Aku dan rinduku
Rindu yang masih tersimpan rapi
Tak mau kubuka hanya sekadar berbasa basi dengan dunia yang telah kupilih tuk kutinggalkan.Aku dan rinduku yang kadang masih membayang.
Aku mengelakkannya, karena sudah tak pantas rindu itu kusandingkan di antara napas.Rindu dan aku kini berseberangan.
Ia merintih meminta dipertemukan meski hanya lewat kata namun aku menolak.
Untuk rindu ini, aku memilih membingkainya dalam aksara.
Rindu terhempas dalam lara mencari kisah yang telah usang,
aku marah dan ia mengerucut.
Rindu,
Mengapa engkau masih datang dan menggangguku?
Aku telah memgusirmu jauh, jangan lagi mendekat.
Kamu terlalu lemah untuk menjadi hal yang menyatu dengan diriku.Rindu,
Pergilah.
Aku tak ingin ada kamu, karena berat kutanggung dirimu yang betah bertahan merindu.
Tidakkah kau mengerti sedikit saja bahwa aku lelah?Jadi, kumohon.
Jangan merintih.Aku mencoba menulikan indra dan membutakan hati agar tak mendengar juga tak melihat betapa menderitanya dirimu.
Menderita dalam pencarian, pencarian akan sosok yang tak mau ditemukan.Untuk apa, Rindu?
Tak cukup lelahkah engkau dalam penantianmu?Mari, kita beristirahat.
Aku dan kamu, Rindu.Karena sesungguhnya aku telah lelah dan kurasa dirimu juga demikian, bahkan jauh lebih lelah daripada diriku.
Jangan lagi membebani dirimu, oh Rindu.
Jangan lagi bermain harap, harap telah meninggalkan kita.Tidakkah kau tahu itu?
Aku pikir, kamu tahu.
Jangan juga mencoba bermimpi karena ketika terjaga nanti engkau bisa terluka.Cukup hembuskan napas lelahmu dan mari kita tidur.
Hari semakin malam, Bumi telah gelap seutuhnya.
Mari, ucapkan selamat malam pada dunia.Ditulis di malam 30 Juli 2018,
Dipublis di Lembata, 31 Juli 2018.16.54Salam
Elisabeth B
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU dan KATA
PoetryUntuk jejak masa lalu Sejuta kata yang datang dalam benakku, meminta untuk dirangkai menjadi jalinan kalimat indah. Yang tak mampu diucapkan lidah, biarlah ia lahir dengan aksara.