14

4.4K 705 62
                                    

Iqbaal tengah menganalisis kasus pasien yang hendak dioperasi, ia membacanya dengan saksama. Di saat ia tengah menganalisis kasus ini, tiba-tiba sebuah pesan muncul di ponselnya, Iqbaal seketika mengalihkan fokusnya kepada pesan tersebut. Ia tersenyum melihat pesan itu ternyata dari (Namakamu).

Cantik : Bang, gue mau ketemuan. Bisa?

Iqbaal : Bisa, kamu mau ketemuan di mana?

Cantik : Di lapangan dekat rumah gue.

Iqbaal :Oke, sampai jumpa di sana.

Iqbaal dengan senyuman manisnya mengunci ponselnya kembali, ketika Iqbaal hendak meletakkannya kembali di sampingnya, tanpa sengaja ia menyenggol gelas minuman airnya hingga membuat gelas itu jatuh dan pecah.

Iqbaal menatap pecahan gelas itu dengan perasaan yang tidak mengenakkan. "Kenapa perasaan gue nggak enak, ya?"

**

Iqbaal turun dari mobilnya, ia mengedarkan pandangannya untuk mencari gadis yang membuatnya semangat untuk menunggu. Lapangan ini sepi, tidak seperti terakhir ia ke sini,ramai dengan orang-orang yang berolahraga.

Iqbaal seketika tersenyum saat melihat (Namakamu) di sana menunggu dirinya, dengan cepat ia menutup pintu mobilnya kemudian menguncinya.

Dengan sedikit berlari, ia menghampiri (Namakamu). Iqbaal tersenyum melihat (Namakamu) kini berada di hadapannya, walau ia hanya menatap punggung gadis mungil itu.

"Hei," sapa Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) memutar tubuhnya menghadap si penyapa itu, (Namakamu) melihat Iqbaal dengan senyuman hangat seperti biasanya, ia pun membalasnya dengan senyumannya.

"Sudah lama menunggu?" tanya Iqbaal dengan jaraknya mulai mendekat ke arah (Namakamu). (Namakamu) menganggukkan kepalanya sembari memeluk tubuhnya yang sedikit merasakan dingin.

Iqbaal menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal, "maaf ya menunggu lama, operasinya agak sedikit memakan waktu. Jadi, setelah operasi langsung buru-buru ke sini," jelas Iqbaal dengan tatapannya merasa bersalah kepada (Namakamu).

(Namakamu) menyampirkan helaian rambutnya ke belakang telinganya, "nggak apa-apa, Bang."

Iqbaal semakin bahagia mendengarnya, ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kainnya. Ia masih menatap (Namakamu) yang ada di hadapannya.

"Bang," panggil (Namakamu) dengan pelan. Iqbaal meresponnya dengan senyuman, (Namakamu) menatap Iqbaal dengan tatapan yang sulit diartikan. "Gimana hubungannya dengan Nada? Makin dekat, kan?"

Iqbaal sedikit mengernyitkan dahinya saat mendengar pertanyaan (Namakamu), "kenapa kamu bertanya mengenai hubunganku dengan Nada?" tanya Iqbaal dengan tidak suka.

(Namakamu) memundurkan sedikit jaraknya dengan Iqbaal, Iqbaal menatapnya dengan menyelidik. "Kalau memang dari awal Abang nggak serius dengan Nada, kenapa dilanjutkan? Gue udah bilang dari awal, kebahagiaan Nada adalah hal yang penting buat gue. Siapapun yang membuat Nada sedih, mereka akan berhadapan dengan gue, " jelas (Namakamu) dengan lembutnya.

Iqbaal menatap gadis yang ia puja menjauh darinya, ia tidak ingin itu terjadi. "Aku nggak main-main sama Nada, (Namakamu). Aku serius dengan Nada, kamu seharusnya percaya itu," ucap Iqbaal dengan ia mencoba mendekati (Namakamu).

(Namakamu) tertawa kecil, Iqbaal melihatnya. "Dia nangis karena lo, Bang."

Iqbaal terdiam, dia benar-benar terdiam. (Namakamu) kini memajukan posisinya mendekat Iqbaal, Iqbaal melihat (Namakamu) di hadapannya. "Gue peringati sama lo, Bang. Lo pergi jauh-jauh dari kehidupan Nada dan gue, jangan pernah datang lagi bahkan menampakkan diri lo di dekat Nada maupun gue. Gue kasih kesempatan untuk lo pergi tanpa perlu kita berkelahi, ngerti?!" ancam (Namakamu) dengan penuh penekanan.

(Namakamu) menatap kembali laki-laki yang membuatnya jatuh cinta untuk pertama kalinya, ia memilih mengorbankan rasa cintanya daripada melihat sahabatnya tersakiti. (Namakamu) membalikkan badannya, ia akan pergi meninggalkan Iqbaal di lapangan ini.

Iqbaal tidak ingin kehilangan (Namakamu), ia tidak ingin!

"Aku.. aku akan menyatakan perasaanku kepada Nada pada hari ini, (Namakamu). Aku sudah berencana dari jauh-jauh hari untuk ini, aku membutuhkan waktu yang tepat untuk semua ini."

(Namakamu) memberhentikan langkah kakinya saat mendengar ucapan Iqbaal, Iqbaal menatap (Namakamu) berhenti melangkah. Iqbaal mengepalkan tangannya, "aku mencintai Nada, (Namakamu). Aku mencintainya, jangan suruh aku pergi," ucap Iqbaal dengan penuh rasa permohonannya.

(Namakamu) memutar badannya menghadap Iqbaal kembali, Iqbaal menatap kembali gadis pujaan hatinya. "Aku benar-benar mencintai Nada," Iqbaal akan melakukan apapun asal tidak pergi menjauh dari (Namakamu).

(Namakamu) mengabaikan rasa sakit di dadanya, ia ingin Nada bahagia dengan kabar ini. Iqbaal memberikan senyumannya, "gue pegang janji lo."

Iqbaal menganggukkan kepalanya dengan pelan, demi (Namakamu).

'Biarkan aku kali ini menggantikan posisi Nada sebagai orang yang sering disakiti. Aku rela agar dia bahagia.'

**

Aku tidak akan memperkenankan cinta menyelimuti hatiku, aku berusaha sebisaku untuk tidak jatuh cinta kepadamu.

**

Nada mengernyitkan dahinya saat (Namakamu) menariknya dari dalam kamar, "kita mau ke mana, sih?" tanya Nada yang terus mengikuti arah perjalanan (Namakamu).

(Namakamu) tetap menarik Nada hingga keluar dari rumahnya, "gue punya kejutan untuk lo," jawab (Namakamu) dengan penuh misterius.

Nada semakin mengernyitkan dahinya, dan semakin membuatnya heran adalah (Namakamu) membawanya ke jalan aspal yang membuatnya merasakan sinar matahari.

"Panas, (Namakamu)! Lo mau bawa gue ke mana, sih?" protes Nada dengan kesal.

(Namakamu) akhirnya memberhentikan tarikannya, Nada hanya terdiam saat Iqbaal ada di sana, berdiri di dekat mobilnya sendiri. Nada terdiam, dan terpaku.

(Namakamu) menjauh dari Iqbaal dan Nada, ia memperhatikan mereka.

Iqbaal tersenyum manis kepada Nada, ia mengambil tangan Nada ke dalam genggaman hangatnya. "Maafin saya yang tidak pernah hubungin kamu lagi, saya sebenarnya—"

Nada menjatuhkan airmatanya,ia memukul dada bidang Iqbaal. "Kamu ke mana aja?! Aku terus tunggu kabar dari kamu! Aku selalu coba sabar, aku coba ngertiin pekerjaan kamu, tapi kenapa kamu nggak pernah ngehargai aku? Kenapa?! Aku benci kamu, Baal.. aku benci," isak Nada yang mengeluarkan semua rasa dihatinya.

Iqbaal menghapus airmata itu, Nada terisak pedih. "Maafkan saya," bisik Iqbaal tepat di hadapan Nada.

"AKU NGGAK PERLU MAAF KAMU, AKU HANYA MAU KAMU!"

Iqbaal menarik Nada ke dalam pelukannya, Nada menangis di dalam pelukan Iqbaal. Iqbaal melirik ke arah (Namakamu) yang menatap ke arah mereka. Iqbaal menghela napasnya dengan pelan, "kita pacaran, ya?" bisik Iqbaal dengan pelan.

Nada melepaskan pelukannya, ia menatap Iqbaal dengan tidak percaya, "kamu bilang—"

"Iya, saya mau kamu jadi pacar saya. Kamu mau, kan?" jelas Iqbaal dengan penuh senyum kepura-puraannya.

Nada menjatuhkan airmatanya, ia menganggukkan kepalanya dengan tangis bahagianya. Iqbaal pun kembali memeluk Nada dengan sebisa perasaannya relakan.

'Harusnya kamu yang aku peluk, (Namakamu).'

(Namakamu) mencoba tersenyum bahagia melihat mereka, ia harus bahagia.

Iqbaal memejamkan kedua matanya dengan menelan rasa cintanya.

'2 orang rela disakiti demi memperjuangkan 1 orang yang bahagia.'

**

Bersambung

P.S : Minrik sudah mulai aktif kuliah, jadi mohon maaf ada rasa ngaret berkepanjangan. Silahkah komentar minimal 50 wkwkw

SANG PENGGODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang