10

4.2K 694 55
                                    

Iqbaal menggenggam tangan (Namakamu) sembari mengusapnya dengan lembut, (Namakamu) tidak merasakan janggal saat Iqbaal menggenggam tangannya, ia hanya berpikir ponselnya akan dikembalikan.

"Nada di mana ya, Bang?" tanya (Namakamu) yang mencoba untuk memanggil Iqbaal dengan 'Abang' itu. Iqbaal ingin mereka berdua saja berjalan seperti ini, tetapi itu tidak mungkin.

"Coba aku telepon, ya," jawab Iqbaal sembari mengeluarkan ponselnya dari saku celana jeans-nya, ia masih menggenggam tangan mungil (Namakamu).

(Namakamu) hanya menunggu sembari melihat-lihat toko-toko yang bertebaran di sana. Ia terlihat seperti anak kecil diajak jalan oleh Papanya.

Iqbaal menatap (Namakamu) yang terlihat sedang menatap di sekelilingnya, ia mengeratkan genggaman itu.

"Halo, Nada, kamu di mana?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya.

"Aku ada di tempat tiket bioskopnya, kalian langsung ke sini aja, ya."

Iqbaal pun segera mematikan panggilan itu, (Namakamu) kini menatap Iqbaal dengan sedikit mendongakkan kepalanya. "Di mana katanya?" tanya (Namakamu) .

"Dia udah tempat bioskopnya, kita langsung ke sana katanya," jawab Iqbaal dengan suaranya yang berat.

"Ya sudah, tunggu apa lagi. Ayo!" ajak (Namakamu) sembari menarik Iqbaal.

Iqbaal pun dengan tawa kecilnya mengikuti (Namakamu) yang menariknya.

**

Nada yang tengah menunggu kehadiran sahabat dan Iqbaal pun seketika tersenyum melihat (Namakamu) akhirnya datang, ia mulai bangkit dari duduknya saat melihat sahabatnya bersama Iqbaal tengah berpergangan tangannya, Nada sedikit mengernyitkan dahinya.

Ia melihat (Namakamu) dan Iqbaal menghampiri dirinya, "lo udah lama nunggu?" tanya (Namakamu) yang masih berpegangan tangan kepada Iqbaal.

Nada melirik ke arah genggaman tangan itu, Iqbaal seketika melepaskannya. Nada melirik Iqbaal yang salah tingkah, ia terlihat menggaruk kepalanya yang tidak gatal. (Namakamu) baru tersadar bahwa sejak tadi tangannya digenggam oleh Iqbaal.

"Nada... gu-gue—"

"Baal, pesan tiketnya dong. Gue capek nih nunggu kalian, tapi jangan pilih nomor bangku paling depan ya, gue takut," sela Nada dengan senyumannya.

Iqbaal pun melirik (Namakamu) yang menggigit bibir bawahnya sembari menatap Nada dengan khawatir, Iqbaal melihat Nada yang tampak biasa saja, ia pun menganggukkan kepalanya. "Tunggu di sini," ucap Iqbaal sembari menggenggam tangan Nada sedikit meremasnya dengan pelan.

Nada tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, Iqbaal pun mulai mengantri di dalam barisan itu.

"Duduk di sana, yuk!" ajak Nada sembari menarik tangan (Namakamu) dengan senyumannya. (Namakamu) pun mengikutinya tanpa banyak bertanya. Mereka berjalan di antara hiru pikuk lautan orang yang juga ingin menghabiskan waktu menonton di bioskop.

Nada melirik (Namakamu) yang terlihat diam saat berjalan dengannya, Nada pun merangkul (Namakamu) dengan senyumannya. "Gue gak marah, (Namakamu). Lo gak perlu sekhawatir itu, gue bukan cewek yang menuduh sahabatnya main sama gebetan sahabatnya, gue percaya lo. Lo bukan cewek perebut, gak usah murung gitu," bisik Nada dengan suaranya yang menenangkan.

(Namakamu) mengangkat kepalanya menatap Nada dengan tatapan yang menyiratkan 'Yakin?' . Nada pun menepuk lembut bahu (Namakamu), "lo tahu gue, gue juga tahu lo. Kita kenalan bukan kemarin sore, kan?" ucap Nada dengan senyumannya.

(Namakamu) pun memeluk singkat Nada, ia memang tidak ingin ada perkelahiannya bersama Nada. "Ayo, cari tempat duduk," ajak (Namakamu) dengan semangat.

Nada pun menganggukkan kepalanya dengan semangat.

**

Film pun dimulai, Iqbaal yang duduk di antara Nada dan (Namakamu) membuat Nada seketika menggenggam tangan Iqbaal, bersiap-siap jika ia terkejut.

Iqbaal menepuk lembut punggung tangan Nada agar ia tidak perlu takut, sedangkan (Namakamu) fokus kepada film yang baru saja dimulai. Nada pun melepaskan genggamannya, tetapi mendekati tubuhnya dengan Iqbaal, ia benar-benar tidak berani menonton penuh.

Iqbaal melihat (Namakamu) yang memakan popcorn-nya dengan kedua matanya tidak teralihkan dari layar lebar itu. Iqbaal ingin menjadi sebagai pelindung (Namakamu) saat gadis itu takut, ia ingin selalu menjadi sandaran gadis itu ketika ia membutuhkan sandaran.

(Namakamu) menyandarkan punggungnya di bangku itu, popcorn itu ia pangku dengan lucunya, Iqbaal tersenyum. "Nad, lo nonton, kan?" tanya (Namakamu) yang mulai melirik sahabatnya di samping Iqbaal, Nada menganggukkan kepalanya sembari sedikit bersembunyi dengan jaketnya sendiri.

(Namakamu) tertawa kecil melihat sahabatnya yang memang sangat anti dengan film seperti ini, (Namakamu) menatap Iqbaal yang juga menatapnya, (Namakamu) tersenyum jahil, "abang takut?" tanya (Namakamu) berbisik.

Iqbaal mendekati kepalanya ke arah telinga (Namakamu), "kalau aku takut, siapa yang jadi tempat kamu tersembunyi?" bisik Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) memutar kedua bola matanya, "gue nggak takut," gumam (Namakamu) yang kembali bersandar di bangku bioskop itu sembari mengunyah popcorn itu, Iqbaal melirik sebentar ke arah Nada yang sibuk menutup matanya, Iqbaal pun menatap (Namakamu) yang sibuk dengan popcorn-nya.

"Enak gak popcornnya?" tanya Iqbaal dengan suara beratnya berbisik.

(Namakamu) menganggukkan kepalanya, "mau?" tawar (Namakamu) sembari memberi kotak popcorn itu kepada Iqbaal.

"Suapi," bujuk Iqbaal dengan senyumannya kepada (Namakamu).

(Namakamu) pun mengambil beberapa popcorn itu, lalu ia suapkan kepada Iqbaal. Iqbaal pun menerimanya dengan senang hati, ia melihat (Namakamu) sedikit menatapnya. "Enak, kan?"tanya (Namakamu) sembari menatap Iqbaal.

Iqbaal menganggukkan kepalanya dengan senyumannya. "Kalau kamu yang suapin pasti enak," jawab Iqbaal dengan suaranya yang berat.

"Apaan sih! Nonton, Bang.. nonton," ucap (Namakamu) sembari mendorong pipi Iqbaal agar menatap layar lebar.

Iqbaal melirik Nada kembali yang tidak mendengarkan mereka, kembali ia menatap (Namakamu) dengan senyumannya. "Pegangan sama aku, baru aku mau nonton," ucap Iqbaal sembari membuka tangannya yang terlihat besar dari (Namakamu).

(Namakamu) menggelengkan kepalanya,"untuk apa coba? Emang mau nyebrang?" tanya (Namakamu) sembari menatap Iqbaal dengan memutarkan kembali kedua bola matanya.

"Biar aku gak takut," jawab Iqbaal yang menatap (Namakamu) dengan tatapan penuh jatuh cintanya.

(Namakamu) tertawa kecil, "dih.. masa laki-laki takut yang kaya gini? Sok-sokkan ngelindungi lagi," balas (Namakamu) dengan tawanya yang ia tahan.

Iqbaal tersenyum melihat (Namakamu) tertawa karenanya, "makanya pegang tangan aku, mau, ya?" bujuk Iqbaal dengan suara beratnya.

(Namakamu) pun mulai menggenggam tangan Iqbaal, Iqbaal menggenggamnya dengan lembut, ia mengusap punggung tangan (Namakamu) dengan ibu jarinya. Ia pun kini mulai menonton layar lebar itu dengan hatinya yang gembira, ia berhasil menggenggam tangan (Namakamu).

'Aku siap menerima apapun yang terjadi ke depannya, jika aku berhasil mendapatkan hatinya dan menjadikannya teman kehidupan di sisiku.'

**

Bersambung


P.S : Mau lanjut hari ini juga? Ayo! Kumpulkan komentar anda minimal 30. *Alasales*

Di WriterClub, Minrik buat karya mengenai pernikahan. Tapi karena itu tema pernikahan, diharapkan untuk bijak membaca ya, sayang acu :*

SANG PENGGODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang