17

4.4K 752 115
                                    

Nada mengusap airmatanya dengan kasar, hatinya sangat merasakan sakit yang amat dalam. Ia melihat dari kejauhan (Namakamu) yang tengah tertawa bersama teman-teman komunitasnya, Nada mendatanginya dengan kedua matanya yang sembab.

"(Namakamu)!" panggil Nada dengan suaranya yang menggema.

(Namakamu) memberhentikan tawanya saat mendengar namanya terpanggil dengan kuat, ia membalikkan tubuhnya saat salah satu temannya menunjuk seseorang yang memanggil namanya.

Dan seketika (Namakamu) tersenyum saat mendengar namanya terpanggil oleh Nada, sahabatnya. Ia pun berlari kecil menuju Nada dengan skate boardnya, Nada terlihat mengepalkan tangannya dengan wajahnya yang sedikit ia rubah menjadi seperti biasa.

"Hei! Sama siapa ke sini?" sapa (Namakamu) saat ia sudah sampai di hadapan Nada. (Namakamu) tersenyum melihat sahabatnya.

Nada tersenyum sembari menepuk bahu (Namakamu) dengan lembutnya, lalu ia mengalihkan tangannya mengusap wajah mulus nan cantik (Namakamu) dengan lembut. "Gue kangen sama lo, gue kira lo ada masalah karena nggak pernah ke rumah gue lagi, tapi sibuk latihan."

(Namakamu) membawa Nada ke dalam pelukannya, Nada yang awalnya tersenyum kini kembali berwajah dingin. "Gue juga kangen sama lo karena nggak pernah datang ketemu lo lagi. Maaf ya," gumam (Namakamu) dengan lembut.

'Maaf? Kenapa harus minta maaf kalau kalian tidak merasa salah.'

Nada melepaskan pelukannya dan menatap (Namakamu) dengan senyuman yang sering ia perlihatkan kepada (Namakamu).

"Lo mau nggak kabulin permintaan gue?" tanya Nada dengan suaranya yang tersirat memohon.

(Namakamu) menganggukkan kepalanya, "apapun asal buat lo bahagia," jawab (Namakamu) dengan senyuman manisnya.

"Lo mau nggak kenalan sama teman gue, fakultas kedokteran juga. Katanya dia lagi cari cewek, dan gue mau kenalin lo sama dia.Kenapa gue mau tawarin dia ke lo? karena gue mau lo rasain apa itu yang namanya cinta. Mau, ya?" ucap Nada dengan penuh kelembutan.

(Namakamu) melihat senyuman di wajah Nada, ia tidak tega menghancurkan senyuman itu. "Ya udah, gue mau. Ganteng nggak nih?" balas (Namakamu) dengan penuh semangat.

"Gue yakin, lo nggak akan pernah nyesal!"

**

Iqbaal membuka satu kancing kemeja atasnya, ia merasa perlu mendinginkan diri dari penuhnya jadwal kerjanya hari ini. Ia membuka kedua kancing lengan kemejanya kemudian melipatnya hingga ke sikut. Iqbaal menghela napasnya dengan pelan saat ponselnya berbunyi, dengan malas ia mengangkat panggilan itu.

'Nada.' Iqbaal pun mengangkatnya dengan wajahnya yang lelah.

"Halo, Nad." Iqbaal menyapanya dengan suara lelahnya.

"Halo, Baal. Kamu di mana sekarang?"

Iqbaal mengambil posisi duduk di tepi tempat tidurnya," saya baru sampai di apartemen. Kenapa, Nad?"

"Baal, aku kangen sama kamu. Kapan kita bisa jalan-jalan keluar? Aku mau ketemu kamu, kamu kan belakangan ini sibuk kerja terus."

Iqbaaal memijit pelipisnya dengan satu tangan, "maaf."

"Kenapa harus minta maaf kalau kamu tidak salah? Aku nggak perlu maaf kamu, aku perlunya kamu."

Iqbaal membasahi bibir bawahnya, ia merasakan bersalah mendengarnya. "Kita bertemu besok, mau?"

"Kamu nggak sibuk, kan?"

"Saya akan luangin waktu untuk kamu."

"Serius?! Oke! Kalau gitu besok kita ketemu."

SANG PENGGODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang