26 // Tiga pagi

41 3 0
                                    

Aku akhirnya memutuskan untuk mengirimi Yasa pesan, untuk mengakhiri hubungan.

Yasa
Kamu tau cinta itu tak bertumpu pada status? Eh itu lirik lagu ya. Kalo kamu ngerasa kamu usaha sendiri, daripada kamu capek dan kecewa denganku mari kita akhiri hubungan ini. Maaf dan terima kasih untuk semuanya ya.

Aku tidak tahu bagaimana caranya memutuskan hubungan dengan seseorang, jadi aku memilih kata-kata yang seperti itu. Bodoh? Ya aku memang bodoh. Tapi aku tidak suka seseorang masuk ke dalam lingkaran hidupku jika hanya kecewa.

Ponselku berdering tanda ada panggilan masuk, "Jam tiga pagi aku tunggu didepan rumah mu." ucapnya langsung tanpa basa basi.

"Kamu gila?" ucapku dengan nada kesal tapi tetap saja aku tak bisa menahan air mata untuk terus mengalir.

"Aku bakal terus disana sampai kamu datang." Sambungan pun ditutup secara sepihak oleh si Penelpon.

Aku berpikir keras, bagaimana mungkin jam segitu aku dapat izin pergi keluar rumah? Kalo tiba-tiba ada orang rumah yang sadar aku sedang tidak dikamar yang ada aku malah disangka diculik tuyul.

///

Aku membuka pintu dengan sangat pelan, aku sudah mempersiapkan resiko yang pasti akan di marahi habis habisan.

Aku beruntung, tak ada yang menyadariku membuka pintu.

Aku berharap Yasa tak ada karena gerimis dan ini sudah pukul 3.30 yang artinya aku sudah telat 30 menit, tapi ternyata dia ada duduk dimotor, akupun langsung menaiki motornya.

Perasaanku rasanya tidak karuan. Jam segini keluar rumah? Haduh gimana gak karuan coba?

Yasa menyetir motornya mengarah ke taman biasa. Ditemani lampu taman berwarna-warni, kami duduk di kursi taman. Dan ternyata saat malam seperti ini tamannya jauh lebih indah, ralat maksudku pagi gelap gini.

"Key, kamu serius?" tanya Yasa menghadap ke arahku.

"Gak tau Yas, bahkan aku gak tau yang aku omongin ini bener atau nggak," pandangan ku mengarah kedepan.

"Keyla Amandanita, sekali lagi aku tanya sama kamu, apa kamu serius?" Ia mengarahkan wajahku untuk menghadap ke arahnya.

Hening, aku tidak menjawab pertanyaan Yasa. Aku hanya menunduk berusaha untuk tidak terdengar suara tangisku.

"Yaudah. Kalo cewek udah ngomong gitu, aku udah gak bisa apa apa lagi. Dengerin aku ya, aku mau ngomong jangan dipotong,"

Aku kembali mengarah ke depan dan mengangguk mengerti. Rasanya kalo di dekat dia, mulutku seolah terkunci tak bisa berkata-kata.

"Terima kasih untuk semuanya, kamu udah mau nemenin aku, kamu udah mau jadi pasangan aku meskipun cuma sebentar, tapi itu berharga untukku, aku juga nemuin ternyata pasangan bukan cuma buat dipamerin ketemen ataupun jaga gengsi tapi pasangan itu buat jalani kehidupan bersama dan aku pengen kamu tau aku tuh sayang banget sama kamu, meskipun gini keadaan aku, jangan pernah tutup hati kamu untukku aku berusaha buat jadi lebih baik kok, siapa tau suatu saat nanti Tuhan nyatuin kita lagi diwaktu dan suasana yang berbeda, aku sayang kamu, jangan pernah lupakan kenangan kita, jangan pernah lupakan aku, I Love you.

Suatu saat nanti akan ada suatu masa kita mengenang kembali kenangan kita berdua. Aku harap semuanya akan baik baik aja.

Aku bakal kehilangan semuanya. aku udah kehilangan keluargaku, dan sekarang aku kehilangan kamu." ucap Yasa panjang, aku memberanikan diri untuk menengok ke arahnya, dan kulihat mata coklat itu mengeluarkan air mata.

"Aku cengeng ya, rasanya aku mau teriak aja gituuu," ujar Yasa yang malah tertawa.

"Kamu emang gak lihat kalo aku juga nangis?" tanyaku yang sudah banjir air mata.

"Wajar. kan kamu cewek," ucap Yasa menghapus air mataku dengan tangannya.

Ahsial, udah putus tapi masih ngasih perhatian gini, apa dia lupa kali ya kalo udah putus?

"Kamu benci sama aku?," Aku tau ini pertanyaan bodohku.

Dia menggelengkan kepala "enggak,"

"Jujur Yas,"

"Oke. kamu emang ngeselin, tapi dengan kamu ngeselin aku suka, kamu ngeselin kadang bikin aku marah, kamu gak hubungin aku mungkin aku kangen, aku suka semuanya dari kamu. Aku mungkin harus belajar aku gak bisa nuntut kamu buat berubah, ya mungkin akunya yg harus beradaptasi. Yah, jangan tutup hati kamu untuk aku ya?"

Aku tak bisa menahan diri untuk tidak menangis, saat ini aku malah berpikir apa keputusanku benar atau salah. Tapi biar bagaimanapun semua sudah terjadi.

"Maaf dan terima kasih ya. Berawal dari teman, berakhir juga harus jadi teman kan?" ucapku berusaha tersenyum.

///

Jadi, kirakira gimana kisah Keyla setelah putus dari Yasa? Atau gimana Yasa setelah putus dari Keyla? Kira kira adakah kemungkinan mereka balikan? Ini belum ending koo hoho

EFFECT [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang