Chapter 10

4.3K 268 9
                                    

"Actually, i'm really jealous."
—Aldan

"Hai, apa kabar?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, apa kabar?"

Saira tercengang ia tak menyangka mendapat pertanyaan klise seperti itu, "Aku kangen kamu Aira." lanjut orang itu membuat Saira langsung lega.

"Aku juga." Saira tersenyum lebar.

"Mm, enggak enak berdiri di sini, mending kita ngobrol sambil duduk." ucap Aldan, ia merasa pengunjung di restoran tersebut memandang mereka.

Akhirnya mereka bertiga memilih duduk di meja tengah, tak lama seorang pelayan datang sambil membawa buku menu. Mereka memilih makanan terlebih dahulu.

"Lo yang kemarin nggak sengaja gue tabrak di kafenya Daffa kan?"

"Haha, iya, Kak. Enggak nyangka ya kita ketemu lagi." ucap Aldan canggung.

"Lho, Kak Ziyan udah pernah ketemu sama Aldan?" tanya Saira kebingungan.

"Udah, enggak sengaja minggu lalu Kakak nabrak dia dan bikin ponselnya jatuh. Ponsel lo enggak papa kan?" Ziyan bertanya pada Aldan.

"Kan gue udah bilang, Kak, nggak papa kok, santai aja." ucap Aldan diakhiri senyuman.

Makanan datang, obrolan mereka tetap berlanjut, sebenarnya hanya dua orang di hadapan Aldan saja yang sedari tadi mengoceh dan mengabaikan Aldan. Membuat Aldan sedikit bete. Bosan.

Menatap Ziyan secara intens, kalau dia kenal Daffa berarti dia juga anak kuliahan kan? Aldan mendengus sebal, siapa sebenarnya sosok Ziyan ini dalam kehidupan Saira. Aldan terus memakan makanannya dengan khidmat, sangat lapar perutnya. Saking laparnya ia menggenggam erat kedua sendok dan garpunya. Dirinya panas, cemburu, mereka berpegangan tangan.

Jangan bilang, Ziyan ini orang yang Saira tunggu?

Hampir satu setengah jam mereka di restoran tersebut, Aldan benar-benar gondok, ia tak pernah seperti ini sebelumnya. Jalan bersama Saira hari ini yang Aldan harapkan berakhir tragis sepertinya.

"Yaudah, Kak, aku pulang dulu ya."

"Eh, gimana kalau aku nganterin kamu, aku juga udah lama belum ketemu Bunda." Ziyan menawari.

Apa-apaan cowok ini, Aldan memejamkan matanya kesal, sedikit menahan emosi. Ia juga bertambah kesal ketika Saira berkata, "Enggak ngerepotin?"

"Enggak dong, makanan nya biar gue yang bayar." Ziyan mengeluarkan uangnya ketika Aldan memanggil salah satu pelayan yang membawa bill. Aldan menahannya, "Enggak usah, Kak, biar gue yang bayar." cegahnya sembari memberikan uang dan pelayan itu langsung pergi meninggalkan meja mereka.

"Oh oke. Saira pulang sama gue ya, Al." Ziyan memegang tangan Saira.

"Dia berangkat sama gue, Kak." ucap Aldan, sedikit tidak terima.

"Coba tanya Saira nya, kamu mau pulang sama siapa?" Ziyan menatap Saira menunggu jawaban.

Saira yang ditatap segitunya sama mereka berdua, menelan ludahnya susah payah, "Al, gue boleh kan pulang sama Kak Ziyan, please ya?" Saira memohon sembari memberikan tatapan memelasnya.

"See, ayo aku anterin pulang." Ziyan langsung menarik tangan Saira. Saira melambaikan tangannya pada Aldan.

Bagus. Ia kalah telak hari ini.

Mendengus sebal, ia melangkah keluar dari restoran. Menatap mobil Ziyan yang sudah menjauh pergi, cowok itu ternyata tidak sekalem wajahnya, ia menendang ban mobilnya sebagai pelampiasan. Masuk kedalam kemudi, ia mengikuti mobil itu memastikan bahwa Ziyan benar-benar mengantarkan Saira ke rumahnya.

***

Sampai rumah Aldan langsung masuk kedalam kamar, ia membanting dirinya keatas ranjang. Pikirannya sedikit kalut, yang ia pikirkan sedari tadi, siapa Ziyan di kehidupan Saira? Siapa?

Jika benar Ziyan adalah pacar Saira yang selama ini cewek itu tunggu, berarti ia tak punya kesempatan dong? Heh, bukankah Saira pernah berkata untuk membantunya move on dari pacarnya dulu, kalau memang Ziyan, Saira hanya bisa beromong kosong akan move on, nyatanya cewek itu kelewat antusias atas kedatangan Ziyan.

Aldan meraih ponselnya, Saira mengunggah status, ia bertambah kesal. Apa-apaan cewek ini, bukankah hari ini Saira menghabiskan waktu dengannya, dia malah mengunggah foto dengan Ziyan itu! Kesal, Aldan butuh pelampiasan. Ia mengirim chat kepada ketiga temannya untuk datang kemari. Bermain game sepertinya salah satu aktivitas terbaik menurunkan mood buruknya.

Tak berselang lama, mereka datang dengan membawa banyak cemilan, tumben. Nyatanya itu diberikan Mami Rina untuk dibawa ke atas. Tapi Aldan heran, cuma kembar doang yang kesitu, Bintang kemana?

"Lagi ketemu sama cewek," jawab Afkan, "Nanti juga dia kesini, soalnya dia udah bilang nggak bakal lama." lanjutnya. Aldan mengangguk mengerti, toh ia juga tidak ingin mengganggu urusan sahabatnya itu.

"Bar, gue lagi kesel nih." ucap Aldan pelan.

"Ya ampuuun, kenapa? Apakah oknum Aldan sekarang menyadari dan menyesal telah menyelingkuhi ku?" ucap Adnan tanpa memikirkan reaksi Aldan yang hanya diam tak meladeni.

Afkan yang mengerti Aldan sedang dalam masalah, ia menyenggol lengan Adnan untuk tidak bercanda. "Among us, kuy." ajak Aldan.

"Lha?" Kembar melongo, mereka pikir bakal ada adegan melow. Apa ini?

"Anjir, gue kira lo kenapa, tapi lo bener nggak papa kan?" tanya Adnan, tangannya tak berhenti mencomot snack.

"Nggak ada. Gue manggil lo berdua buat main game, kuy."

Abis itu terdengar umpatan, teriakan dari mereka bertiga. Snack bertebaran, kamar Aldan berantakan. Tak lama juga Bintang datang, ia tak membawa Moli kali ini, Bintang datang untuk meramaikan pesta memberantakkan kamar Aldan ini. Setelah ini Aldan harus siap pasang telinga menerima omelan dari Mami Rina.

"To be continued"

©2020-10-17
Jangan lupa klik bintang😉

ALDAN : Be with you✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang