10 // Sakit?

45 5 0
                                    

"Bapak sudah tonton hasil film karya kalian, dan menurut Bapak itu sangat keren Karena kalian berani mengambil konsep yang berbeda, malah sampai jauh jauh ke Tasik Malaya, bapak pribadi sangat mengapresiasi karya kalian. Terima kasih atas kerjasamanya," ujar Pak Adam pembina eskul IT Club yang memang selalu memberi masukan masukan. Ya walau tak bisa dipungkiri jika beliau memang jarang hadir dipertemuan eskul.

Di jam istirahat sekolah Pak Adam sengaja meminta para senior IT Club ke ruangan Pak Adam untuk membicarakan perihal lomba film dokumenter.

"Maaf pak, Rencananya kita juga pengen ngajak adik kelas untuk terlibat, tapi kita malah lupa rencana awal dan malah jadiin fokus dikelas XI," sesal Yasa.

"Gpp, justru pengalaman ini bisa kalian bagikan ke pertemuan ekstrakulikuler kan?" kami pun mengangguk setuju karena perkataan Pak Adam ada benarnya.

"Pengumuman pemenangnya kapan ya pak?" tanya Rangga yang tak tahu malu malah bertanya soal ini, tapi dalam hati sebenarnya aku bersyukur karena ingin bertanya hal yang sama hanya saja gengsi.

"Sekitar dua Minggu lagi. Lomba ini memang hanya tingkat SMA sederajat Jakarta tapi jangan remehkan mereka juga, Jangan terlalu percaya diri dulu yang penting kalian sudah mengeluarkan apa yang terbaik dalam diri kalian, yasudah sebelum bel masuk kalian istirahat dulu gih," ujar Pak Adam sambil tersenyum ramah. Kami pun mengangguk mengerti lalu mulai beranjak keluar.

"Eh mau bareng ke kantin nya nggak?" tanya Rangga.

"Nggak makasih, gue mau ke kelas aja,"sahutku dengan nada tak ramah.

"Yaelah Key, Napa Lo jadi jutek kaya pertama kenal lagi," celetuk Rangga

Sepertinya dia jadi mengingat dulu pertama mengenalku di team yang sama.

Rafa pun mengangguk seolah menyetujui perkataan Rangga "Iya, Lo juga cuma ramah sama temen eskul dan temen kelas dari dulu sampe sekarang gak berubah," ingat Rafa seolah sering mendengar gosip tentangku.

Tapi, emang benar kok aku ini tak pandai bergaul.

"This is me," tegasku sambil membuang muka.

"Sama gue yuk Key ke kelasnya, kelas kita lagi sebelahan kan," ajak Tiara yang sepertinya merasakan jika Aku sedang dalam mood tidak baik. Aku mengangguk lalu pergi bersama Tiara.

Aku bahkan bertanya tanya pada hatiku sendiri apa alasanku seperti ini karena melihat kejadian saat Yasa membonceng seorang cewek?

Ntahlah, aku bingung sendiri jadinya.

Aku tidak mengerti mengapa menjadi seperti ini, Ada sisi lain dalam diriku yang seolah menarik menjauh.

Hatiku seolah menjadi dingin kembali untuk berkawan dengan orang lain.

***

Aku memandangi langit langit kamar pikiranku membawaku kepada kenyataan bahwa adanya perubahan Yasa yang semakin jauh, semenjak project film selesai Yasa sudah tidak lagi mengirimi pesan singkat. Aku terus mengamati ponselku yang tidak ada notifikasi satupun dari Yasa.

Tring.
Dua kali bunyi notifikasi menyadarkanku, namun ada satu nama yang diharapkan.

Sasa : Yasa bikin status huruf K, itu nama lo kan? Cie peje peje peje

Belum sempat aku balas pesan Sasa, Fay malah mengirimi pesan baru.

Fay : Heh, Kak Kezia bikin status yang sama kaya Yasa

APA JANGAN JANGANNNN

LO JANGAN SAKIT YA KEY

Pemberitahuan ini terlalu dadakan, Sial aku jadi tidak bisa berpikir jernih.

Sasa : YAAMPUN TERNYATA STATUS NYA SAMA KAYA KAK KEZIA

WOY GUE NGEDENGER RETAKAN SUARA HATI NIH

LO GAK APA APA KAN KEY?

KEYLA YANG GUE KENAL CUEK DAN GAK PEDULIAN. OKESIP.

Ucapan itu langsung kujawab gelengan kepala pertanda tak tahu apapun, walau 100% diriku yakin jika Sasa dan Fay tak akan melihat gelengan kepala itu. Aku langsung cek status itu, dan ternyata benar terpampang jelas huruf K di pembaruan status terbaru Yasa diWhatsApp, sebenarnya ada perasaan tidak terima dalam diriku.

Aku bertanya-tanya dalam hatiku Sejak kapannnn mereka dekat???

Keyla : Yaudah sih itu urusan mereka, mau pacaran kek apa kek, gak ada urusannya sama gue.

Aku mengirim dua pesan yang isinya sama kepada Sasa dan Fay.

"Lo cuma friendly gue nya aja yang malah mulai baper,"ujar ku sambil tersenyum sinis.

Pikiranku melayang layang ke Yasa, si cowok bermata coklat yang begitu manis memperlakukannya. Tapi, pada akhirnya perlakuan manis itu tak berarti apa-apa, Yasa memperlakukan semua cewek itu sama.

Aku mengabaikan bunyi notifikasi ponselku yang kemungkinan berasal dari teman teman kelas yang membahas hal yang sama, lalu aku mengganti mode silent kemudian menaruhnya dimeja samping tempat tidur. Aku menarik selimut berusaha tak peduli dengan apa yang terjadi dan mencoba meredakan emosi yang hampir meledak.

Perlahan aku mulai terlelap, tak lagi melihat berbagai pesan masuk yang ada.

EFFECT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang