang sudah mendengar kalimat perintah itu hanya dapat menghela napasnya dengan lelah, ia tidak mungkin membantah Nada yang sudah terlampau khawatir kepadanya. (Namakamu) pun membiarkan Nada menariknya untuk berbaring di ranjang pasien itu, lalu pergi sebentar ke tempat administrasi.

Tak butuh waktu yang lama, Nada kembali dengan wajah khawatirnya. "Kenapa lo yang harus terluka, sih?" tanya Nada dengan lirihnya. (Namakamu) terdiam, Nada tidak terima jika dirinya terluka untuk membelanya dari laki-laki bangsat itu.

Adrian adalah laki-laki yang pernah mengisi hari-hari Nada, mereka telah menjalin hubungan selama 2 bulan belakangan ini. Nada merasakan hidup barunya telah dimulai, ia mencintai Adrian yang telah membuatnya bahagia. Adrian selalu membuat Nada tersenyum, (Namakamu) yang melihat Nada bahagia membuatnya juga bahagia.

SANG PENGGODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang