6. Hujan

46 9 0
                                    

Disiang hari yang terik, kami sedang berkumpul di Lab sekolah, walau sebenarnya kami masih sangat lelah karena shooting kemarin kami harus tetap kumpul untuk mengejar deadline lomba film. beruntung kami di izinkan untuk bisa memakai Lab komputer sampai menginap untuk mengerjakan editingnya. Tentunya Aku dan Tiara tidak ikut menginap.

"Yas, gue punya saran. Gimana pas awalnya openingnya itu animasi menunjukkan tulisan Pejuang Production Mempersembahkan. Jadi, biar lebih menarik aja gitu ada animasi nya," celetuk Rangga.

"Boleh tuh boleh, Tapi siapa yang mau bikin?" tanya Rafa bingung.

"Tiara aja gimana?" Saranku.

Tiara pun melotot kaget setelah Aku menyebut namanya. Tapi, akhirnya ia setuju juga, daripada gak dapat tugas apa-apa katanya.

Tiara ini tipe cewek pendiem, ikut eskul IT Club juga gak sesering Aku, dia lebih sering ikut Pencak Silat, tapi masih dibilang aktif IT Club juga. Aku dan Tiara gak sekelas juga bukan tipe tipe friendship goals. Dan juga sampai sekarang sebenarnya Aku belum menemukan orang yang benar-benar bisa ku anggap sahabat.

Aku ini tipe cewek yang sulit untuk mendapatkan sahabat yang benar-benar sahabat. Selama disekolah sini saja, Aku hanya akrab dengan teman satu eskul dan  juga teman kelas. Temanku bisa dihitung jari. Aku juga bukan pribadi yang mudah bergaul.

"Oke, Key lo susun script buat dubbing, Tiara bikin animasi, Rafa desain cover buat DVD nya, sedangkan Rangga sama gue saling bantu nyusun video dan editing. Tapi, intinya kita harus saling bantu deh ya."

***

Aku berdiri berniat untuk pulang, "Gue sama Tiara pulang dulu ya? Udah sore soalnya. Nanti kita lanjut dirumah deh,"

"Tiara bawa motor kan ya? Lagian lo sama Tiara beda arah pulang. Mau diantar Key?" Tawar Yasa.

Aku menatap polos, "Diantar siapa?"

"CIE GAS TEROOSS." Rangga seolah mengompori.

"Udah sih anter aja Yas, pake nanya segala lagi," Rafa pun terlihat greget dengan Yasa.

"Hm tapiii,"

"Gak bayar kok Key, tenang aja," jawab Yasa tersenyum.

"Gue duluan deh. Kalian debat aja terus sampe Upin Ipin lulus TK," ucap Tiara lalu pergi meninggalkan kami

"Ya, kalian lanjutin aja debatnya lagian gue penasaran euy upin-ipin kalo udah lulus TK bakal gimana," ucap Rangga sambil menaikkan bola matanya ke atas nampak seperti orang berpikir.

"TERSERAH LO DEH RANGGA." Ucap kami bertiga serempak. Lalu Yasa pun langsung menarik tanganku.

"Yas, tangan lo. Kalo ada yang lihat malu," Jantung Ku sebenarnya sudah tidak bisa terkondisikan dan juga dengan rona wajah yang memerah karena Yasa memegang tangannya menuju parkiran. Padahal hari ini sekolah sudah sepi, karena memang sudah waktunya jam pulang. Hanya beberapa anak yang masih disekolah melaksanakan eskul Pramuka, itupun kujamin tidak terlalu memperhatikan kami.

Yasa pun menyadari itu, dan langsung tersenyum dan terkekeh pelan. "Maaf ya key refleks soalnya." Ternyata, dia kalo senyum manis gula aja kalah dah pikir Aku sejenak sambil mengamati wajah Yasa tanpa sadar.

"Jangan lama lama liatinnya ntar naksir loh," canda Yasa.

"Siapa yang liatin lo coba," Aku langsung memalingkan wajahnya karena malu seolah tertangkap basah.

"Udah ayo naik motor pake helm nih punya Rafa. Takut keburu ujan" Yasa mengambil helm Rafa yang kebetulan ada disamping motor Yasa. Keyla mengamati langit, dan ternyata benar cuaca mulai mendung.

Sepanjang perjalanan ntah mengapa aku merasa berdegup kencang, tak tahu apa yang terjadi yang pasti aku merasa sangat senang hari ini.

Rintik hujan mulai menemani perjalanan kami, akhirnya Yasa memilih untuk menepikan motornya. Lalu mengajakku turun dan menunggu hujan reda didepan ruko yang sedang tutup.

"Yah Yas, kenapa berhenti? Kenapa gak dilanjutin aja? Gue suka hujan." keluhku pada Yasa.

"Kenapa suka hujan?"

Aku tersenyum "Karena hujan selalu mau kembali meski tau rasanya jatuh berkali-kali."

Dia menunduk dan menampilkan wajah sedihnya "Maaf, gue gak bisa terlalu lama dibawah hujan deras."

Raut wajah khawatir tak bisa kusembunyikan dari wajahku, "Loh kenapa? Lo sakit? Alergi? Atau apa? Kenapa gak bilang sih dari tadi Yas? Kalo Lo sakit abis pulang nganter gue gimana"

"Gue cuma mau lihat lo khawatir gak sama gue, Ternyata khawatir yaaa Cieee,"

Dia pun terbahak seolah puas mengerjaiku.

"GAK LUCU," ketusku.

Aku pun mulai mengomel kepada Yasa, Huh apa apaan dia ini? Maksudnya apa coba?

Tapiii

Dipikir-pikir kenapa aku harus se khawatir itu ya?

EFFECT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang