12

4.2K 695 89
                                    

"Kak Rio," panggil (Namakamu) saat ia baru saja meletakkan tas olahraganya di bangku pinggir lapangan itu.

Laki-laki yang dipanggil oleh (Namakamu) tadi pun seketika memberhentikan permainan skate board-nya saat namanya terpanggil, Rio melambaikan tangannya kepada (Namakamu). (Namakamu) segera mendatangi Rio dengan skate board-nya yang mulai ia mainkan.

"Kakak udah lama di sini?" tanya (Namakamu) dengan senyumannya saat Rio mengacak puncak rambutnya dengan lembut.

"Gak terlalu lama kok, ini lagi iseng-iseng latihan aja sebenarnya. Kamu sama siapa di sini?" ucap Rio sembari menatap penuh (Namakamu), (Namakamu) pun mengarahkan jari telunjuknya ke arah Nada yang duduk di sana. "Aku sama Nada, karena jadwal kuliah tadi sama-sama pulang siang, sekalian aja," jawab (Namakamu) sembari menatap ke sekelilingnya.

Rio mencubit pipi (Namakamu) dengan sedikit kuat, (Namakamu) memekik kecil. "Pulang kuliah itu ganti baju dulu! Jangan langsung main ke sini, Kakak gak mau ya, orang tua kamu marah-marah karena anaknya jarang pulang tepat waktu, " omel Rio dengan gemasnya.

"Iya, maaf... besok-besok gak lagi deh.. aaaa.. sakit, Kak," rengek (Namakamu) dengan lucunya. Rio tertawa kecil sembari melepaskan cubitannya di pipi (Namakamu), "udah ah, Kakak mau beli minum dulu, kamu mau?" tawar Rio sembari mengacak puncak rambut (Namakamu) dengan lembut.

"Bawa minum kok, Kak."

"Ya udah, Kakak pergi dulu, ya."

(Namakamu) pun menganggukkan kepalanya, ia pun segera kembali ke pinggir lapangan untuk menemani Nada di sana. Tapi, ia memberhentikan skate board-nya saat melihat Iqbaal di sana yang memandang ke arahnya dengan tatapan tidak seperti biasanya.

(Namakamu) hanya menjalankan skate board-nya dengan sedikit cepat, ia mencoba tersenyum kepada Iqbaal, tetapi Iqbaal hanya mengabaikan senyuman itu, ia terlihat duduk di samping Nada dengan wajah dingin itu.

Tak butuh waktu yang lama, (Namakamu) pun sampai di depan Iqbaal dan Nada. Nada terlihat bahagia saat Iqbaal ada di sampingnya, "gue ngundang dia di sini biar ramai aja, gak apa-apa, kan?" ucap Nada sembari menggenggam tangan Iqbaal.

(Namakamu) mengangkat jempolnya, "No problem," sahut (Namakamu) dengan senyumannya. Ia melirik ke arah Iqbaal, Iqbaal benar-benar tidak menatapnya. Mungkin dia sedang memiliki hari-hari buruk di tempat kerjanya.

(Namakamu) pun mengambil posisi duduk di bawah mereka, namun sedikit jauh dari bangku itu. Ia membuka tas olahraganya, ia ingin membersihkan skate board-nya sembari menunggu teman-temannya datang.

Iqbaal menatap punggung (Namakamu) dengan tatapannya yang tajam, rahangnya terlihat mengeras, dan ekspresi wajahnya yang dingin.

"Nada, saya bisa minta tolong?" ucap Iqbaal yang kini menatap Nada yang ada di sampingnya. Nada pun menganggukkan kepalanya. "Belikan minuman untuk kita sekalian camilannya, boleh?" lanjut Iqbaal dengan suaranya yang lembut.

"Oke, kalau gitu tunggu, ya," balas Nada dengan menepuk punggung tangan Iqbaal dengan lembut.

Iqbaal kembali menatap (Namakamu) yang sibuk dengan skate board-nya, Iqbaal bangkit dari duduknya, ia berjalan menuju (Namakamu) duduk kemudian setelah ia dekat dengan (Namakamu), Iqbaal merendahkan tubuhnya di samping (Namakamu).

(Namakamu) sedikit terkejut saat melihat Iqbaal ada di sampingnya, Iqbaal kini menatap (Namakamu) dengan tatapannya begitu dalam. (Namakamu) mengalihkannya dengan membersihkan skate board-nya, Iqbaal dengan lembut membawa wajah (Namakamu) untuk menatapnya.

(Namakamu) menatap Iqbaal yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Abang, kenapa?" tanya (Namakamu) dengan suaranya yang lirihnya.

Iqbaal membawa tangan (Namakamu) ke dalam genggamannya, ia meremasnya dengan pelan. Kedua matanya fokus kepada mata indah (Namakamu), "aku gak suka kamu dekat dengan laki-laki lain, (Namakamu)," ucap Iqbaal dengan suaranya yang berat itu.

(Namakamu) mengernyitkan dahinya, "kenapa, Bang? Gue punya hak untuk—"

"Aku cemburu."

(Namakamu) terdiam, Iqbaal membasahi bibir bawahnya dengan pelan. "Jangan coba-coba untuk dekat dengan laki-laki lain, aku mohon..."

'Tuhan, aku jatuh cinta dengannya.'

**

Iqbaal mengusap wajahnya dengan kedua tangannya, ia terlihat lelah setelah selesai mengerjakan operasi sederhananya, kini ia duduk di kantin rumah sakit itu dengan segelas kopi hitamnya, ia pun segera membuka ponselnya saat merasakan getaran nada ponselnya.

Nada : Kamu udah selesai operasi?

Iqbaal : Sudah.

Iqbaal mulai menelpon (Namakamu), ia ingin mendengar suara gadis itu. Tak butuh waktu yang lama, panggilannyaa pun terjawab.

Iqbaal tersenyum. "Halo," ucap Iqbaal dengan suaranya yang berat.

"Kenapa, Bang?" Terdengar suara (Namakamu) yang seperti bangun tidur.

"Kamu baru bangun tidur?" tanya Iqbaal dengan lembutnya.

"Iya.. capek banget tadi, baru pulang dari kampus langsung tepar."

"Sekarang gimana? Udah segar?"

"Masih ngantuk." Terdengar suara (Namakamu) yang serak.

"Jangan tidur terlalu lama, (Namakamu). Nanti malam kamu gak bisa tidur," omel Iqbaal dengan suara beratnya.

"Iya, cuma ngumpulin nyawa bentar kok."

Iqbaal memutar gelas kopinya dengan pelan, "nanti kita keluar makan malam, ya? Aku mau makan malam di luar sama kamu."

"Nada?"

"Hmm..kalau kita berdua aja, gimana?"

"Sama Nada ya, Bang." Iqbaal mendengar nada permohonan (Namakamu).

Iqbaal menghela napasnya dengan pelan, "tapi, kalau lain kali aku minta kita berdua, kamu mau, kan?"

"Iya, mau."

Iqbaal tersenyum mendengarnya, "oke, nanti jam 7 malam aku jemput."

"Iya, Bang."

Iqbaal mematikan panggilan itu, ia kembali meletakkan ponselnya di atas mejanya. Iqbaal tampak lebih semangat, ia menyesap kopinya yang panas itu.

**

Nada menatap pesan Iqbaal yang kini makin lama makin tidak memperdulikannya, Nada kembali membaca pesan-pesannya yang pertama kali bersama Iqbaal, masih ada kata-kata menginginkan dirinya, memperhatikan dirinya, dan merayu dirinya.

Entah kenapa, ia merindukan Iqbaal yang dulu, Iqbaal yang gencar kepadanya, dan mau leluasa dengannya.

Ia merindukan Iqbaal yang dulu. Nada mengusap airmatanya, kembali ia memeluk gulingnya dengan menyembunyikan tangisannya di sana.

"Gue harus bertahankan, Tuhan?" isak Nada di dalam pelukkan gulingnya.

**

Bersambung

P.S : Mau lanjut? Silahkan dipenuhi komentar lebih dari 30. (Kalau bisa jangan cepat-cepat ya, penuhi komentarnya.) Hehehe..

K thx bye!


SANG PENGGODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang