12 // Kesal

33 4 0
                                    

"Kayanya tadi gue lihat nganterin cewek nya dulu," sahut Rangga enteng.

Dasar ketua menyebalkan.

Rafa menganggukkan kepala membenarkan ucapan Rangga, menurutku mereka berdua tentu tahu siapa cewek Yasa "Bukannya rumahnya Deket ya?"

"Coba telpon deh," saran Tiara.

Rafa pun mengangguk ia langsung menghubungi nomor Yasa, yang ternyata hanya dijawab oleh operator.

"Mungkin sedang sibuk dengan dunia baru," sahutku datar.

"Kok nyebelin sih? Jadi berubah gini si Yasa semenjak punya cewek," kesal Tiara.

"Perlu gue ajak lo ke kulkas gak Key? Biar dingin gitu," kata Rangga tiba-tiba menoleh padaku.

"Lo kalo jadi orang jangan bego bego banget Ga," sahut Rafa santai.

"Apa salah gue njiirr?"

"Lo hidup aja udah salah Ga,"

"Tunggu sampe gue jadi presiden dan lo bakal nyesel pernah ngomong gitu,"

"Serah lo Ga," tukas Rafa dengan kesal menghadapi Rangga.

Rahangku mengeras, mataku menajam begitu saja, aku mencoba meredakan emosi yang ada di dalam diriku, dari tadi aku memang tak mendengarkan percakapan aneh Rangga dan Rafa "Gue pusing nih gue pulang duluan deh ya, kalian yang tangani eskul ini," ujarku sambil mengambil tas.

"Lah terus..." ucapan Rangga terhenti karena Rafa terlebih dulu membekap mulut Rangga, seolah menyuruh Rangga berhenti berbicara.

Tatapan Rafa berganti kepadaku lalu tersenyum mempersilahkan jika Aku ingin pulang.

"Lo jadi cowok gak peka banget ya, heran gue Ga," bisik Rafa.

"Lo kalo jadi temen tuh jangan biarin si Keyla larut dalam kesedihan terus bawa dia lari dari kenyataan, harusnya lo bantu dia buat nerima kenyataan," balas Rangga yang juga berbisik menanggapi Rafa.

Aku pun melangkahkan kaki keluar dari lab komputer. Berpura-pura tak mendengar balasan ucapan Rangga.

"Eh Key, Tunggu depan gerbang sekolah, gue bakal nganterin lo pulang," teriak Rangga dari dalam ruangan.

Aku menoleh kebelakang "Terus eskul?" tanyaku dari jauh.

"Masih ada Rafa dan Tiara, ntar gue juga abis nganter lo kesini lagi kok," kata Rangga sambil mendekatiku, Aku pun menganggukkan kepalanya menyetujui ajakan Rangga. Lalu Rangga pun memutar balik arah menuju lab komputer, ntah apa yang ingin Rangga ambil di lab.

***

"Lo kenapa?" tanya seseorang yang tbtb menghampiriku yang sedang berdiri menunggu Rangga. Yang ku tau adalah ia teman sekelas Yasa, Rangga dan Rafa.

"Emang lo gak lihat wajah gue baik baik aja?-" sinisku. "Lo dulu anggota IT Club kan?" sambungku langsung menyadari sesuatu.

Ia pun mengangguk membenarkan pertanyaanku, "Lo jangan sedih."

"Tau apa lo soal diri gue? kenal juga ngga. Lagian siapa juga yang sedih," kataku tajam membalas ucapan cowok itu.

"Gue tahu, lo Keyla Amandanita kelas XI Multimedia 2, yang pas di MOS papan nama nya dikepang pake tali rapia padahal orang orang biasa aja, terus pernah disuruh maju ke depan ditanyain alasan kenapa masuk SMK ini," ujar cowok itu dengan sangat santai.

Sialan, apa orang ini peramal seperti Nayla? Buru-buru aku menghapus pikiran itu dalam otaknya. Kata Ramalan seolah meracuni pikiranku.

Aku menggerakkan dagu menuju ke arah Rangga, "Rangga udah ada, gue duluan," ujarku sambil melangkah dengan cepat menuju Rangga yang sepertinya bingung dengan posisiku dimana.

Aku memang disuruh menunggu didepan gerbang sekolah, tapi karena haus aku memutuskan untuk membeli air mineral lebih dulu di warung sebrang gerbang sekolah.

"Kita bisa jadi sahabat baik kok," bisik cowok itu sebelum aku beranjak melangkah menjauh.

Aku menyebrang untuk menghampiri Rangga, tanpa basa basi Aku langsung naik ke motor Rangga.

Sepertinya Rangga memang tak melihat percakapan antara Aku dengan cowok tadi, makanya Rangga tidak bertanya apapun.

"Lo kan katanya pusing, sebagai teman yang baik gue takut lo pingsan dijalan makanya gue anterin," ucap Rangga membuka percakapan yang sedari tadi hanya ada keheningan.

"Seumur hidup gue belum pernah pingsan Ga," sinisku.

"Lah terus napa lo mau gue anterin pulang?"

"Karena gue suka gratisan."

"Halah, Lo dulu mau dianterin Yasa aja mikir lama dulu."

Rangga itu mulutnya gini yak, kaya ada pedas pedasnya gitu. Aku malah jadi mengingat-ingat jika yang dikatakan Rangga ada benarnya juga. Lantas, mengapa Aku mau diantar pulang oleh Rangga? Ah, sudahlah yang pasti Aku sedang ingin segera sampai rumah.

"Gue sengaja bawa tas, biar lo gak pegang gue,"

"Emangnya siapa yang mau pegangan sama lo?" Aku mendengus kesal karena Rangga terlalu percaya diri.

"Lo galak banget sih pantes jomblo."

EFFECT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang