3

5.3K 760 70
                                    

Iqbaal tersenyum dengan bahagianya jika sudah membaca pesan dari (Namakamu), sudah seminggu lebih ia berkomunikasi dengan gadis itu walaupun hanya lewat sebuah kata-kata, tetapi itu membuat Iqbaal bahagia.

Iqbaal baru saja selesai mengoperasi pasiennya, dengan cepat pula ia berlari ke ruangannya untuk melihat notifikasi pesan dari (Namakamu). Ia sudah tidak sabar untuk mengetahui kegiatan gadis itu selanjutnya.

Iqbaal yang memiliki ruangan yang penuh akan fasilitas yang lengkap membuatnya segera melompat ke sofa hitam empuknya, ia merasa tidak sabar untuk membaca pesan (Namakamu).

Si cantik : Lagi ngampus, Baal. Kalau lo?

Iqbaal : Baru selesai operasi. Semangat ya belajarnya.

Si cantik : Lo juga semangat bekerjanya. Jangan salah potong organ orang, ya.

Iqbaal tertawa saat membaca candaan (Namakamu), ia menelungkupkan badannya di atas sofa itu, ia terlihat semangat untuk membalasnya.

Iqbaal : Gimana bisa nggak kepotong? Kalau sejak tadi saya mikirin kamu.

Si cantik : Tuh kan.. gombal lagi. Jangan gt dong! Nanti sayanya baper, anda tinggalin saya.

Iqbaal :Saya bukan laki-laki seperti itu. Saya laki-laki yang berjuang sampai akhir.

Si cantik : Blm percaya.. hahaha..

Iqbaal berdecak kecil saat membaca balasan (Namakamu), bagaimana lagi ia harus membuktikkan bahwa dirinya serius menjalin hubungan dengan (Namakamu)? Iqbaal pun mengganti posisinya menjadi melintang, ia menatap langit-langit ruangannya yang terang, ia memikirkan seperti apa nantinya jika (Namakamu) tidak mempercayainya.

Iqbaal kembali melihat ponselnya, ia mulai mengetik.

Iqbaal : Saya terlalu tua ya untuk kamu?

Si cantik : Kok gtu?

Iqbaal : Soalnya sejak saya ingin serius, kamu selalu menganggap saya menggombal. Padahal saya berniat serius dengan kamu.

Si cantik : Sedang mengetik ...

Iqbaal mengunci ponselnya kembali, ia meletakkannya di samping tubuhnya. Iqbaal mendengar pintunya terbuka, Iqbaal pun hanya melirik dengan malas saat melihat temannya memasuki ruangannya.

"Nggak makan siang?" tanya teman Iqbaal itu yang mulai mengambil posisi di bawah dengan di alasi karpet lembut itu.

Iqbaal menutup kedua matanya sembari bersedekap dada, "gue pesan online aja," jawab Iqbaal dengan sekeenaknya.

"Sekalian gue dong, bini gue lagi sibuk ngurus Dani, jadi nggak sempat bikin bekal gue," ucap teman Iqbaal yang kini mulai berbaring di atas karpet nyaman nan lembut itu.

Iqbaal mengambil ponselnya kembali, ia membuka kunci ponselnya dan terlihat notifikasi pesan dari (Namakamu). Ia tidak membukanya, tetapi membacanya dari notifikasi itu.

Si cantik : Maafin aku...

Iqbaal menggeserkannya dari notifikasi, ia sedang tidak ingin bermaaf-maafan sekarang. Iqbaal membuka aplikasi pesan antar online-nya itu kemudian ia pesan untuk kedua kalinya. Mood-nya yang tadi bahagia kini hancur karena memikirkan rencana-rencana memiliki (Namakamu). Ternyata modal tampang ganteng belum cukup meyakini seorang perempuan.

"Lo kenapa, Baal? Kusut gitu mukanya kaya kain belum disetrika aja."

Iqbaal melirik Bryan – teman Iqbaal- dengan malas, "gue lagi deket sama cewek," ucap Iqbaal sembari memainkan ponselnya dengan asal.

Bryan mengernyitkan dahinya, "lo dekat sama cewek? Kok bisa?" tanya Bryan dengan sedikit terkejut, pasalnya Iqbaal selama 2 tahun belakangan ini tidak pernah dekat dengan perempuan mana pun.

Iqbaal mengubah posisi tidurnya menghadap Bryan yang ada di bawahnya. "Lo ingat kan waktu lo suruh gue gantiin shift kerja lo? Waktu gue gantiin, gue nge handel dia. Dia habis berantem sama mantan cowok sahabatnya, gokil, kan?" cerita Iqbaal sembari melirik Bryan yang tengah memperhatikannya.

Bryan melihat Iqbaal tersenyum kecil saat menceritakan gadis itu. "Ya.. mungkin karena takdir Tuhan juga kali ya, gue bisa juga chat sama dia."

Bryan mengernyitkan dahinya,"lah? Terus masalahnya apa?" tanya Bryan yang belum mengerti mengapa wajah temannya bisa kusut.

Iqbaal kembali menatap langit-langit ruangannya sembari menghembuskan napasnya, "gue coba serius sama dia, tapi dia kaya tarik-ulur perasaan gue. Apa gue terlalu tua untuk dia?" jawab Iqbaal dengan pandangan menerawang.

Bryan menepuk lengan Iqbaal dengan pelan, Iqbaal menatap Bryan. "Ya, namanya juga cewek, Baal.. lo memang harus berjuang keras di awal. Lo atur nge date sama dia deh, mana tahu dari kalian bertemu kembali, kalian bisa semakin dekat.Ya, kan?"

Iqbaal yang mendengar saran dari Bryan membuatnya seketika membangunkan badannya, Bryan tertawa melihat Iqbaal yang begitu semangat membuka ponselnya. "Ngapa nggak kepikiran dari tadi, ya?! Sial!" umpat Iqbaal sembari memfokuskan dirinya mengetik pesan.

Iqbaal : Gimana kalau besok kita bertemu? Saya mau kamu percaya kalau saya itu serius ke kamu. Mau?

Si cantik : Boleh. Jam berapa?

Iqbaal : Kamu kuliah sampai jam berapa?

Si cantik : Besok jadwal kosong kok. So, tomorrow, I'm free.

Iqbaal : Set 1 siang, oke?

Si cantik : Oke.

Iqbaal tersenyum untuk kesekian kalinya, besok ia akan memberikan yang terbaik untuk kencannya.

**

(Namakamu) kembali melemparkan bola basket ke arah ring basket itu dengan sekali tembak, ia pun tersenyum saat bola basket itu masuk ke dalam ring basket itu. Ia berlari kecil mengambil bola basketnya, lalu mulai mendribble-nya sembari mengunyah permen karetnya.

"Tapi, gue mau lo ikut, (Namakamu)! Gue nggak mau berdua aja, gue mau sama lo!" bujuk Nada yang kini membawakan (Namakamu) minuman dingin ke (Namakamu).

(Namakamu) menerimanya kemudian ia meneguknya hingga hampir setengah dari botol itu, lalu mengusap sisa-sisa air di sekitar bibir ranumnya dengan kemeja lengan panjangnya. "Lo yang kencan, kenapa gue harus ikut? Ya udah, sih, Nad, dokter Iqbaal itu baik, nggak bakal ngapa-ngapain lo. Baru kali ini nih gue muji cowok, langka tau," balas (Namakamu) sembari menutup botol minumannya. Ia memberinya kepada Nada, Nada pun menerimanya.

Nada menghela napasnya, "lo kan tau kalau gue nggak bisa pergi-pergi kalau bukan sama lo. Katanya selalu sama-sama, tapi sekarang apa? Gue ajak ikut, lo nya malah ogah-ogahan," gumam Nada dengan bibir bawahnya ia cebikkan.

(Namakamu) menghela napasnya saat melihat Nada kembali seperti itu, ia memang tidak bisa melihat sahabatnya sedih seperti itu. "Kalau gue mau ikut, upah gue apa?" ucap (Namakamu) sembari memeluk bola basketnya.

Nada seketika tersenyum mendengar penawaran itu, ia bahkan sedikit melompat kecil saat mendengar (Namakamu) mau ikut. "Gue bakal beli skate board baru buat lo, gimana?"

(Namakamu) tersenyum, "oke, deal!"

**

Bersambung

P.S : LANJUT? KOMENTAR MINIMAL 20. (MALAM INI LANJUT KALAU TERPENUHI)

SANG PENGGODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang