Eps.15.2 - When Brother Comes

553 67 28
                                    

Mobil yg di gunakan untuk mengantar jemput radhe terdengar di depan rumah.

Pintu di bukakan oleh art, radhika masuk dengan wajah kusut karna lembur. Tapi langkahnya berhasil terhenti di ruang tv.

Shakti dan bayu sedang asik bermain ps, serius ps? Radhika perlu mengucek matanya beberapa kali untuk memastikan.

"Sudah pulang" ucap shakti yg melihat radhe berdiri di ambang pintu. Radhe mengangguk dan bergabung duduk di sofa.
"Apa yg kalian lakukan?".
"Main golf nih?" Sambung bayu melirik radhe.

Radhe mengeratkan gigi sewot.
"Aku menang lagi" ujar shakti menaruh stick ps di karpet.
Bayu meringis kecewa.
"Kenapa kakak ipar jago sekali? Ada yg bilang jika kakak ipar tidak akan memainkan ini? Tapi apa sekarang sudah tiga kali kakak ipar menang,".

Shakti termenung meresapi kalimat bayu, radhe kaget untuk dua hal. Pertama jelas sekali bayu sedang menyindir dirinya yg kedua shakti menang main ps tiga kali dengan bayu. Tiga kali? Sulit di percaya.

Dan posisi shakti saat ini yg sedang duduk dengan kaki lurus tubuh menyandar sofa dan stick ps yg kembali di genggamnya. Membuat radhe meringis. 'Harusnya keliatan jelek kan? Ini kenapa jadi sok cool gitu'. Ucap radhe dalam hati.

Pandangan mereka bertemu, radhika langsung membuang wajah kearah lain dengan kecepatan kilat, perlu di cek setelahnya mungkin ada urat yg belok.

Tidak boleh terjadi kontak mata terlalu lama lagi, tekakhir kali ia melakukannya radhe selalu melakukan hal konyol.

Bayu memperhatikan sikap kedua kakaknya. Alisnya terangkat begitu saja karna heran.
"Kalian suami istrikan?".
Kalimat bayu sukses mencuri perhatian shakti dan radhe untuk menoleh.

"A-apa maksudmu?" Ucap radhika gugup.
Bayu menghela nafas panjang.
Shakti hanya diam menonton, seperti tidak merasa jika dirinya juga terlibat. 'Minta di gebuk nih orang'. Geram radhe.

"Aku emang ngga tau kehidupan pasutri kaya gimana? Tapi yg aku denger mereka akan bersikap manis bahkan kelewat manis sampe aku geli".

Shakti dan radhika terdiam belum ingin menyela ucapan bayu. "Jangan karna aku disini kalian jadi sungkan, aku sudah hampir 20 tahun. Bukan di bawah umur loh, santai saja". Tambah bayu sedikit sensi.

Shakti tetawa kecil, menatap radhika. "Bayu kita sama-sama seorang pria, dan aku tidak masalah jika melakukannya di depanmu. Tapi kakakmu?". Setelah mengatakan itu shakti dan bayu kembali menatap radhe dengan kaku.

"kakak ipar benar, wanita adalah makhuk yg sulit di mengerti".
Radhe membuang pandangannya kesana-kemari menghindari tatapan shakti, tiba-tiba ingatan saat shakti mencium pipinya muncul.

"Arrggh.." seru radhe meninggalkan shakti dan bayu, berlari menuju tangga.
Shakti dan bayu adik iparnya melongo.

"Apa dia selalu begitu ka?" Tanya bayu kemudian.
Shakti menggeleng. "Tidak, kadang-kadang saja".
Dua pria itu kompak tertawa puas, seperti baru saja mendapatkan lelucon paling lucu.

Shakti bangkit dari sofa.
"Aku akan ke atas lebih dulu, setelah itu kita bisa nonton pertandingan bola".
"Apa tidak papa? Ka radhe bagaimana, Dia ngga papa tidur sendiri?".

Shakti terkekeh, 'dia memang selalu tidur sendiri'. Batin shakti.
Shakti tersenyum kecil.
"Tidak papa, dia pasti mengerti".
Bayu hanya mengangguk paham, setelah itu shakti baru beranjak.

Sebelum masuk ke kamarnya shakti lebih dulu berhenti dan mengetuk pintu kamar radhika. Tak ada sahutan, shakti terpaksa membuka pintu perlahan.

Matanya sudah dapat menangkap radhe yg sudah bergulung diri dengan selimut. Shakti mengangkat bahunya acuh kembali menutup pintu.

Setelah mendengar pintu tertutup lagi, barulah radhe menyibakan selimutnya dengan kasar, ia menepak-nepak pipinya pelan.
"Bernafas radhe bernafas" rintihnya pelan. Pipinya kembali memanas.

Radhe duduk menunduk di kasurnya, ia bingung dengan dirinya apa yg di lakukannya? Apa yg di inginkannya? Radhe tidak tahu.

Shakti kembali keruang tv, bayu juga sudah duduk santai di sofa. Tidak seperti sebelumnya duduk lesehan di karpet.
"Sudah mulai pertandingannya?" Tanya shakti ikut duduk.

"Baru saja, mentornya masih ngomong-ngomong" jawab bayu fokus pada tv dan cemilan. Mereka pun tersibuk-sibuk menonton tv hingga pukul 2 dini hari, shakti bahkan tertidur di ruang tv.

Pagi hari saat radhika baru saja turun dari anak tangga, ia sempat berhenti melirik ruang tv disana masih ada shakti dan bayu masih tertidur.

Jam masih menunjujan pukul setengah enam pagi, radhe berfikir untuk membangunkan mereka setengah jam kemudian toh sekarang adalah weekend.

Radhe mengikat rambutnya seperti ekor kuda, ia juga sudah siap dengan sepatu kets abu, celana lagging hitam dan sport-bra berwarna serupa.

Perlu di akui radhe termasuk wanita yg malas berolahraga, tapi pagi ini, entah angin dari mana ia sangat bersemangat untuk lari pagi.

Di dapur koki sedang memasak.
"Selamat pagi nyonya" sapanya sejenak berhenti menganduk.
Radhe hanya membalas dengan senyum, berjalan untuk mengambil minum.

Saat berbalik radhe sudah menemukan shakti dan bayu duduk di kursi dengan meja marmer di depan koki.
"Kalian sudah bangun?" Tanya radhe ikut duduk.
Bayu mengangguk malas karna masih mengantuk sedangkan shakti.

Mata pria itu bahkan sudah terbuka lebar, manatapi radhe.
"Mau joging?" Tanyanya masih menatap radhe atas bawah.

Radhe yg merasa risih memalingkan wajah.
"Tentu saja, apa menurutmu dengan baju seperti ini aku akan pergi kepasar?". Ketus radhe.

Bayu yg semula masih merem melek, membuka matanya lebar-lebar.
"Hei ka apa sekarang sejak menikah kau suka marah-marah bagitu?". Tanya bayu pada radhe.

Radhe melotot sengit, sejak kapan adiknya memanggil dirinya kau aku kamu begitu. 'Pasti ulahnya shakti'.

"Di bandingkan kau marah-marah begitu, lebih baik berikan morning kiss pada kakak ipar, sepertinya dia menunggu itu" lanjut bayu sumringah.

Radhe menegang seketika, shakti menahan tawa dan koki yg tenyata terlibat dalam pembicaraan tersebut ikut menahan tawa.
"Bayu lancang ya lo" seru radhe emosi.

"Aku serius bagaimana jika ayah bertanya tentangmu? Apa kau ingin aku mengatakan jika kau sangat membosankan pada kakak ipar begitu?".
Shakti menutup bibirnya dengan telapak tangannya, seperti memaksa sesuatu untuk tidak keluar.

Radhe cemas, dan sudah masuk dalam level panik. Shakti bangkit dari kursi berjalan kearah radhe.

Radhe semakin tegang. Shakti berhenti tepat di samping radhe bahkan pria itu sudah menaruh sikutnya di bahu istrinya dengan santainya. 'Dasar tidak sopan'.

"Bayu.. kakak kamu ini tidak pernah membosankan untukku, dia terlalu manis untuk di katakan bosan, ya kan sayang?". Tanya shakti menoleh dengan senyum yg memeperlihatkan deret gigi putihnya.

Radhe tersenyum kaku mengangguk kecil, tapi tak berlangsung lama tubuhnya seperti memberikan sirine waspada tingkat satu.

Shakti menarik pinggang radhe agar tubuhnya semakin dekat bahkan sudah saling menempel. Bayu menompang dagu menikmati tontonan di depanya.

Shakti semakin mendekati wajah radhe dengan gerakan slow metion layaknya film india.
'Drama macam apa ini' jerit radhe di luar alam bawah sadarnya.

Radhika menggeleng menutup wajah dengan kedua tangannya.
Ia juga berlari cepat menjuru pintu. "Aku joging duluan" teriak radhe menggelegar.

Bayu terkikik geli melihat tingkah kakak perempuannya.
Shakti mengangkat bahu enteng.
"Sudah kubilang kakakmu itu pemalu". Ujarnya kemabali duduk.

Bayu mengangguk-angguk saja.
"Aku baru tahu, aku kira ka radhe hanya suka malu-maluin" candanya ringan.
Shakti menoyor kepala bayu pelan. "Kau ini, jangan begitu dia istriku".

.
.
.
Gimana? 😁 ada sesuatu juga kah dalam diri kalian? Wkwk
Enak ya bayu ngerjain kakaknya terus 😅 jangan lupa tinggalkan jejak. See you in next chapter 😻

Drama The WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang