Chapter 16

3.6K 283 21
                                    

Jam berapa kalian baca part ini?

Setelah menemukan Saira, Aldan langsung membawanya ke unit kesehatan sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah menemukan Saira, Aldan langsung membawanya ke unit kesehatan sekolah. Sejak tadi Saira tak berhenti menangis sambil memegangi pipi yang terasa ngilu dan nyeri.

Tamparan Brian bukan main sakitnya.

"Sakit?"

Itu adalah pertanyaan tolol yang Aldan ajukan ketika mereka sampai di ruang kesehatan.

"Pake nanya lagi, iyalah sakit!" Saira kesal bukan main, ia juga sampai menabok bahu Aldan.

"Tolong dong ambilin es batu, ada nggak?" tanya Aldan kepada perempuan yang menjaga ruang kesehatan tersebut.

Dua orang yang tadinya bisik-bisik spontan langsung bergerak cepat mengambil potongan es batu dalam kulkas.

"Nih, Kak. Bisa nggak kompresinnya?"

Mata Aldan melirik nama perempuan yang memberikannya satu baskom berisi potongan es dan sebuah handuk tipis.

"Ah, oke, thanks Tania. Bisa kok." ucap Aldan sembari menerima baskomnya.

"Makasih, Tan." Saira juga turut berterimakasih.

"Lo tiduran aja ya," Aldan mendorong bahu Saira untuk tidur di atas kasur. Saira tanpa banyak bicara langsung menurut.

Selagi Aldan mengkompres pipinya, ia memikirkan apa yang terjadi tadi. Brian pasti merasa tidak terima dengan dirinya yang mengingkari janji, tak sepenuhnya ia ingkari, toh, ia dan Aldan juga belum terikat hubungan pacaran.

Pikiran Saira mengingat hari di mana Brian pergi ke Surabaya setelah cowok itu diadopsi oleh orangtua yang tidak bisa memiliki anak.

Kakinya melangkah dengan cepat setelah turun dari mobil, Saira tidak ingin tertinggal, pokoknya ia harus bertemu Brian walaupun untuk berpamitan.

"Brian beneran bakal pergi ninggalin aku?" tanya Saira dengan raut muka murungnya.

"Iya, kamu jaga diri baik-baik ya." Brian tersenyum canggung, karena percakapan mereka di dengar oleh kedua orangtua Brian dan Bunda Saira. "Ma, aku bicara berdua dulu sama Saira di taman belakang, bisa kan?" Brian menatap Mama barunya memohon.

Yang tentu dijawab anggukan setuju oleh Mama barunya. Spontan Brian membawa Saira ke taman belakang rumah cowok itu.

"Aira, kamu harus janji sama aku buat nunggu aku." ucap Brian ketika ia sudah menyuruh Saira duduk di kursi yang sudah tersedia di taman belakang itu.

"Kamu beneran akan kembali kan, Bri? Gimana kalau aku kangen kamu?"

"Kan ada ponsel, kita bisa saling hubungin lewat ponsel." ucap Brian.

"Kamu nggak akan sama cewek lain kan? Janji kamu harus balik lagi." Saira mengacungkan jari kelingkingnya, tapi itu ditepis pelan oleh Brian.

ALDAN : Be with you✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang