11

4.2K 698 53
                                    

Iqbaal melirik dari kaca mobil atasnya (Namakamu) terlihat memejamkan kedua matanya, dia terlihat sangat mengantuk. Iqbaal mulai mengatur suhu mobilnya agar (Namakamu) merasakan nyaman, ia pun mulai menyetel satu lullaby dari koleksi yang ia punya, lalu ia memperlambat laju mobilnya.

(Namakamu) terlihat semakin nyenyak, ia terbuai akan ketenangan yang ia dapatkan. Iqbaal menyembunyikan senyumannya, Nada terlihat segar, ia menatap ke arah depannya dengan punggungnya ia sandarkan ke arah bangku mobilnya.

"Baal, Aku boleh tanya sesuatu ke kamu?" ucap Nada untuk pertama kalinya.

Iqbaal menganggukkan kepalanya,"kenapa, Nada?" tanya Iqbaal dengan suaranya yang berat.

Nada melirik ke arah (Namakamu) yang terlihat nyenyak saat tidur, ia kembali fokus ke depannya. "Kamu serius sama aku?"

Iqbaal terdiam, ia menyetir dengan sedikit kaku. Nada membasahi bibir bawahnya dengan pelan,"entah kenapa, aku merasa kedekatan kita selama 8 Minggu ini, itu hanya kosong. Aku merasa hati kamu memang bukan di dalam keseriusan ini. Kalau kamu memang gak mau serius sama aku, lebih pergi menjauh, Baal." Nada benar-benar mengatakan uneg-unegnya selama ia berdekatan dengan Iqbaal.

"Kamu ragu kan, saya? Padahal saya sedang berjuang, kamu masih meragukan itu?" ucap Iqbaal dengan tatapannya tidak sama sekali menatap Nada, ia fokus menyetir.

Nada menyentuh punggung tangan Iqbaal yang salah satunya tidak mengendalikan stirnya. Iqbaal kini melirik Nada, Nada menatap sedih Iqbaal. "Jujur, Aku berharap lebih dengan hubungan ini, Baal. Aku menunggu hari kepastian di mana hubungan ini resmi sebagai kekasih. Aku capek, Baal.. selama ini di posisi tersakiti, cinta bertepuk sebelah tangan, dan berharap. Aku mencoba itu di kamu, dan aku harap posisi aku yang dahulu itu gak ke-ulang kembali di kamu, Baal." Nada benar-benar mencurahkan rasa sedihnya.

Iqbaal mengusap pipi Nada dengan lembut, Nada tersenyum dengan tatapan sedihnya saat merasakan usapan itu. "Kamu percayakan sama sayaa?"

Nada menganggukkan kepalanya, Iqbaal tersenyum menenangkan. "Tolong bantu saya," bisik Iqbaal dengan lembut.

Nada kini merasa tenang dengan ucapan Iqbaal, ia menyimpan ucapan janji itu dan ia akan menaruh harapan pada janji itu.

'Aku akan menunggu saat-saat indah itu.'

Iqbaal melirik (Namakamu) di sana yang tengah tertidur, ia berharap (Namakamu) tidak mendengar janji palsunya kepada sahabatnya itu.

'Aku berjuang untuk kamu, (Namakamu).'

**

(Namakamu) terbangun saat terdengar suara Nada yang membangunkannya, (Namakamu) menguap kecil sembari merenggangkan badannya, ia pun mulai menegakkan tubuhnya, ia melihat Iqbaal tersenyum kepadanya.

"Keenakan tidur, ya?" ejek Nada saat melihat (Namakamu) mengangkat jempolnya sebagai respon tidurnya yang nyenyak tadi.

"Lagian, punya mobil enak banget, serasa di kamar. Gue mau masuk duluan deh, Nad. Lo gak kunci kamar, kan?" tanya (Namakamu) sembari bersiap-siap keluar dari mobil Iqbaal.

Nada menggelengkan kepalanya, "jangan matiin dulu lampu depan, ya. Gue takut," peringat Nada dengan tatapannya kepada (Namakamu).

"Bawel!" (Namakamu) pun menepuk bahu Iqbaal dengan pelan, Iqbaal menoleh ke arah (Namakamu) yang berada di belakang. "Makasih ya, Bang sekali lagi udah mau traktirin kita. Besok-besok, kalau mau ajak jalan, cukup si Nada aja, guenya jangan ikut. Gue udah melakukan pengujian terhadap lo, dan lo lulus. So, ajak kencan Nada dan bikin dia bahagia, oke?" ucap (Namakamu) dengan senyumannya yang tulus.

Iqbaal hanya bisa tersenyum tanpa membalasnya. Nada mendengarnya begitu bahagia, ia merasa yakin dengan hubungan ini.

(Namakamu) pun seketika turun dari mobil Iqbaal, Iqbaal melihat dari kaca mobil itu, (Namakamu) berjalan menuju pagar rumah Nada.

"Kamu hati-hati di jalan ya, Baal," ucap Nada dengan lembutnya.

Iqbaal mengalihkan pandangannya kepada Nada, ia menganggukkan kepalanya sembari mengacak singkat rambut Nada, "kamu jangan lupa berdoa sebelum tidur, terima kasih sudah mau luangi waktu untuk saya." Iqbaal memberikan senyuman kepada Nada.

Nada menganggukkan kepalanya, ketika hendak turun, Iqbaal terlebih dahulu mengintrupsinya. "Nad, bisa kamu panggil (Namakamu)? Ada yang lupa saya bilang ke dia," ucap Iqbaal dengan cepat.

"Tunggu, ya." Dan dengan cepat Nada turun dari mobil Iqbaal, ia sedikit berlari ke dalam rumahnya.

Iqbaal memijit dahinya, ini akibatnya jika dari awal ia meneruskan kesalahan ini. Tak butuh waku yang lama Iqbaal menunggu, (Namakamu) datang dengan memakai sandal rumahan. Iqbaal seketika turun dari mobilnya.

(Namakamu) terlihat sangat cantik ketika ia menggeraikan rambutnya, Iqbaal semakin jatuh cinta.

"Kenapa, Bang?" tanya (Namakamu) dengan ramah.

Iqbaal membasahi bibir bawahnya dengan cepat, ia ingin memeluk gadis itu sebagai salam perpisahan untuk malam ini. "Aku lupa kasih kamu hp kamu," ucap Iqbaal sembari mengeluarkan ponsel (Namakamu) dari saku celananya.

"Oh iya, lupa! Ck.. memang...," balas (Namakamu) sembari menepuk dahinya sedikit keras karena lupa.

Iqbaal menggelengkan kepalanya dengan pelan, ia menarik (Namakamu) mendekat ke arahnya, (Namakamu) terkejut. "Jangan sakiti diri kamu, kamu tahu kan akibatnya?" peringat Iqbaal dengan bisikkannya tepat di hadapan (Namakamu).

(Namakamu) menganggukkan kepalanya dengan pelan, "maaf, Bang," balas (Namakamu) dengan pelan.

Iqbaal mengusap dahi (Namakamu) dengan lembut, "tidur nyenyak, ya. Jangan lupa untuk berdoa sebelum tidur, dan biasakan untuk jangan main hp sambil tidur-tiduran, paham?"

(Namakamu) menganggukkan kepalanya, Iqbaal pun memberikan ponsel (Namakamu) kepada gadis itu. "Abang hati-hati ya di jalan, jangan ngebut."

Iqbaal menganggukkan kepalanya sembari menatap (Namakamu) dengan begitu penuh cinta. "Masuk sana," pintah Iqbaal dengan lembut.

(Namakamu) pun masuk ke dalam rumah Nada, Iqbaal menunggunya sampai pagar rumah itu ditutup rapat.

Iqbaal menghela napasnya dengan pelan, "untuk pertama kalinya, gue harus bisa menahan rindu."

**

Bersambung


P.S : Mau dilanjut? Silahkan dikomentari minimal 40. Minrik gk bisa buat cerita yang alurnya susah ditebak, mianhe.

SANG PENGGODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang