2

7K 790 53
                                    

(Namakamu) mulai memasang topinya dengan berlawanan arah, lalu bersiap-siap hendak turun dari ranjang pasien itu, ia melihat Iqbaal masih menatapnya sesekali. "Sekali lagi terima kasih ya, Dok kalau nggak ada Dokter, mungkin—"

"Iqbaal, panggil saya Iqbaal," sela Iqbaal dengan cepat. Nada yang mendengar itu membuatnya tersenyum, ia mengetahui siapa nama Dokter tampan itu. (Namakamu) melirik Nada yang sembunyi-sembunyi tersenyum, (Namakamu) pun melihat Nada dengan senyum gelinya. "Oke, Baal."

Iqbaal terlihat puas mendengar namanya dipanggil oleh (Namakamu),"hmm.. kalau begitu, saya pergi dulu, ada pasien yang perlu diurus. Sampai jumpa, (Namakamu)." Iqbaal menatap (Namakamu) dengan penuh arti, lalu pergi meninggalkan senyum kepada Nada.

(Namakamu) melihat Nada mendekap dirinya sendiri, (Namakamu) tertawa.

"Gila! Ganteng banget sih Dokternya! Gue mau meninggal rasanya waktu dia senyum ke gue. Aaaa... gue nggak sedih lagi kan gara-gara Dokter itu...," ucap Nada dengan gemasnya. (Namakamu) turun dari ranjang itu, ia membiarkan Nada melingkarkan tangannya di pinggangnya.

Nada sedikit melompat-lompat ketika mereka keluar dari area tadi, (Namakamu) tersenyum. "Gue mau nomor dia, (Namakamu). Gue mau dekat sama dia! Gue bersumpah nggak akan sedih lagi kalau udah dapat dia, udah dapat nomor dia. Ayo, dong (Namakamu)! Minta nomor dia," bujuk Nada dengan manjanya kepada (Namakamu).

Mereka yang tengah berjalan menuju pintu keluar rumah sakit ini hanya dapat berbicara berbisik-bisik. (Namakamu) menggelengkan kepalanya dengan pelan, "kita nggak tahu status dia, Da. Mana tahu dia udah punya istri atau bahkan dia udah punya cucu, ya, kan?"

"Ngaco! Itu mah opini abal-abal lo aja kalik! Mana mungkin cowok muda gitu udah punya cucu," balas Nada sembari menjambak pelan rambut (Namakamu).

(Namakamu) hanya membalasnya dengan injakkan kakinya ke kaki Nada, Nada terpekik kecil.

"Lagian selama dia bersih-bersihin luka lo, gue nggak ada lihat cincin perkawinan. Gue cuma lihat jam tangan kulit hitamnya, dah gitu aja. Ayolah, (Namakamu), gue mau nomor dia. Gue janji deh, nggak bakal nangis-nangis lagi. Janji!" bujuk Nada dengan sangat-sangat.

(Namakamu) menghela napasnya dengan pelan saat Nada begitu ingin berkenalan dengan Dokter itu, ia memberhentikan langkah kakinya kemudian menatap Nada yang terlihat menggemaskan ketika sudah bermohon.

"Lo yakin bahagia, kan?" tanya (Namakamu) kembali untuk memastikan.

Nada menganggukkan kepalanya dengan yakin, ia bahkan menuliskan garis silang di bawah bahunya sebagai tanda keseriusannya. "Gue berjanji demi semua yang ada di kamar gue!"

(Namakamu) memberantaki rambut Nada kemudian berlari mengejar Iqbaal. Nada melompat bahagia saat melihat (Namakamu) berlari untuk meminta nomor Dokter itu. "Semoga berhasil, (Namakamu)," gumam Nada dengan bahagianya.

**

Iqbaal memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas dokternya, hari ini ia punya jadwal operasi sederhana, Iqbaal memberantaki rambutnya dari belakang. Ia hendak berjalan menuju ruangannya dahulu, ia ingin makan siang jauh dari rumah sakit ini dulu.

Iqbaal menganggukkan kepalanya saat sesama rekannya menyapanya dengan ramah, ia akan menaiki lift rumah sakit ini, ruangannya berada di lantai 4 dan itu membuatnya lebih baik naik lift daripada tangga manual, karena sesehat-sehatnya dirinya, ia tidak ingin beresiko membesarkan betis.

Iqbaal menekan tombol lift itu kemudian menunggu lift itu turun dari lantai atas. Iqbaal kembali memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jas dokternya, ia kembali teringat dengan gadis cantik itu, ia benar-benar membuat Iqbaal terperangah untuk pertama kalinya bersama pasiennya sendiri.

SANG PENGGODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang