4

5.1K 764 77
                                    

Iqbaal kembali menyemprotkan parfumnya ke kemeja putihnya dengan celana jeans hitamnya, lalu berkaca sebentar di dalam mobil untuk melihat penampilan rambutnya yang di terlihat rapi dengan rambut hitam legamnya, Iqbaal mengambil bunga di sampingnya, bunga yang khusus untuk (Namakamu).

"Wish me luck, oke?" Iqbaal menatap bunga itu dengan pandangan berbinar-binar. Ia melirik jam di pergelangan tangannya, waktu ketemunya memang masih 10 menit lagi, tetapi Iqbaal yang memang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan (Namakamu) membuatnya lebih cepat bersiap, ia sudah terlampau rindu untuk kembali bertatap muka dengan gadis mungil nan cantik itu.

Getaran ponselnya membuatnya kembali mengalihkan matanya dari bunga itu, dengan cepat ia mengambil ponselnya kemudian membukanya.

Si cantik :Udah di mana? Blm sampai, kan?

Iqbaal : Tenang, saya masih di rumah sakit, saya tidak suka menunggu.

Si cantik : Untung aja, gue pikir lo udah datang duluan.

Iqbaal : Saya masih ada urusan sebentar.

Si cantik : Oke,deh. See u there.

Iqbaal : :)

Iqbaal bohong mengenai tidak suka menunggu, ia bahkan sudah bersiap-siap dari jam 11 tadi sangking inginnya bertemu dengan gadis idamannya. Ia kembali tersenyum menatap bunga itu, ia tampak sangat bahagia untuk pertama kalinya.

**

(Namakamu) mulai memutar kedua bola matanya dengan malas saat Nada mulai meminjamkannya baju feminimnya itu. "Lo yang mau kencan, kenapa gue yang kena sasaran boneka lo, sih?! Males, ah! Enakkan pakai celana, Nad," protes (Namakamu) dengan kesal saat sudah keluar dari kamar mandi.

Nada yang telah siap memakai riasan dan baju cantiknya membuat tersenyum saat melihat (Namakamu) memakai baju Sabrina putih dengan rok di atas lututnya berwarna pink peach-nya, rambutnya tergerai menyampir ke kanan sehingga membuat bahu putihnya semakin terlihat.

"Ya ampun! Sahabat gue cantik banget! Gini kek sekali-sekali," puji Nada kelewat girang. (Namakamu) berdecak kesal saat Nada mulai memolesi bibirnya dengan lip tin-nya. (Namakamu) menjilati bibirnya risih, ia tidak suka dengan semua ini.

"Gue serasa kaya wanita penjemput om-om, tau, nggak? Risih, Nad," rengek (Namakamu) yang mencoba mengikat rambutnya.

Nada terlebih dahulu melototkan kedua matanya saat (Namakamu) mulai menyatukan rambutnya, (Namakamu) yang melihat mata sahabatnya melotot membuatnya melepaskannya. Nada bersedekap dada melihat (Namakamu) menurutinya.

"Gue nggak mau sahabat gue dipandang jelek sama yang lain, sahabat gue lebih cantik daripada Nada Gabriela, dan Pevita Pearch. Biasakan untuk menjadi seorang perempuan tulen, (Namakamu)," ucap Nada dengan tegas.

(Namakamu) hanya menghela napasnya dengan pelan, demi skate board barunya, ia akan menuruti permintaan si nyonya centil ini. "Oke, karena waktu sudah menunjukkan jam 12.30, kita harus segera pergi. Gimana pendapat anda, Nyonya Iqbaal?" tanya (Namakamu) sembari mengambil tas selempangnya.

"Apaan sih! Gue jadi malu kalau dikaya gituin," jawab Nada sembari menepuk lengan (Namakamu).

(Namakamu) menjitak kepala Nada kemudian menarik tangan sahabatnya untuk keluar dari kamar, mereka akan bersama-sama pergi menuju calon pendamping Nada.

**

Terkadang takdir selucu itu. Awalnya dipertemukan kemudian dibuat senyaman-nyamanya, lalu ketika sudah tumbuh rasa dan ingin bersamanya, dengan leluconnya takdir membuatnya terpisah bagaikan tak pernah ditakdirkan bersama.

SANG PENGGODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang